"Heh, ada apa ini?" Sungchan datang melerai perkelahian itu.
"Maaf pak, ada laki-laki tidak sopan memasuki kantor ini sembarangan dan membuat masalah dengan menumpahkan kopi saya." Adu pria itu kepada Sungchan.
Sungchan pun menatap laki-laki yang di katakan 'tidak sopan' oleh pria tadi dan terkejut saat menemukan Jisung berdiri dengan wajah yang menahan amarah.
"Loh, dek?" Sungchan pun berjalan menghampiri Jisung dengan raut khawatir karena pria tadi sepertinya ingin memukul Jisung.
Sungchan berdiri di hadapan Jisung, "Sayang, kenapa ini?" Tanyanya lembut saat melihat raut amarah di wajah Jisung sambil mengusap bahu Jisung.
Semua karyawan termasuk pria tadi pun terkejut saat mendengar Sungchan menyebut Jisung dengan sebutan 'sayang'.
Jisung menatap Sungchan kesal, "Mas denger ya. Tadi itu emang salah aku, aku emang nabrak bapak tadi dan aku juga udah minta maaf. Tapi dia tetep kekeh marah-marah sama aku dan ngatain aku yang enggak-enggak. Dia bilang aku terlalu rendahan untuk jadi pegawai disini. Dia seharusnya ngga bilang gitu sama orang lain. Mentang-mentang aku lebih muda dari dia, dia bisa bersikap seenaknya gitu. Itu ngga sopan banget mas. Kok bisa sih kantor 'semewah' ini nerima karyawan yang attitude nya nol? Lagian siapa juga yang mau ngelamar kerja di sini?" Jelas Jisung panjang lebar kepada Sungchan yang mendengar cerita Jisung sambil menahan marah juga. Tidak terima saat sang pujaan hatinya di hina oleh orang lain. Jisung menekankan kata 'semewah' untuk menyindir pria tadi.
"Ssuutt, okey mas ngerti." Sahut Sungchan menghentikan Jisung berbicara, karena Jisung berbicara panjang lebar dengan suara yang tidak pelan. Ia tidak mau sampai Jisung sakit tenggorokan hanya karena berteriak seperti itu.
Sungchan memenangkan Jisung dengan mengusap-usap bahu Jisung. Setelah Jisung tenang, Sungchan berbalik menatap pria tadi.
"Kembali ke ruangan anda, kita bicara nanti." Ujar Sungchan kepada pria tadi dengan nada bicara yang tidak bisa di bilang ramah. Tentu saja, siapa yang tidak marah saat orang terkasih di rendahkan seperti itu.
Pria tadi hanya mengangguk lesu, "Maaf pak" lalu meninggalkan tempat kejadian.
"Semuanya harap kembali dengan pekerjaan masing-masing. Maaf membuat keributan." Ujar Sungchan membubarkan kerumunan tadi.
Sungchan membawa Jisung untuk pergi ke ruangannya.
Setelah sampai, Sungchan pun mendudukkan Jisung pada sofa yang ada di ruangannya lalu menelfon office boy untuk membawakan teh hangat untuk Jisung.
Setelah itu Sungchan duduk di samping Jisung dan mulai menenangkan Jisung.
"Tenang oke?" Jisung hanya mendengus.
"Kamu ada apa sampe ke kantor mas? Kenapa ngga telpon dulu, kan aku bisa nyamperin kamu atau nyuruh sekertaris ku buat jemput kamu, hm? Biar ngga kejadian kayak tadi." Tanya Sungchan lembut sambil mengelus tangan Jisung.
Jisung menghela nafas, "Aku kesini mau nganterin berkas kamu yang ketinggalan tadi sekalian nganterin bekal makan siang kamu. Hp aku ketinggalan, karena buru-buru. Dan aku mana tahu kalo bakal ada kejadian kayak tadi."
"Oke. Terus sekarang mana bekal sama berkasnya?" Tanya Sungchan melihat Jisung tidak membawa apapun.
"Tadi di resepsionis." Jawab Jisung.
Sungchan lalu menelpon resepsionis untuk membawakan barang yang dititipkan Jisung untuk dirinya.
Tak lama kemudian pintu di ketuk dan masuklah resepsionis membawa barang yang dimaksud Sungchan tadi.
Setelah resepsionis keluar, office boy pun masuk dan membawakan teh hangat yang di pesan Sungchan.
"Silahkan pak." Ujar office boy meletakkan teh hangatnya.