Bab 6 Perasaan Danil

4 1 0
                                    

Jangan lupa, komen and Vote-nya.🥰

Happy reading 🥳

Malam yang kian sunyi, membuat pikiran Dareen menerawang entah ke mana. Sesekali ia menatap langit-langit kamarnya. Tiba-tiba, ia memikirkan kejadian sore tadi bersama Daffin di depan rumahnya. Ia masih tidak percaya orang yang ia benci ternyata adalah tetangganya dan yang lebih parahnya lagi, ternyata lelaki yang ia benci adalah anak teman baik papanya.

Dunia terlalu sempit, ia bahkan tidak menyangka, bisa bertemu langsung dengan anak Pak Hendra. Menurutnya, kepribadian Pak Hendra dengan Daffin sangat jauh berbeda. Pak Hendra orang yang baik dan bijaksana. Sedangkan anaknya manusia keras kepala yang tidak pernah memikirkan perasaan orang lain.

Menurut pepatah yang pernah ia baca. Biasanya buah jatuh tidak akan jauh dari pohonnya. Namun, melihat kepribadian Pak Hendra dan Daffin, bagaikan langit dan bumi. Kepribadian mereka berdua benar-benar sangat jauh berbeda. Tidak ada kesamaannya sama sekali. Bahkan Dareen juga suka kesal dengan sikap Daffin yang keras kepala dan sangat julid mulutnya.

Setelah memikirkan kejadian tadi sore. Tiba-tiba ponselnya berdenting. Dareen langsung bangun dari tempat tidurnya dan mengambil ponsel di atas meja belajarnya. Di sana ada banyak notifikasi dari grup sekolah mau pun grup pribadinya.

Saat membuka WA, matanya tertuju pada grup pribadi. Grup ini adalah grup gibah yang ia buat sendiri. Grup ini juga hanya beranggotakan satu orang, siapa lagi kalau bukan teman baiknya, Maemunah. Ya, grup ini ia buat khusus untuk dirinya dan Maemunah.

Kalau dipikir-pikir kocak sekali memang. Ia membuat grup hanya ada Maemunah dan dirinya. Padahal bisa saja kan ia chat pribadi, tanpa harus membuat grup. Namun, gadis itu memang punya pemikiran yang berbeda. Ia lebih suka chat di grup walaupun hanya ada dua orang. Jarinya langsung membuka spam chat dari grup WhatsApp miliknya. Di sana tertera nama grup ‘Gibah Itu Dosa’. Matanya langsung membelalak saat membuka pesannya.

Maemunah
[Dareeeeeeen!]

[Ada berita heboh, lo mau tau enggak?]

[Ternyata si anak baru yang bernama Daffin itu jomlo, ah gue seneng banget dengernya.]

[Nanti gue mau comblangin lo sama dia, ya. Hahaha.]

Setelah membaca pesan dari Maemunah, Dareen langsung membalasnya.

Me
[Wah ni anak cari masalah, ya. Awas aja lo May, kalau nyomblangin gue sama dia. Liat aja besok pagi, gue gantung lo di pohon toge, mau?]

Maemunah
[Ih, serem, jangan galak-galak napa, gue ‘kan Cuma bercanda. Wkwk.]

[Tapi topik intinya bukan itu, tadi di sekolah Danil bilang sama gue, katanya dia mau bicara penting sama lo.]

[Dia tunggu lo besok sehabis pulang sekolah di taman.]

Setelah membaca pesan terakhir yang dikirim Maemunah. Dareen tidak membalasnya lagi. Ia tahu, pasti besok Danil akan mengungkapkan isi hatinya seperti tiga tahun silam. Di mana Danil mengungkapkan perasaannya pada Dareen saat ia duduk di kelas IX SMP.

Gadis itu tidak habis pikir, mengapa ada laki-laki seperti Danil. Padahal ia sudah menolaknya mentah-mentah. Namun, Danil masih saja mengejarnya. Gadis itu hanya bisa menerka-nerka, mungkin saja dugaannya salah. Semenjak kejadian sore tadi bersama Daffin, pikirannya juga kini masih terganggu. Ia tidak bisa berpikir jernih. Sebelum tidur, ia pun terus berdoa, semoga besok dugaannya salah dan Danil tidak mengungkapkan perasaannya lagi.

***
Pukul 04.20 Dareen bangun dari tidur lelapnya. Langkah kakinya berjalan gontai ke arah kamar mandi. Setelah mandi sekitar 15 menit. Dareen langsung melaksanakan salat subuh. Ia selalu menunaikan kewajibannya, tak lupa, setelah selesai salat, Ia juga membaca Al-Quran, pemberian dari almarhumah neneknya.

Walaupun Dareen dibesarkan di kehidupan yang serba ada. Namun, dari kecil ia sudah diajarkan tentang ilmu agama oleh neneknya. Neneknya adalah alumni pondok pesantren. Jadi, wajar saja jika sejak kecil ia sudah diajarkan tentang ilmu agama. Dareen hanya diajarkan ilmu agama sampai dia kelas VIII SMP, karena saat ia kenaikan kelas IX, neneknya meninggal dunia.

Ia selalu mengingat nasihat almarhumah neneknya untuk selalu membaca Al-Qur’an setiap hari. Makanya ia selalu menyempatkan untuk membaca Al-Qur’an.

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 06.00. Ia langsung memakai seragam dan kemudian sarapan nasi goreng yang sudah disediakan di meja makan oleh Bi Imah. Setelah selesai sarapan, ia langsung berangkat ke sekolah dengan sepeda motor kesayangannya.

Jalanan yang masih langgang dan tidak terlalu macet membuatnya nyaman mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Saat di pertengahan jalan, ia melihat sepeda motor yang sangat ia kenali . Saat memperhatikan pelat nomor sepeda motornya, ternyata itu adalah Dimas, laki-laki yang dulu membuat hidupnya down dan terluka.

Di sana terlihat Dimas sedang membonceng Dea. Saat melihat Dimas di depannya. Dareen langsung membalap motor Dimas dengan kecepatan yang semakin tinggi. Akhirnya, motor Dareen melesat jauh meninggalkan Dea dan Dimas di belakang.

Setelah sampai di depan gerbang sekolah, ternyata Dimas dan Dea juga baru sampai. Bukan hanya Dimas dan Dea, tetapi ada Daffin dan Danil juga yang baru sampai gerbang sekolah. Entah ia mimpi apa semalam. Sampai bertemu keempat orang ini.

Dea yang melihat Dareen di depan gerbang langsung menghampirinya.

“Eh, ada Kakak tersayang gue juga rupanya. Tumben kita berangkatnya bisa berbarengan,” ucap Dea seraya melambaikan tangannya pada Dimas yang hendak pergi mengendarai sepeda motornya.

Dareen tidak menggubris ucapan Dea. Ia hanya diam dan langsung menuju tempat parkir. Di tempat parkir ia juga bertemu Daffin dan Danil.

“Eh Ren, jangan lupa, ya, habis pulang sekolah kita ke temuan. Gue tunggu lo di belakang taman sekolah,” ucap Danil pada Dareen dengan senyuman manisnya. Dareen hanya diam dan langsung melangkahkan kakinya meninggalkan Danil dan Daffin. Saat kakinya melangkah, Daffin langsung memanggilnya.
“Eh cewek aneh, lo enggak punya mulut apa? Danil ngomong diam aja. Dasar bisu!"
Dareen yang mendengar ucapan Daffin langsung membalikkan badannya.

“Apa Lo bilang, bisu? Suka-suka gue ‘lah mau ngomong kek mau enggak, bukan urusan lo. Dasar cowok julid!” Dareen pun langsung mempercepat langkahnya dan meninggalkan mereka berdua di tempat parkir.

Daffin yang melihat Dareen pergi langsung merasa kesal. Ia tidak habis pikir, sebenarnya sihir apa yang dipakai Dareen sehingga membuat sahabat kecilnya itu tergila-gila padanya. Ia tahu kalau sahabatnya itu sudah mencintai Dareen sejak Danil duduk di kelas VIII SMP. Walaupun Daffin tidak satu sekolah dengan Danil. Namun, ia tahu betul sahabatnya sudah menyukai Dareen dari dulu.

Setiap bertukar kabar via email. Danil pasti menceritakan semua tentang Dareen pada Daffin. Awalnya Daffin mengira Dareen adalah wanita yang baik dan lemah lembut. Namun, dugaannya ternyata salah. Baginya, Dareen adalah wanita sombong yang tidak pantas dicintai oleh pria mana pun.

Terlambat MenyadariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang