Chapter 6.

17 12 1
                                    

Kia tiba di kampusnya hari ini tidak perlu membutuhkan banyak waktu untuk sampai di kampus karena hari ini tidaklah macet tidak seperti biasanya. Kia menuju kelasnya setelah memarkirkan mobilnya di perkarangan parkir sambil menuju kelas Kia bermain ponselnya dengan serius karena Kia membaca materi yang sebelumnya dikasih oleh Dosen, Kia sebelumnya tidak sempat untuk membaca materi atau mempelajari materi tersebut namun hari ini Kia memutuskan untuk membaca sekedar menambah pengetahuan saja.

Saat sedang serius membaca Kia tidak sengaja menabrak seseorang hingga ponselnya jatuh. "Aduhh sorry ya," ujar orang tersebut dengan merasa bersalahnya.

Kia berdecak kesal tapi apa boleh buat ini tidak sepenuhnya salah orang tersebut, ini juga kesalahan Kia yang terlalu fokus hingga tidak melihat jalan di depannya.

"Iyaa nggak apa-apa," balas Kia sambil mengambil ponselnya.

"Ponsel lo nggak apa-apa kan?" tanya orang tersebut.

Kia menggeleng sambil tersenyum paksa. "Nggak apa-apa kok," balas Kia.

"Sekali lagi gue minta maaf karena udah nabrak lo,"

"Bukan sepenuhnya salah lo, gue juga salah karena nggak lihat jalan,"

Orang tersebut menyodorkan tangannya. "Kenalin gue Zayn anak Akuntansi dan lo?" ujar Zayn sambil memperkenalkan dirinya.

Kia menerima tangan Zayn. "Gue Kia, gue anak Ilmu Komunikasi," balas Kia.

"Oh ya? Waw calon reporter dong,"

"Prospek lulusan Ilmu Komunikasi bukan cuman itu doang kok,"

"Oh ya?"

"Masih banyak lagi dan jangan pernah berfikir kalau lulusan Ilmu Komunikasi bekerja hanya menjadi reporter tapi banyak bukan cuman itu,"

"Sorry kalau gitu, gue kira lulusan Ilmu Komunikasi kerja jadi reporter,"

"Yaudah gue duluan ke kelas," pamit Kia.

"Bye, semoga kita ketemu lagi," balas Zayn.

"Manis juga tu cewek, kesempatan untuk gue kejar," ujar batin Zayn sambil tersenyum miring.

****

"KIAAA!!!!" teriak Bila.

Kia menoleh ke belakang saat mendengar namanya di panggil. "Bila?" ujar Kia.

"Tumben sendiri? Pangeran lo mana?"" tanya Bila saat sudah berada di samping Kia.

"Iya, dia hari ini nggak ada jadwal," balas Kia.

"Berarti lo sendiri dong berangkatnya?"

"Iyaa, gue bawa mobil tadi,"

"Oh gitu, yaudah yuk masuk," ajak Bila.

Kia hanya mengangguk saja.

"GUYS HARI INI PAK IRWAN SEDIKIT TELAT UNTUK MASUK JADI KALIAN HARUS SABAR TUNGGU PAK IRWAN SAMPAI IA DATANG DAN JANGAN KELUAR DARI KELAS KALAU TIDAK MAU GUE LAPOR KE PAK IRWAN!" teriak Relator kelas Kia seraya memberitahu bahwa Dosen tersebut sedikit telat untuk masuk kelas.

"Kebiasaan banget dah masuknya telat padahal gue kan mau pulang cepat," gerutu Fauzana.

"Oalah telat terus masuknya suka-suka dia aja masuk," kesal Duta.

"OH YA SATU LAGI, KITA DISURUH BAGI KELOMPOK UNTUK PRESENTASI MINGGU DEPAN MEMBUAT MAKALAH DAN MATERINYA NANTI BAPAK ITU YANG KASIH DALAM SATU KELOMPOK TERDIRI DARI 3 ORANG!" lanjut Relator kelas.

"Tugas terus!!!" gerutu semua teman kelas Kia. Karena pasalnya setiap pelajaran yang akan di ajar oleh Pak Irwan pasti selalu dikasih tugas.

"Kayaknya kita nggak boleh santai dikit ya sama bapak itu tiap minggu tugas aja mending gampang lah ini susah kesel banget gue," gerutu Liam teman sekelas Kia.

"Fau, Bil, gimana kalau kita satu kelompok?" tawar Kia.

Tanpa pikir panjang Bila dan Fauzana mengangguk setuju.

"Kia, gue mau sekelompok sama lo dan nggak ada alasan apapun titik!" ujar Duta.

"Eh Duta Pancasila kita udah pas ye lo cari sono anggota kelompok lo," balas Bila.

"Enak banget kalian pinter-pinter semua satu kelompok," cibir Duta.

"Siapa cepet dia dapet dong lo kalah cepet wlee," ledek Bila.

"Lain kali ya Duta," ujar Kia.

Duta menghela nafasnya kasar. "Huh! Oke deh Ki," balas Duta.

****

Sedaritadi Killa kesal karena keanehan Abangnya yakni Al, pasalnya tadi Killa ingin buang sampah saja Al marah-marah dengan alasan yang tidak logika membuat Killa merasa ada ke anehan di abangnya.

"Killa kalau buang sampah itu yang rapi!" omel Al.

"Lah orang ini sampah doang ngapain harus rapi," balas Killa.

"Pokoknya harus rapih!"

"Lo kenapa Bang? Aneh banget jadi orang!"

"Gue nggak kenapa-napa,"

"Tapi tingkah lo aneh tau nggak!"

"Lah gue kan ngasih tau yang bener,"

"Nggak lo hari ini aneh banget,"

"Killa cuci tangan cepat sebelum berangkat sekolah," perintah Al.

Killa menatap Al tidak percaya. "Hah? Cuci tangan lagi? Tadi kan udah Bang malah udah empat kali Abang sama gue cuci tangan mau berapa kali sih?!" tanya Killa kesal.

Al menatap Killa tajam, Killa yang ditatap hanya menghela nafasnya kasar. "Oke-oke gue cuci tangan!" ujar Killa sambil menekankan tiap katanya.

Sementara itu kedua orangtua Al dan Killa sejak tadi pergi karena Adriansyah akan berangkat ke kantor sedangkan Nafilla pergi ke supermarket dengan ditemani oleh asisten rumah tangga mereka.

"Aneh banget Bang Al deh masa gue harus cuci tangan lagi mau sebersih apa sih dia? Ini udah lima kali gue cuci tangan kalau disuruh lagi cuci tangan udah sarap tu orang," gerutu Killa kesal.

"KILLA CEPAT!" teriak Al.

"IYA BENTAR!" balas Killa dengan teriak juga.

Saat menghampiri Ali yang berdiri depan pintu mobilnya dengan kacamata yang sudah bertengger di wajahnya membuat Ali sangat tampan.

"Stop!" ujar Al memberhentikan langkah Killa.

Killa langsung berhenti dan bingung. "Kenapa Bang?" tanya Killa bingung.

"Lap lantai bekas langkah sepatu lo," ujar Al yang membuat Killa tidak percaya.

"Hah? Ya Allah bang kalau kayak gitu gue bisa telat ke sekolah!" frustasi Killa.

"Bersihin atau berangkat sendiri," ancam Al.

Killa menggeram kesal pada Al.

"Oke-oke gue bersihin puas lo?!" ujar Killa jutek.

Tanpa disadari Killa, Al merasa ada keanehan di dalam dirinya sendiri kenapa ia selalu ingin terus mencuci tangan, melihat semua bersih dan paling yang tidak masuk akal adalah membuang sampah harus rapih tidak logis sama sekali.

"Gue sebenarnya kenapa?" gumam Al heran.

Hai hai terimakasih yang sudah baca semoga suka dengan cerita baru aku.

Jangan lupa vote, komen, dan share ke temen kalian, tetangga, pacar dan semuanya lah hehe.

Happy reading and enjoy!!!

Sisa RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang