Altair tidak bisa duduk manis, cowok itu terus saja menggerutu dan protes pada mama nya. Beruntung suara Altair sangat pelan.
"Ma, masa cewek itu yang mau nikah sama aku. Dia pasti burik ma wajah nya, makannya di tutupin," ucap Altair yang terdengar sangat pelan.
"Sssth, jaga omongan kamu. Kalau mereka denger gimana?" Nisa benar benar geram dengan putra semata wayang nya.
Altair membrengut sebal. "Emang gitu 'kan kenyataan nya. Wajah nya tuh pasti burik, seratus persen gue yakin. Nggak sudi gue nikah sama dia."
"Altair, kamu udah semester berapa nak?" tanya Aisyah.
Altair enggan menjawab, namun urung kala perut nya di cubit oleh mama nya. "Semester enam."
Aisyah tersenyum. "Rencana nya Ajwa mau kuliah di sana. Nanti tolong kamu jagain Ajwa ya."
Altair asal mengangguk saja dan tidak mau ambil pusing. Tatapan nya kini jatuh pada gadis bercadar yang duduk di samping Aisyah.
Altair dan Ajwa sempat bertatapan untuk sesaat. Namun selang beberapa detik Ajwa memutus kontak mata tersebut dan kembali menunduk.
'Beneran sialan nih cewek, segitu nggak sudi nya natap gue? Harus nya gue yang nggak sudi natap dia,' batin Altair kesal.
Aisyah menatap putri nya. "Oh iya Wa, tolong ambilin minum sama camilan di dapur ya. Tadi umi udah bikin sirup, kamu tinggal ambil aja."
Ajwa mengangguk pelan lantas kemudian pergi. Altair menatap kepergian Ajwa, di hati kecil nya ada sedikit keinginan untuk menyusul gadis itu.
"Soal perjodohan, Ajwa udah setuju sama perjodohan itu. Gimana sama anak kamu?" tanya Rahman.
'Jadi tuh cewek udah setuju,' batin Altair.
"Kalau itu kita tanya aja langsung sama anak nya," jawab Iqbal.
Semua pandangan kini tertuju pada Altair, cowok itu terdiam sejenak kemudian bersuara. "Saya boleh numpang ke kamar mandi."
"Oh boleh, kamar mandi ada di sana. Mau di anterin?" Rahman menunjuk arah jalan ke kamar mandi.
Altair menggeleng. "Nggak perlu, saya bisa sendiri."
Altair bergegas pergi ke kamar mandi. Sebenarnya tujuan Altair bukan ke kamar mandi, melainkan menyusul Ajwa. Beruntung jarak dapur dan kamar mandi searah.
Mata Alatir bergerak mencari keberadaan Ajwa. Altair mempercepat langkah nya ketika telah menemukan Ajwa. Tanpa lama lama Altair langsung meraih tangan Ajwa.
"Sialan!" Nafas Altair memburu ketika dengan lancang nya Ajwa menarik tangan nya.
'Astaghfirulloh." Ajwa mengusapkan tangan nya pada gamis nya, ia benar benar merasa berdosa.
Altair membelalakan matanya. "Heh! Maksud lo apa? Lo pikir gue barang najis?"
"Bukan gitu kamu sa---"
"Halah apaan? Lo langsung usap tangan lo kayak gitu setelah gue sentuh. Maksud lo apa hah? Gue nggak terima!"
"Denger dulu, aku bisa jelas---"
"Halah, denger apaan. Dasar cewek aneh! Nggak guna! Lo tahu di luaran sana banyak cewek yang ngantri buat nyentuh seujung kuku gue. Tapi gue nggak mau di sentuh sembarangan. Ngerti nggak lo!"
Nafas Altair memburu, wajah tampan nya memancarkan aura seram saat ini. Berbeda dengan Ajwa yang justru malah menunduk karena takut sekaligus menjaga pandangan nya.
"Maaf, kalau aku bikin kamu tersinggung," ucap Ajwa.
"Maaf maaf apaan! Lihat, sekarang lo nunduk lagi. Tatap mata gue!" bentak Altair.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Milik Ketua Geng
Teen FictionTentang seorang laki-laki yang menyandang status ketua geng motor harus menikahi seorang gadis bercadar hanya karena sebuah perjodohan. Dia Muhammad Altair Laksmana, ketua geng motor terbesar di Surabaya. Dan gadis bercadar itu adalah Ajwa Anasha Sy...