e p i l o g u e

358 38 6
                                    

This is special for you;
untuk siapapun yang sudah membaca
kisah Im dan Kwon, terima kasih.

PERTEMUANKU dengan Taehyung waktu seakan berhenti untuk sekejap. Im Taehyung, tetangga baru yang diperkenalkan Mama ketika berpapasan tidak terlalu istimewa, tapi ada sepercik kesenangan saat aku berpikir bahwa mungkin hari-hari bermainku akan menyenangkan seperti kebanyakan teman-temanku. Membeli banyak naengmyeon di musim panas, menonton film di biokop hingga larut malam, atau banyak kegiatan seru yang bisa dihabiskan bersama teman di akhir pekan.

Tapi belum lima hari Ia menjadi tetangga, Im sudah menunjukan sikap menyebalkannya padaku. Oke, kemungkinan-kemungkinan di dalam kepala mendadak lenyap.

Ia terlalu nakal untuk disebut teman. Terlalu jahil untuk disebut sahabat. Aku benci Im Taehyung.

Aku pernah dilarang Mama untuk pergi karena harus belajar sebelum tes harian. Aku dengar Mama, jelas sekali ketika kata-katanya menekan. Alisnya juga berkerut marah, itu sebab tes minggu laluku punya nilai merah. Huh, coba saja kalau drama kesukaanku bisa ditunda untuk tayang, maka aku akan belajar dengan serius sampai ketiduran.

Namun, ketika aku dilarang, semakin pula aku tertantang untuk melakukannya. Jadi aku kabur lewat pintu belakang ketika Mama mengadakan acara kumpul bersama teman-temannya di rumahku.

Mengunjungi berbagai tempat yang menyenangkan sendirian. Sejenak kulupakan seluruh beban yang akan dihadapi di rumah.

Sore hari aku kembali pulang ke rumah akan tetapi pintu belakang justru terkunci. Sialnya aku lupa membawa kuncinya sebelum berangkat dari rumah. Tumitku bergerak untuk mengendap-endap sampai pintu depan, bertanya-tanya apakah Mama sudah selesai dengan acaranya atau belum. Segera kuintip jendela takut-takut, di dalam sana tidak ada riuh ketawa dari teman-teman Mama. Sudah senyap. Mengembuskan napas, kemudian aku tergerak membuka pintu depan. Berpikir pendek bahwa Mama pasti ada di dalam kamar.

Kubuka knop pintu hati-hati, namun seluruh imajinasi tentang bagaimana aku selamat hari ini menguap. Pikiranku tentang Mama yang mungkin saja sedang berada di dalam kamar juga jadi ijut kabur. Sebab Mama kini tengah berdiri dengan tangan yang bersidekap di dada, menatapku datar juga menyeramkan.

“Eh, Mama... Sedang apa di sana??? Menunggu seseorang???” kataku kikuk sambil menutup pintu.

Mama belum menjawab dan suasana mendadak canggung. Aku menelan ludah, kalau Mama marah dengan diamnya berarti level marah Mama sudah berada ditingkat atas. Jadi aku berjalan ke samping menghindari Mama berharap agar cepat sampai kamar.

Tapi sebelum itu, “Kwon, Mama kecewa. Im datang menghampiri Mama ketika acara selesai, dia bilang kau pergi lewat pintu belakang dengan mengendap-endap. Im sudah datang untuk belajar bersama seperti janji yang kamu buat dengannya.”

Otakku kosong. Sejak kapan? Sejak kapan aku dan Im berjanji untuk belajar bersama? Bahkan kemarin ketika kami bertemu di halaman sore hari, dia mengejekku dengan mukanya yang menyebalkan.

Wah, dia mengarang cerita. Kurang ajar. Akan ku beri sebuah pelajaran yang setimpal nanti.

“Aku dan Im tidak sedekat itu, Ma. Pria itu terlalu menyebalkan untuk jadi temanku!” ujarku tak terima.

Mama mendengkus, “Dan kau terlalu nakal untuk pria baik hati seperti Im. Kau dengar Sona, minggu ini tidak ada uang jajan tambahan. Kau harus belajar dengan giat!”

 Naughty Neighbor (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang