4.Pernikahan

104K 10.6K 282
                                    

Altair terlihat tampan dengan tuxedo putih yang di kenakan nya. Cowok itu duduk di samping Ajwa yang memakai gaun putih lengkap beserta cadar nya.

"Heh sini geseran dikit, lo kenapa ngejauh gitu? Sumpah, gue bener bener nggak terima ya," Altair berucap dengan sangat pelan namun terlihat menakutkan.

Ajwa menunduk. "Bukan gitu kak. Aku cuma pengen jaga---"

"Halah, jaga jaga apaan! Jelas jelas lo kelihatan nggak sudi duduk bareng gue. Maksud lo apa hah?!" Wajah Altair memerah.

"Kakak salah paham, aku nggak maksud bikin kakak tersinggung," ucap Ajwa takut.

Nafas Altair memburu kala Ajwa terus saja menunduk. "Heh tatap muka gue, wajah gue kurang ganteng? sampek sampek lo nggak mau natap muka gue. Jangan nunduk terus!"

Ajwa semakin merasa takut. "Maaf kak, aku nggak bisa."

"Sini geseran." Altair menarik lengan Ajwa.

Ajwa kembali menjauh saat jarak nya dengan Altair terlalu dekat. Gadis itu juga mengusap lengan nya yang telah di sentuh oleh Altair membuat Altair semakin emosi.

"Heh, maksud lo apa? Lo jangan mancing emosi gue ya." Mata Altair berkilat marah.

'Astaghfirulloh, kak Altair salah paham. Ajwa cuma mau jaga jarak. Kak Altair masih belum jadi mahram Ajwa,' batin Ajwa.

"Kakak jangan marah marah," cicit Ajwa.

"Gimana gue nggak marah? Lo udah mancing emosi gue, sini geseran duduk nya!" ketus Altair menarik lengan Ajwa.

Lagi lagi Ajwa sedikit menggeser duduk nya. "Maaf kak, aku nggak bisa terlalu deket duduk sama kakak."

"Lo jangan bikin gue tambah emosi. Gue robohin nih pelaminan kalau lo masih nggak mau nurut sama gue!" ketus Altair.

Altair menarik lengan Ajwa, kali ini gadis itu menurut. Dalam hati nya Ajwa tak henti henti nya mengucapkan istighfar. Mau bagaimana pun juga Altair belum sah jadi suami nya.

Altair diam, ia tidak mau semakin emosi karena berbicara dengan Ajwa. Penghulu masih belum datang, dan para tamu hanya sebagian yang telah datang.

'Gue masih nggak nyangka kalau ini hari pernikahan gue. Gue bahkan nggak tahu wajah tuh cewek kayak gimana,' batin Altair.

Padahal dari awal Altair di perbolehkan untuk melihat wajah Ajwa, tapi Altair nya saja yang berlagak tidak mau dan langsung ingin mempercepat pernikahan.

***

"Saya terima nikah nya Najwa Anasha Syafi binti Abudurrahman Muzakki dengan maskawin tersebut di bayar tunai."

"Bagaimana para saksi sah?" tanya pak penghulu.

"Sah!" balas semua para tamu undangan.

Ajwa mencium punggung tangan Altair. Gadis itu tidak menyangka jika detik ini juga ia telah menjadi seorang istri dari Muhammad Altair Laksmana.

Dengan berat hati Altair mencium kening Ajwa. Di barisan kursi paling depan sahabat Altair bersorak hebok. Semua anggota Jevins datang ke pernikahan Altair.

"Uhuuuy si bos akhirnya udah punya pawang!" teriak Chiko.

"Ciee Al udah jadi suami!" teriak Jey.

"Pokoknya gue selalu dukung mas Al dan mbak Ajwa!" teriak Evin.

"Udah sah nih, berarti tinggal tunggu traktiran nya," ucap anggota Jevins yang lain.

"Lah, ngapain nunggu traktiran. Lo bisa makan bebas sekarang juga. Bungkus buat bawa pulang juga nggak papa," celetuk Chiko dengan tak tahu malunya.

Semua para tamu menatap ke arah sahabat Altair dan anggota Jevins yang lainnya. Syam tidak bersuara, ia hanya menutup wajah nya dengan telapak tangan.

"Syam, ayo ikutan teriak," ucap Jey.

"Nggak, makasih." Syam menghela nafas panjang.

"Cantik ya istri nya si Al," puji Evin.

Mata Chiko mengerjap. "Cantik darimana? Muka nya aja kagak kelihatan."

"Tapi kelihatan nya dia kalem. Coba' lo bayangin, Ajwa yang kalem nyatu sama Altair yang emosian. Semoga aja Ajwa nggak mati muda," timpal Evin.

"Heh, jangan ngomong sembarangan," peringat Syam.

Evin menyengir. "Lah, gue ini berdoa Syam, biar si Ajwa kuat dan nggak mati muda gara gara tingkah nya si Al."

Bersambung...

Gadis Bercadar Milik Ketua GengTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang