Bab 5 Tetangga

3 1 0
                                    

Jangan lupa, follow, vote and komen, ya🥰

Happy reading 🥳
 

Setelah bel pulang berbunyi, seluruh siswa berhamburan ke luar kelas. Dareen yang tidak masuk kelas hanya duduk santai di bawah pohon rindang yang terletak di belakang taman sekolah. Ia sengaja pulang paling akhir, karena ia lebih suka kesunyian.

Setelah menunggu setengah jam di taman belakang sekolah, ia akhirnya ke tempat parkir. Di sana ia melihat sepeda motor yang sama seperti miliknya. Hanya saja berbeda warna. Ia terus menelisik sepeda motor itu. Sepertinya, ia pernah melihatnya, tetapi entah di mana. Setelah berpikir cukup lama, ia masih tidak mengingatnya. Karena hari ini ia tidak ingin lama-lama di sekolah, ia pun akhirnya langsung mengendarai sepeda motor Yamaha R1M kesayangannya.

Hari ini ia mengendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang. Saat ia sudah hampir dekat dengan rumah mamanya, ia melihat Daffin dari kaca spionnya. Kemunculan Daffin yang tiba-tiba ada di belakang membuatnya ketakutan. Bukan hanya itu, motor Daffin juga sama seperti miliknya, hanya saja motor milik Daffin berwarna putih.

Setelah melihat Daffin mengikutinya. Hati Dareen menjadi waswas. Dareen takut kalau Daffin akan balas dendam padanya. Ia takut kalau Daffin akan melakukan kejahatan seperti kisah di novel-novel yang ia baca sebelumnya.

           Dareen pun mencoba untuk tenang. Walaupun hatinya gelisah dan takut, tetapi ia mencoba memberanikan diri untuk mencegat motor Daffin. Dengan mengumpulkan semua keberaniannya, ia langsung melepaskan helm dan turun dari motornya.

“Hei, cowok lemes! Ngapain lo ngikutin gue? Jangan-jangan lo mau berniat jahat, ya, sama gue?” tanya Dareen seraya meneliti Daffin dari ujung kaki sampai ujung kepala.

“Ha, gue, ngikutin lo. Ogah! Ngapain juga gue harus ngikutin cewek aneh kaya lo. Lo jadi cewek jangan ke-geer-an deh, narsis banget si, lo.”

“Ha-ha-ha. Ya mana ada maling mau ngaku. Kalau maling ngaku, penjara pasti penuh. Udah deh ngaku aja, lo emang sengaja ‘kan mau ngikutin gue. Atau jangan-jangan lo ...,” ucapan Dareen terputus saat laki-laki itu menyela perkataannya.

“Apaan si, jangan berpikiran yang aneh-aneh deh, lo. Udah sana minggir, gue mau lewat!” ujar Daffin pada Dareen yang masih berdiri di depan motornya.

“Nggak mau, gue nggak mau minggir sebelum lo ngaku,” ucap Dareen kekeh.

“Heh cewek aneh, cepetan minggir gue udah ditungguin nih sama bokap gue.”

“Alah alasan aja lo, bilang aja lo nggak mau ngaku ‘kan? Emang di mana-mana penjahat itu banyak alasan dan nggak ada yang mau ngaku kalau sudah tertangkap basah.”

“Oke, lo mau bukti, cepetan ikut gue naik motor!” ucap Daffin pada Dareen.

“Tuh ‘kan, lo emang mau berniat jahat kan sama gue, makanya cari alasan ngajak gue naik motor.”

Daffin berdecak lalu melanjutkan ucapannya, “Ya Allah nyebelin banget si lo jadi cewek. Lo maunya apa sih?” tanya Daffin yang semakin geram.

“Mau gue ..., ya ngelaporin lo ke polisilah, penjahat kaya lo mah harus dimasukkan ke penjara. Biar kapok, dan biar nggak ngikutin gue lagi.”

“Serah lo aja deh.” Daffin sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia sudah sangat kesal karena Dareen tidak mempercayai ucapannya.

Saat Dareen mau menelepon polisi. Tiba-tiba, seorang lelaki paruh baya berperawakan tinggi semampai memanggil Daffin. Sontak Dareen langsung membalikkan badannya dan melihat lelaki itu. Lelaki paruh baya itu juga tersenyum ke arahnya.

Dareen yang melihat lelaki paruh baya itu tersenyum. Langsung menunduk.

“Ah, Dareen lo kok jadi cewek geer banget sih, itu pasti papanya si pemuda lemes. Duh gue malu banget, serasa nggak punya muka,” ucap Dareen dalam hati.

Daffin yang melihat Dareen tertunduk malu, langsung bicara setengah berbisik. “Kenapa nunduk? Malu ya? Gue ‘kan udah bilang tadi, kalau gue nggak ngikutin lo. Lo sih nggak percaya, pasti bokap gue nyangkanya lo itu pacar gue. Tanggung jawab lo, kalau bokap gue sampai salah paham.” Setelah selesai berbicara, Daffin kemudian langsung melajukan motornya. Ia berhenti tepat di sebelah rumahnya Dareen.

Dareen yang melihat lelaki itu, langsung sangat kaget. Ia bertanya-tanya dalam hati, jangan-jangan pemuda itu adalah anak teman baik papanya. Ia ingat betul ucapan mamanya dulu. Kalau rumah itu jarang ditinggali pemiliknya. Pemiliknya akan pulang ke Indonesia jika ada urusan mendadak.

Pak Hendra, ia adalah teman dekat papanya Dareen. Sejak kecil ia sering mendengar papanya bercerita tentang Pak Hendra. Papanya juga sering mengungkit kebaikan Pak Hendra jika ia sedang berkumpul diruang keluarga. Ya, itu dulu sekali saat ia masih kelas satu SMP. Namun, ingatan Dareen sangat tajam. Ia bisa mengingat kejadian-kejadian atau peristiwa di masa lalu.

           Tak heran jika ia masih mengingat nama Pak Hendra—teman dekat papanya. Papanya dan Pak Hendra mempunyai bisnis properti. Dari hasil bisnis itulah papanya sekarang menjadi orang yang cukup terpandang.

Saat pikiran Dareen sedang menerawang entah ke mana, suara Bi Imah membuyarkan lamunannya.

“Non, cepetan masuk, Bibi sudah buatkan makanan kesukaan, Non,” pinta Bi Imah pada Dareen.

“Iya, Bi, bentar ya, Dareen mau memasukkan motor ke garasi dulu.”

Setelah selesai menyimpan motornya di garasi. Dareen langsung masuk ke dalam rumahnya. Ia langsung ke ruang makan untuk menyantap makanan kesukaannya. Hari ini ia makan sangat lahap. Karena saat di sekolah ia tidak sempat makan di kantin.

Bi Imah yang melihat Dareen makan dengan lahap hanya tersenyum merekah. Sudah lama ia tidak melihat Dareen makan seperti itu. Saat Dareen masih menyantap makanannya, Bi Imah izin untuk pulang ke rumah papanya Dareen.

Saat Bi Imah sudah pulang. Rumah menjadi sepi kembali. Dareen yang sudah selesai makan langsung pergi ke kamarnya. Ia kemudian membuka laptop dan membuka email untuk menghubungi pemuda misterius yang selalu mendengarkan semua keluh kesahnya. Dareen bercerita tentang masalahnya saat di sekolah.

Saat ia merasa sedih dan butuh tempat curhat. Ia selalu menghubungi DA-panggilan akrab untuk pemuda misterius yang menyelamatkannya. Dareen selalu merasa DA itu adalah sosok lelaki yang sempurna dan pengertian. Ia ingin cepat-cepat lulus dan menemui DA di Amerika.

Wanita memang begitu, jika ia menemukan seseorang yang membuatnya nyaman, pasti ia akan terus berusaha untuk bisa mendapatkan hatinya. Namun, DA bukanlah sosok laki-laki yang mudah didapatkan. Walaupun ia baik dan pengertian, tetapi ia tidak pernah memberikan harapan apa pun pada Dareen. Ia selalu bersikap cuek jika Dareen sudah membahas masalah hatinya.

Dareen masih tidak mau menyerah. Walaupun perasaannya tidak terbalas ia tetap mencintai dan mengagumi DA, sosok pria yang berhasil membuat ia lupa dengan rasa sakit hati yang dialaminya.

Dareen sangat yakin, suatu saat nanti, ia pasti bisa meluluhkan hati DA. DA sangat misterius dan susah ditebak. Namanya saja hanya inisial. Ia tidak pernah menyebutkan nama asli atau nama lengkapnya. Untuk itu, Dareen juga hanya memberi tahu nama awalannya saja, DN( Dareen Nadira). Jadi, pemuda misterius itu juga tidak tahu siapa nama asli Dareen sebenarnya.

Terlambat MenyadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang