III

681 119 5
                                    

Hallo saya kembali~

Selamat membaca

Anka tersenyum lebar takalah pipa itu mulai beruap dan mengeluarkan bau yang membuat sakit kepala dan jantungnya berangsur angsur normal kembali, sejujurnya dia selalu menahan rasa sakit ditubuhnya ia tidak mau merasakan nya karena itu akan membuat nya terlihat tidak berguna.

Ia ingin berguna, setidaknya untuk cale dan keluarga nya. Ia tidak mau kembali ke tempat gelap dan sendirian lagi. Ia ingin disini bermanja manjaan dengan cale, bermain dengan anak anak serigala, dan menggoda Beacrox Molan. Dan banyak lagi

Anka ingin disini tetap disamping cale, dia tidak mau ketempat orang itu lagi Anka masih ingin melihat orang orang disekitarnya tumbuh.

Anka selalu membayangkan jika ia pergi dan tak kembali apa yang terjadi disekelilingnya? Apa papa dan cale akan merindukan nya setiap detik? Apa Lily dan ibu -Violan akan menulis surat setiap hari lagi? Apa Basen-nya akan mengirimkan bunga dan pita lagi?

Apa mereka baik baik saja?apa mereka akan makan dengan baik? Anka tidak tahu dan ia tidak mau membayangkannya lagi itu terlalu menyakitkan untuk nya.

Anka ingat tatapan orang itu, tatapn angkuh dan sombongnya saat ia jatuh terduduk dihadapannya.

Mengepalkan tangannya ia benci orang itu, ia benci tatapan angkuhnya tapi....ia merindukan nya.

"Nona anda baik baik saja?" Choi Han berbicara dengan kahwatir saat melihat tatapan kosong nona muda didepannya padahal ia sempat melihat tatapan lega dan berbinar lalu tatapan itu menghilang begitu saja.

Anka tersentak sedikit lalu mengelengkan kepalanya seolah tidak terjadi apa apa ia tersenyum dan menghisap sedikit pipa panjang itu.

Choi Han hanya bisa menghela nafas pasrah apa ia harus menggadu kepada tuan mudanya? Instingnya cukup tajam untuk mengetahui perasan seseorang tentu saja ia tidak tahu apa yang mereka pikirkan.

Mengangguk sejenak Choi Han kembali menyesap teh hangat didepannya. Ia tersenyum kecil melihat nona muda nya hampir tertidur dibangkunya.

Ia tahu kenapa cale-nim nya bilang untuk hati hati disaat saat tertentu karena Anka sering tertidur tanpa tahu tempatnya. Dengan siagap chai Han menggendong nona muda itu yang hambir saja membenturkan kepalanya dimeja.

Dengan lembut laki laki dengan rambut hitam kelam itu menggendongnya, lalu berjalan pergi meninggalkan tatapan tatapn dari orang orang kafe.

.......

"Oppa-"

saat ini Anka hanya sedang ingin dimanja cale ia tidak mau melakukan apapun mungkin nanti sore menjelang makan malam ia akan menggoda Beacrox lagi.

Sedangkan cale hanya tetap fokus pada buku ditangannya walau sesekali ia mengelus Surai merah dipaha nya dengan lembut dan sedikit jambakan untuk menjahilinya.

"Apa yang akan oppa lakukan jika aku pergi?"

Pertanyaan itu terlalu tiba tiba untuk cale membuatnya mentutup buku tebal ditangannya. Sekarang ia balik menatap manik coklat kemerahan itu dengan malas. Ia tahu Anka sakit tentu saja, tubuhnya selalu tercium bau herbal dan obat obatan walau itu sangat tipis.

Cale bingung menjawabnya ia tidak tahu mana yang harus ia jawab, sejujurnya mungkin ia akan ikut menghilang saja. Rasanya terlalu sakit untuk ditinggalkan lagi.

Jika cale bisa memilih mungkin ia akan memilih untuk menghilang sendiri dari pada Ia ditinggal kan sendiri. Itu egois bukan.

"Entahlah..." Entah kenapa hati nya sedikit ngilu saat melihat ekspresi sedih Anka disana.

"Anka masih ingin disini..." Lirih nya dengan suara kecil tangan putih pucat itu mengelus sayang wajah cale. Membuat sang empun membulatkan matanya.

Bohong kalau cale bilang ia tidak mendengarkan. Boleh kan cale egois sedikit?

"Oppa- selalu disini untukmu Anka"

Anka tersenyum sandu saat cale menutup matanya menghela nafas ia tahu oppa nya lelah karena perang itu.

Keduanya memejamkan mata dengan dahi yang saling bersentuhan, menikmati angin lembut yang menyapa kulit pucat mereka. Mereka Diam hanya terdengar suara deru nafas keduanya.

'anka juga ingin egois oppa"

****

"Hey, bukankah ini terlalu hening- dan mata mereka bengkak" Rosalyn bertanya dengan nada penasaran, mantan Putri itu bergerak gelisah saat salah satu dari mereka menarik nafas dan menghela nya kembali.

Bahkan suara berisik dan umpatan keduanya tidak saling bersahutan membuat kelompok itu kahwatir. Apa nona muda Anka dan cale bertengkar? Tapi mata mereka bengkak seperti habis menangis? Bahkan masih ada sedikit bekas air mata saat mereka mendongak untuk mengambil air.

Choi Han hanya menggeleng tidak tahu ia juga sama kahwatir nya karena nona muda itu tidak keluar seharian ini. Bahkan anak anak suku serigala menanyakan dirinya.

Manik hitam itu melirik kearah pelayan tuan tengah majikannya dengan senyum dan tatapan tajam. Bisa Choi Han pastikan kalau Ron tahu sesuatu.

Dia hanya bisa menghela nafas berat karena dua orang itu benar benar mirip, sama sama tidak peka soal perasan satu sama lain.

Makan malam kali ini cukup mencekam entah karena sang koki yang dalam mod jelek atau kedua bersaudara itu yang tidak  saling melirik.

Tidak ada yang tahu- dan mereka benar benar tidak tahu.

****

"Nona lebih baik anda tidur!" Decak Beacrox dengan kesal ini sudah tengah malam dan dia sudah siap dengan bantal dan selimut tapi..nona muda nya ini malah nyeretnya kedapur.

Tanpa wajah berdosa Anka hanya tetawa menatap wajah datar dan helan nafas dari koki terbaik di rumahnya. Menghela nafas pasrah kini Beacrox sudah siap dengan adonan kue didepannya.

Walau menyebalkan dan dia mengantuk tetap saja tangan dan mata nya dengan telaten mengaduk nya.

"Jangan cemberut begitu dong, Beacrox oppa adik tuan muda mu ini sedang dalam mod yang buruk mungkin kue Pei susu  buatan oppa. Bisa mengobati nya~" goda anka tanganya dengan iseng melumuri wajah Beacrox dengan tepung dan itu membuatnya pemuda itu berdecak kesal.

Tapi dia tidak melakukan apapun membiarkan sang nona berbuat sesukanya. Menghela nafas lagi dan lagi ia melirik ke area dapur yang sudah berantakan karena tepung yang ditabur dengan iseng nya.

Tak berselang lama Pei susu itu jadi menimbulkan aroma manis diseluruh penjuru rumah, manik coklat kemerahan itu berbinar menatap Pei didepannya.

"Oppa ayo makan bareng!" Pemuda datar itu hanya mengangguk kecil entah kenapa ia juga lapar saat melihat Pei susu didepannya.

Jadi disini lah mereka duduk dimeja makan dengan lampu  remang remang dari lilin, Anka tersenyum lebar karena ada seseorang yang bergabung di acara cicip Pei miliknya.

"....."

"....."

"....."

Mungkin karena ketiga nya suka keheningan jadi mereka makan tanpa bicara sedikitpun. Dan malam itu dihabiskan oleh Anka yang tertidur pulas dengan mulut yang masih mengunyah Pei.

Kedua orang itu hanya bisa menghela nafas dan sedikit terkekeh kala tawa kecil dari orang yang kini tertidur terdengar, besok paginya Ron tersenyum manis sambil menyediakan teh limun untuk Anka. Membuat anak perempuan itu hampir menangis dibuatnya.

twins of the Henituse family (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang