Altair dan Ajwa berdiri di atas pelaminan mereka baru saja selesai bersalaman dengan tamu undangan. Ajwa masih menjaga jarak, ia belum terbiasa dengan status nya saat ini.
"Lo deketan sama gue bisa 'kan? Lo jangan mancing mancing emosi gue terus!" Altair benar benar jengah dengan tingkah Ajwa.
"Iya." Ajwa menggeser sedikit tubuh nya.
"Geser lagi," ucap Altair.
"Udah kak," balas Ajwa menggeser tubuh nya lagi.
Altair menarik lengan Ajwa di sertai decakan yang keluar dari mulut nya. "Lo jangan kayak orang tertekan, harusnya gue yang tertekan bukan lo."
"Astaghfirulloh," gumam Ajwa.
"Lo ngapain istighfar? Gue bukan setan," sewot Altair.
"Ajwa cuma istighfar kak, bukan baca ayat kursi," balas Ajwa.
Bukannya tenang Altair malah semakin emosi. Jika tidak ingat tempat umum, makian pasti sudah keluar dari mulut Altair.
Melihat wajah Altair yang memerah membuat Ajwa menunduk takut. Sampai akhirnya Rahman, Aisyah, Iqbal, Nisa, dan juga Ali menghampiri mereka.
"Ada apa nih? Kok dari jauh kalian kelihatan ribut ribut?" tanya Nisa.
Altair tersenyum manis dan merangkul Ajwa. "Kita cuma bercanda aja kok Ma. Suami istri 'kan harus akrab."
Entah kenapa Ajwa merasa aneh dengan senyuman Altair. 'Kenapa senyuman itu terlihat berbeda?'
"Tolong jagain Ajwa ya, buat dia bahagia," ujar Rahman.
"Iya, kamu jangan galak galak sama Ajwa," ucap Iqbal.
"Ajwa beruntung banget bisa dapetin suami seperti kamu." Aisyah tersenyum manis.
"Al pasti bakal jagain Ajwa." Altair tersenyum penuh arti.
Semua tersenyum mendengar ucapan Altair. Berbeda dengan Ali yang masih terlihat tidak suka dengan Altair. Pandangan Ali beralih kepada Ajwa.
"Kalau ada apa apa bilang ke abang ya Wa," ucap Ali.
Ajwa tersenyum di balik cadar nya. "Bang Ali nggak perlu khawatir. Ajwa bisa jaga diri."
Ali mengangguk. 'Justru perasaan abang nggak enak Wa.'
"Oh iya, kalian berdua tinggal di rumah mama aja ya," ucap Nisa.
Altair menatap mama nya. "Kita masih punya rumah di komplek cempaka 'kan Ma? Aku sama Ajwa mau tinggal di sana aja Ma."
"Apa Ajwa sudah setuju?" tanya Iqbal.
Ajwa gelagapan kala Altair menatap nya seakan meminta persetujuan "Ajwa terserah kak Altair saja, apapun keputusan nya Ajwa pasti akan setuju."
***
Altair menggandeng tangan Ajwa dan berjalan menghampiri teman teman nya. Dari kejauhan terlihat Chiko, Evin, Jey dan Syam yang sedang bercanda.
"Pengantin baru dateng, kasih tempat duduk Vin," ujar Jey.
"Cie si bos, baru sah udah gandengan aja," goda Chiko.
Altair menatap tangan nya yang bertaut dengan tangan Ajwa. "Lo ngapain pegang pegang tengan gue?!"
Ajwa tersentak kaget, padahal jelas jelas tadi Altair lah yang terlebih dahulu menggandeng nya. "Tadi 'kan kakak yang gandeng Ajwa."
Altair melotot dan melepaskan tangan Ajwa. "Heh, jangan nuduh sembarangan!"
"Maaf, Ajwa yang salah." Ajwa menghela nafas dan lebih memilih mengalah.
Evin mengambil dua tempat duduk dari meja lain dan membawa ke meja nya. Altair duduk di kursi tersebut di ikuti oleh Ajwa yang duduk di samping cowok itu.
Ajwa hanya diam dan menunduk, rasanya sangat tidak nyaman duduk dengan lima lelaki sekaligus. Tapi setidaknya Altair bersama nya saat ini.
"Selamat ya Al, tadinya kita mau maju dan ngasih selamat ke lo. Tapi tadi tamu undangan nya banyak banget," ujar Jey."Jadinya kita lebih milih makan dulu. Chiko udah nggak sabar buat makan gratis," timpal Evin.
"Selamat ya Al, semoga pernikahan lo langgeng." Syam mengulurkan tangan nya.
Altair menjabat tangan Syam. "Makasih."
Chiko tersenyum manis dan mengulurkan tangan pada Ajwa. "Selamat ya."
"Makasih." Ajwa menyatukan kedua telapak tangan nya.
Chiko mengerjap dengan tangan yang menggantung di udara. Berbeda dengan Jey dan Evin yang justru malah terbahak. Chiko melakukan kesalahan dengan mengajak Ajwa bersalaman.
Altair menatap wajah Chiko yang terlihat dongkol, ia sudah pernah di posisi Chiko. Waktu itu Altair benar benar terlihat seperti orang bodoh.
"Bukan mahram, jadi nggak boleh salaman," jelas Syam.
Chiko menarik tangan nya. "Lah, berarti salaman gue di tolak dong?"
"Salaman sama yang bukan mahram itu dosa, ngerti nggak lo? Maksiat mulu sih lo Chik jadinya kagak ngerti beginian," timpal Evin.
Chiko mendelik kesal. "Asem lo!"
"Salaman sama Chiko mah haram," ucap Jey di sertai kekehan.
"Ya udah gue salaman sama si bos aja." Chiko mengulurkan tangan nya pada Altair.
"Haram salaman sama orang nggak waras." Altair menyatukan kedua telapak tangan nya.
"Asem lo bos!" kesal Chiko.
Altair terkekeh pelan ketika melihat Chiko yang membrengut sebal. Jey dan Evin terbahak, kali ini Syam juga ikut tertawa. Ajwa tersenyum di balik cadar nya.
'Lihat aja, gue bakal bikin lo nyesel udah nerima perjodohan ini,' batin Altair melirik Ajwa.
Tidak ada yang menduga jika Altair mempunyai niat tersembunyi jauh di dalam hati nya.
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Bercadar Milik Ketua Geng
Teen FictionTentang seorang laki-laki yang menyandang status ketua geng motor harus menikahi seorang gadis bercadar hanya karena sebuah perjodohan. Dia Muhammad Altair Laksmana, ketua geng motor terbesar di Surabaya. Dan gadis bercadar itu adalah Ajwa Anasha Sy...