Chapter 4.

20 13 3
                                    

Seperti yang dikatakan Al, ia menunggu Kia di cafe sebrang depan kampus mereka. Al mencari tempat yang senyaman mungkin untuk dirinya, Al mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat dan mata Al jatuh pada tempat pojok dekat jendela tanpa aba-aba lagi Al bergegas untuk duduk disana.

"Permisi Mas mau pesan apa?" tanya waiters tersebut.

"Ice coffee latte satu dan dessert tiramisu satu," pesan Al.

"Baik, ditunggu pesanannya ya," waiters itu berlalu untuk membuat pesanan Ali.

"Sudah gue duga dengan jawaban Kia, tapi sampai kapan gue pendem sendiri? Alasan gue nggak mau buka hati untuk cewek lain karena gue sangat mencintai Kia, gue nggak tau kapan perasaan ini muncul tapi yang jelas gue sangat teramat mencintai Kia jatuhnya tu gue sama Kia jadi friendzone," gumam Al sambil melihat ke arah jendela.

"Sampai kapan sih Ki lo bisa percaya kalau gue sangat mencintai lo? Sampai kapan gue nunggu itu semua Ki? Gue takut lo berpaling dari gue, gue takut ketika lo udah ada pacar dan lo abaikan gue, gue takut ketika lo sibuk dengan dunia lo dan pacar lo nanti. Apa nggak ada ruang dihati lo untuk gue Ki?" ujar batin Al resah.

Al yang tengah berperang pada pikirannya dikejutkan dengan waiters yang mengantarkan pesanan Al.

"Permisi ini pesanannya Mas," ujar waiters itu dengan ramah.

"Terimakasih!" balas Al dan waiters itu lalu pergi.

Ali menseruput ice coffee latte yang ia pesan untuk menenangkan pikirannya yang tengah kacau semenjak Ali mengatakan cinta pada Kia.

"Loh Al disini juga?" tanya Olivia yang menghampiri Al.

Al menatap Olivia sebentar lalu hanya berdehem saja.

"Wah kebetulan banget dong, gue boleh duduk di depan lo?" tanya Olivia.

Ali menggeleng sebagai jawaban tidak.

"Please kali ini aja," pinta Olivia dengan memohon.

Ali tetap menggeleng sambil menatap ke arah jendela.

"Lo kenapa sih jadi cowok jutek, cuek, dingin? Merasa paling ganteng? Merasa paling sempurna?!" tanya Olivia kesal.

Tak menjawab pertanyaan Olivia, Al pergi begitu saja tanpa memperdulikan pesanannya yang masih utuh bahkan dessertnya belum tersentuh sama sekali.

"ALIIII!!!" teriak Olivia.

"Dasar orang gila!" gumam Al lalu ia menuju ke kelas Kia untuk menunggu Kia.

****

"SELAMAT SIANG PAK SAMPAI JUMPA!" teriak kelas Kia yang menandakan kelas telah usai.

"GUYS BESOK LIBUR KAN?" tanya Kia.

"Yoi, besok gue mau me time ah sama ayang beb gue," ujar Duta alay.

"Alay lo Dut jijik gue liat lo," balas Fauzana.

"Iri bilang bos!" balas Duta.

"Dih siapa yang iri sama lo? Nggak sama sekali sorry lah ya!"

"Eh udah nggak usah ribut yuk pulang," ajak Kia.

Saat Kia dan Fauzana melangkah keluar Kia dikejutkan dengan Al yang menghadang mereka di depan pintu kelas Kia.

"Ki gue duluan ya bye!" ujar Fauzana.

"Byee FauFau!" balas Kia.

"Katanya nunggu di cafe?" tanya Kia.

"Nggak jadi ada nenek lampir," balas Al malas.

Sisa RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang