1.Pertemuan

134K 11.2K 1.1K
                                    

Ajwa berdiri di depan cermin, gadis itu sudah rapi dengan baju gamis yang melekat di tubuh nya. Tak lupa jilbab dan cadar dengan warna senada yang terpasang dengan sempurna.

'Ya Allah semoga saja dia pria yang baik,' batin nya.

Suara ketukan pintu tiba tiba saja terdengar. Umi bilang keluarga pria yang akan di jodohkan nya akan segera datang. Mungkin saja yang mengetuk pintu adalah umi nya.

"Abang." Ajwa pikir yang mengetuk umi Aisyah tapi ternyata adalah Ali.

"Abang boleh masuk?" tanya Ali.

Ajwa mengangguk pelan. "Boleh."

Ali masuk ke dalam kamar Ajwa, sementara Ajwa mengekor dan berjalan di belakang kakak nya. Sampai akhirnya Ali duduk di tepi kasur.

"Duduk sini." Ali menepuk kasur yang ada di samping nya.

Ajwa menurut dan duduk di samping Ali. "Abang ngapain ke kamar Ajwa?"

Raut wajah Ali terlihat serius. "Abang mau ngomong soal perjodohan itu Wa. Kamu yakin mau menerima perjodohan itu?"

Ajwa terdiam sebelum akhirnya menghela nafas panjang. "Ajwa yakin bang, lagipula umi pengen perjodohan ini terjadi. Ajwa nggak mau bikin umi kecewa."

"Kamu mikirin perasaan umi? Tapi apa kamu mikirin perasaan kamu sendiri?"

"Ajwa nggak papa bang, umi udah bikin perjanjian sama sahabat nya. Perjanjian itu harus terjadi. Bukannya janji itu harus di tepati."

"Wa kamu nggak pengen nolak perjodohan ini? Apa kamu nggak pengen mondok di pondok pesantren dan nerusin hafalan kamu? Di SMAI kamu udah hafal lima belas juz kan?"

Ajwa menoleh, menatap Ali sejenak kemudian kembali menatap depan. Yang di katakan Ali memang benar, Ajwa memang sangat ingin sekali meneruskan hafalan nya dan menjadi seorang hafizoh.

"Ajwa bisa hafalan sendiri di rumah. Ajwa bakal tetep nerima perjodohan ini," putus Ajwa.

Ali menghela nafas gusar, Ajwa sama sekali tidak mau mengerti. "Kamu nggak tahu dia laki laki seperti apa."

"Ajwa akan berusaha untuk mengenal dia."

"Tapi kamu nggak cinta sama dia Wa."

"Ajwa akan berusaha untuk mencintai dia."

"Wa ..." Ali memegang bahu Ajwa. "Masa depan kamu masih panjang."

Ajwa meraih tangan Ali. "Abang nggak perlu khawatir. Ajwa akan menjalani masa depan Ajwa bersama dia."

"Dia ketua geng motor Ajwa!" Ali sudah tidak tahan lagi untuk mengatakan hal ini.

Deg!

Untuk kedua kalinya jantung Ajwa berdetak dua kali lebih cepat. Ia pikir dugaan nya salah, ia pikir pria yang di jodohkan bukan pria yang sama dengan apa yang ia pikirkan.

Berbeda dengan Ali yang terlihat cemas. Raut wajah gusar tercetak jelas di wajah cowok itu. Ali tidak ingin Ajwa jatuh kepada pria yang salah. Ali sangat menyayangi adiknya.

"Abang tahu darimana?" tanya Ajwa ragu.

Ali terdiam sejenak. "Siapa yang nggak kenal dia? Muhammad Altair Laksmana, ketua geng Jevins. Geng motor terbesar di surabaya."

Nafas Ajwa tercekat tapi ia berusaha untuk tersenyum. "Semoga saja dia orang baik."

Ali tertawa hambar. "Semoga saja dia orang baik? Dia tawuran, ikut balap liar, dia juga punya musuh. Gimana ceritanya mau jadi orang baik Wa?"

"Ajwa akan berusaha untuk merubah dia," ucap Ajwa.

"Bagaimana jika dia memberontak dan justru membuat hidup kamu menjadi neraka?" tanya Ali yang membuat Ajwa terdiam.

Gadis Bercadar Milik Ketua GengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang