Mobil Altair mulai memasuki komplek cempaka. Ajwa bisa melihat banyak sekali rumah yang terlihat begitu indah dan mewah. Sampai akhirnya Altair menghentikan mobil nya.
"Turun!" ketus Altair kemudian membuka pintu dan turun dari mobil.
"Iya." Ajwa segera keluar dari mobil mewah Altair.
"Heh! Jangan kenceng kenceng nutup pintu nya. Kalau rusak lo mau jual jantung lo!" sentak Altair.
Ajwa menunduk takut, padahal Ajwa biasa saja saat menutup pintu mobil tersebut. "Maaf kak."
"Ambil koper di bagasi, cepetan nggak pakek lama!" Altair menurunkan sedikit kaca mata hitam yang bertengger di hidung nya.
Di balik cadar nya Ajwa menghela nafas panjang. "Bentar, biar Ajwa ambil dulu koper nya."
Ajwa berjalan ke arah bagasi mobil, Altair menekan salah satu tombol yang berada di kunci mobil nya membuat bagasi tersebut langsung terbuka dengan sendirinya.
Dengan susah payah Ajwa menurunkan tiga koper yang ada di bagasi. Dua koper milik Altair, dan satu koper milik Ajwa. Berbeda dengan Altair yang terlihat santai dan sedang bersandar di mobil.
"Heh cepetan, lelet banget sih!" Altair bertingkah seolah olah dia adalah seorang majikan.
"Ini kak koper nya." Dengan susah payah Ajwa menyerahkan dua koper milik Altair.
Altair mendelik tajam. "Heh! Lo nyuruh gue bawa tuh koper? Lo lah yang bawa, masa' gue!"
Ajwa berusaha untuk protes. "Tapi kak, dua koper itu 'kan milik kakak."
"Kalau gue bilang bawa ya bawa!" Altair melenggang pergi dan berjalan masuk.
Ajwa menguatkan hati nya untuk bersabar. 'Jangan sedih Ajwa, kamu harus semangat hadepin sikap nya kak Altair,' batin nya.
Dengan susah payah Ajwa berjalan sambil membawa tiga koper sekaligus. Altair menoleh ke belakang lantas berdecak pelan. Cowok itu menghampiri Ajwa.
"Lo kalau jalan tuh yang cepet. Heran, lelet banget jadi orang!" Altair menarik kasar tangan Ajwa.
"Lepas kak, tangan aku sakit." Ajwa tidak bisa mengimbangi langkah Altair.
"Ayo yang cepet jalan nya." Altair terus menarik tangan Ajwa tanpa rasa kasihan sedikitpun.
"Aww." Ajwa tersungkur ke tanah.
Altair melepas tangan Ajwa dan menatap nya tajam. "Lo bisa jalan nggak sih? Gitu aja jatoh, lemah lo!"
Ajwa menatap nanar punggung Altair yang mulai memasuki rumah. Ajwa tersenyum miris, ternyata Altair adalah laki laki yang tak punya hati. Ajwa mencoba untuk tersenyum dan bangkit.
***
Altair duduk tenang di sofa, sementara Ajwa baru masuk ke dalam rumah sembari membawa tiga koper. Nafas Ajwa sedikit terengah engah. Selang beberapa detik Altair bersuara.
"Buatin gue minum," ujar Altair.
"Tapi kak, Ajwa baru aja---"
"Ambilin gue minum sekarang juga!" tukas Altair.
Ajwa menatap Altair. "Bentar ya kak, Ajwa mau duduk sebentar."
"Gue bilang sekarang, gue nggak suka nunggu!" sentak Altair.
"Kakak mau minum apa?"
"Terserah!"
Ajwa diam diam tersenyum pedih, ia hanya bisa menurut. Ajwa melangkahkan kaki nya ke dapur, walaupun dia tak tahu letak dapur tersebut.
Selang beberapa menit Ajwa datang sambil membawa segelas es teh. Tanpa aba aba Altair langsung merampas gelas tersebut. Cowok itu mulai meneguk es teh yang ada di tangan nya.
"Minuman apaan nih? Manis banget, lo mau bikin gue mati hah?!" Altair membanting gelas tersebut.
Ajwa terkejut dan menatap pecahan beling yang ada di lantai. "Ajwa tadi udah pas kok ngasih gula nya."
"Nggak usah ngelak! Lo jangan coba coba bohongin gue!" tukas Altair.
Ajwa menggeleng dengan mata yang berkaca kaca. "Ajwa nggak bohong kak, tadi Ajwa udah pas ngasih gula nya."
Altair menarik tangan Ajwa membuat gadis itu terduduk di lantai, kaki nya pun menginjak beling. "Bersihin!"
"Bentar, Ajwa ambil pel dulu."
"Pakek baju lo!"
Detik itu juga tangis Ajwa pecah, ia tidak pernah mengira Altair sejahat ini. Cowok itu terlihat begitu membenci nya. Altair menatap mata Ajwa yang mulai basah.
"Nggak usah nangis! Cepet bersihin!" sentak Altair.
"Kenapa kakak jahat sama Ajwa?" Ajwa menatap Altair dengan air mata yang tak henti hentinya mengalir.
"Karena gue mau bikin lo nyesel udah terima perjodohan itu," jawab Altair.
"Bukannya kakak juga nerima perjodohan itu?" tanya Ajwa.
"Ya gue terpaksa, cepet bersihin lantai nya. Gue nggak suka kotor!" Altair menarik tangan Ajwa hingga membuat wajah Ajwa hampir terkena pecahan beling.
Ajwa menempelkan tangan nya ke lantai agar wajah nya tidak tersungkur. Ia tak peduli walaupun tangan nya berdarah. Ajwa berdiri dan menatap Altair.
"Ajwa mau ke kamar," lirih Ajwa lalu segera pergi.
"Kamar lo di gudang!" teriak Altair.
Ajwa berlari tak peduli walaupun kaki nya terasa sakit. Gadis itu benar benar pergi ke gudang. Ajwa tidak percaya di rumah sebesar dan semewah ini Ajwa harus tidur di gudang.
"Bang Ali, Ajwa pengen pulang." Ajwa duduk di pojok gudang sembari memeluk lutut nya.
Tangis Ajwa pecah, air mata nya mengalir begitu saja. Ia ingin meluapkan rasa sakit di hati nya. Batin Ajwa benar benar terluka.
"Umi ... Abi ... Ajwa mau pulang."
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejak. Promosiin juga ke teman teman nya, kalau mau aja sih. Kalau nggak mau juga nggak papa😅
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Milik Ketua Geng
Teen FictionTentang seorang laki-laki yang menyandang status ketua geng motor harus menikahi seorang gadis bercadar hanya karena sebuah perjodohan. Dia Muhammad Altair Laksmana, ketua geng motor terbesar di Surabaya. Dan gadis bercadar itu adalah Ajwa Anasha Sy...