Chapter 10

9 2 0
                                    

Al menatap ponselnya nanar setelah membalas pesan dari Kia, Al bingung apakah ia harus menghindar dari Kita atau harus tetap berada disampingnya? Al masih ingat janji Al untuk selalu menjaga Kia tapi apakah dengan kondisi seperti ini Al bisa menjaga Kia? Bahkan diri Al sendiri tidak bisa menjaga dan mengontrol perbuatan Al karena OCD tersebut.

"Bun, kita pindah ya?" ujar Al pelan.

Adriansyah yang sedang fokus menyetir menoleh pada Al. "Kenapa kamu bisa berfikir untuk pindah?" tanya Adriansyah.

"Lo mau hindarin Kak Kia?" sambar Killa dengan tepat.

Al diam tidak membalas ucapan Killa. "Benar itu Al? Alasan kamu pengen pindah untuk hindarin Kia?" tanya Nafilla.

Al mengangguk pelan sambil menatap jendela mobil.

"Kenapa emangnya Al?" tanya Adriansyah.

"Al takut Kia risih berada disamping Al Pa apalagi kondisi Al seperti ini tingkah aneh Al yang buat Al takut Kia risih," balas Al.

"Dan bagaimana dengan kuliah kamu?" tanya Nafilla.

"Al mau cuti kuliah dulu Bun sampai benar-benar sembuh," balas Al.

Nafilla menatap Adriansyah seolah bertanya bagaimana ini?. Adriansyah menghela napasnya pelan. "Yasudah nanti kita pindah ke rumah yang ada di Pondok Gede, udah lama juga nggak kita tempatin kan," ujar Adriansyah.

"Terus sekolah Killa gimana Pa kan jauh kalau dari Pondok Gede?" tanya Killa.

"Ya kamu berangkat lebih pagi dong dan nanti dianterin Pak Louis,"

"Kenapa sih harus pindah Bang?" tanya Killa tidak terima.

"Abang kamu butuh ketenangan Killa, kalau kita masih disitu pasti Kia kerumah untuk cari Abang kamu," balas Nafilla menasihati Killa.

"Kita harus hargain perasaan Abang kamu yang kondisinya kayak gini," sambung Adriansyah.

Killa berdecak sebal. "Terserah!" ketus Killa. Sedangkan Al hanya menatap Adiknya tersenyum kecut.

****

"Ki lo kenapa murung?" tanya Bila yang melihat wajah Kia hari ini tidak seperti biasanya.

Kia menggeleng pelan. "Nggak apa-apa kok Bil," balas Kia dengan memaksa tersenyum.

"Gue tau lo bohong Ki,"

"Bila gue nggak kenapa-kenapa," balas Kia meyakinkan.

"Eh ada apasih masih pagi ribut," tanya Fauzana yang baru saja datang.

"Itu loh Fau mukanya Kia daritadi murung aja gue tanya dijawabnya nggak apa-apa kan aneh kalau nggak kenapa-kenapa kok murung gitu mukanya," balas Bila.

"Cerita sama kita Ki kalau lo ada masalah," ujar Fauzana sambil mengelus pundak Kia.

"Apa karena Al?" tebak Bila.

Kia menatap Bila dan Fauzana. "Gue nggak tau kenapa Al tiba-tiba menghilang dan bikin gue bingung ditambah pesan yang dia balas tadi seolah dia menghindar dari gue emangnya gue salah apa sama dia sampai dia kayak gini sama gue?" jelas Kia lirih.

"Emangnya dia balas apa?" tanya Fauzana.

"Maaf Al sedang tidak bisa diganggu nak Kia, gue yakin pasi Bundanya yang balas tapi kenapa dia nggak bisa diganggu? Apa dia udah bosan sahabatan sama gue? Atau dia malas liat gue karena masalah itu?" balas Kia.

"Masalah apa?"

"Itu si Al suka sama Kia dan dua hari yang lalu dia nembak Kia tapi Kia tolak alasannya kita itu cuman sahabatan dan nggak lebih," balas Bila.

"Duh Ki kita yakin kalau Al nggak kayak gitu orangnya mungkin dia ada problem yang buat dia kayak gini lo tu harus positive thingking nggak boleh mikir yang nggak-nggak tentang Al," balas Fauzana.

"Tapi Fau, Bil,---"

"Kayak gini aja, pulang kuliah lo kerumahnya coba tanya ada apa dengan Al kenapa dia kayak gini," saran Bila.

Kia menghela napasnya pelan dan mengangguk pelan. "Yaudah gue kerumahnya nanti, makasih ya Fau, Bil kalian selalu ada disamping gue," ujar Kia tulus.

Bila dan Fauzana mengangguk lalu mereka berpelukan.

Setelah selesai mata kuliah hari ini Kia memutuskan untuk pergi kerumah Al untuk sekedar mengetahui kenapa Al tiba-tiba hilang begitu saja dan apa maksud pesan yang dibalas Al tadi sungguh Kia tidak mengerti ini semua.

"KIA!!!" Kia yang merasa namanya dipanggil menoleh ke belakang dan ternyata yang memanggil adalah Zayn.

"Apalagi sih?" tanya Kia malas.

"Lo mau kemana?" tanya Zayn.

"Pulang," ketus Kia.

"Temenin gue makan dulu yuk," pinta Zayn.

"Gue lagi nggak bisa sekarang," tolak Kia.

"Please Ki," ujar Zayn dengan memaksa.

"Gue bilang nggak bisa ya nggak bisa jangan maksa dong," kesal Kia.

"Zayn kalau dia bilang nggak bisa nggak usah maksa," ujar Bila yang baru saja datang karena ia melihat Zayn dan Kia berdebat.

"Ya tapi kenapa?"

"Nggak usah banyak tanya gue ada urusan penting," balas Kia kesal.

"Mending lo ajak teman lo daripada lo harus maksa Kia," sambung Bila.

Zayn menatap Bila dan Kia. "Oke fine gue nggak akan maksa silahkan pulang," ujar Zayn tersenyum kecut lalu pergi dari hadapan Bila dan Kia.

Kia menatap Bila. "Makasih ya Bil," ujar Kia.

"Gue ngerasa kalau Zayn suka sama lo deh Ki," ujar Bila.

"Nggak mungkin lah Bil,"

"Tapi firasat gue kalau dia tu suka sama lo, liat aja dari cara natap lo, ngomong sama lo, dan barusan dia maksa lo buat temanin dia kan? Berarti dia suka sama lo Ki,"

"Udahlah gue nggak mau urusin yang penting urusan gue sama Al selesai sekarang, gue takut dia hindarin gue karena gue tolak,"

"Oke semoga masalah lo sama Al selesai hari ini,"

"Makasih ya Bil, gue pergi duluan ya," pamit Kia dan melaju mobilnya untuk menuju rumah Al.

"Hati-hati Ki," teriak Bila dan diberi klakson oleh Kia seolah Kia menjawab 'Oke'.

Halo terimakasih yang sudah baca semoga suka ya!

Jangan lupa vote, komen, dan share!!!

Happy reading and enjoy!!

Love u😘

Sisa RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang