Bagian 4

12 2 0
                                    

_______🌻🌻🌻________
ℏᾰ℘℘ʏ Իḙᾰժ!ℵ❡♡
_____________________

Hari ini Kyra tidak sekolah. Gadis itu terkena demam setelah tadi malam terlalu lama merenung di balkon kamarnya saat hujan deras. Ini salah satu alasan baik Ashraf maupun Bagas sangat ketat dalam mengawasi Kyra, gadis itu sangat lemah. Ia mudah sakit. Bahkan terkena air hujan sedikit saja bisa terkena demam berhari-hari.

"Baby Willa!"

Pintu kamar Kyra terbuka dari luar. Dengan tergesa Bagas menghampiri Kyra. Laki-laki itu tidak jadi berangkat sekolah setelah mengetahui gadis kesayangannya terkena demam. Berbeda dengan Ashraf yang tetap sekolah mengingat akan ada rapat OSIS selepas kegiatan belajar mengajar selesai.

Kyra yang tadi terpejam langsung membuka matanya saat mendengar Bagas berteriak. Bibir pucat gadis itu terbuka hendak mengatakan sesuatu. Namun, belum sempat ia mengucapkan sepatah kata Bagas lebih dulu menubruk tubuhnya, memeluknya erat.

"Baby Willa kok bisa sakit? Jangan sakit dong Agas jadi sedih, nih." Bagas mengeratkan pelukannya.

Perlahan, Kyra membalas pelukan Bagas. Ia tertawa kecil. Di saat ia sakit seperti ini Bagas adalah orang nomor satu yang bergerak cepat untuk selalu berada di sampingnya. Kyra kerap beradu mulut dengan laki-laki ini, tetapi Kyra juga sangat menyayangi Bagas begitupun sebaliknya.

"Harus cepet sembuh pokoknya nggak boleh sakit lagi," kata Bagas lembut seraya mencubit pelan pipi gembul Kyra membuat gadis itu terkekeh.

Jujur Bagas merasa tidak becus menjaga Kyra setiap kali melihat gadis itu sakit. Bahkan jika diberi pilihan pun Bagas lebih memilih untuk menggantikan Kyra sakit daripada melihat gadis kesayangannya terbaring lemah seperti ini. Bagas tidak tega.

"Iyaaa, Bagas," balas Kyra pelan.

"Baby Willa belum makan, kan? Agas ambilin makanan, ya?"

Kyra menggeleng. "Nggak mau makan," katanya.

"Harus makan! Gue tau pas sakit itu kalau makan emang nggak enak, tapi setidaknya jangan nyiksa perut lo. Kasihan dia juga harus dikasih asupan."

Bagas berdiri. Tanpa berkata lagi ia segera berlari keluar kamar, berniat ke dapur untuk mengambil makanan untuk Kyra. Sebelumnya Bagas sudah meminta asisten rumah tangga di rumah sahabatnya itu agar memasakkan bubur ayam. Jadi saat ini Bagas hanya tinggal mengambilnya saja.

Ketika Bagas sampai di anak tangga terakhir Sella menghampiri Bagas dengan terburu-buru.

"Bagas!"

"Iya, Tante? Kenapa?"

"Bisa minta tolong jagain Kyra dulu nggak?" Sella berusaha mengatur napasnya agar teratur. "Temen Tante ada yang meninggal, Tante harus segera ke sana," ujarnya.

"Hadeh Tante Sella kaya sama siapa aja, sih. Tante bisa pergi dengan tenang nggak usah pikirin Kyra terus biar Bagas yang urusin," balas laki-laki tampan itu. Ia tersenyum menyakinkan Sella agar wanita paruh baya tersebut tidak terlalu lama berpikir.

Sella mengangguk kemudian menepuk pundak Bagas. "Nanti kalau nggak mau makan dipaksa aja, ya, Kyra-nya. Tante sebenarnya nggak tega mau pergi, tapi ini mendesak banget."

"Iya, Tante siap. Ya udah nggak papa. Saran Bagas mending Tante segera ke sana aja deh biar nggak kesiangan, kasihan jenazahnya kalau disuruh nungguin orang-orang terus."

****

"Bagas ganteng datang lagi sambil bawa bubur buat Baby Willa," ujar Bagas setelah memasuki kamar Kyra.

Dilihatnya Kyra yang tengah menatap balkon dengan sesekali menghela napas. Gadis itu seperti tengah memikirkan sesuatu.

"Kenapa?" tanya Bagas.

Tidak ada jawaban.

"Lo kenapa, Ra? Mikirin apaan, sih?" Bagas meletakkan bubur di nakas samping tempat tidur Kyra.

"Kyra cuma lagi mikir ... orang meninggal, kan, dipakein kain kafan, ya, terus Mbak kunti itu dapet daster dari mana?"

Menarik napas dalam, Bagas menatap Kyra gemas. Saking gemasnya hingga ingin sekali melempar gadis itu dari atap hotel empat puluh lantai.

"Bagas nggak usah ngeliatin Kyra gitu. Kyra tau Kyra cantik, tapi jangan sampai segitunya. Kyra jadi malu tauuu."

Bagas menunjukkan ekspresi lempeng. "Hem Bagas ganteng Bagas sabar."

"Sekarang lo makan dulu. Gue nggak nerima penolakan, nerimanya rasa cintamu padaku," kata Bagas seraya menyodorkan sesendok bubur pada sahabat kesayangannya itu.

Kyra menggeleng, mengalihkan wajahnya. Sejak dulu hingga sekarang Kyra adalah tipe orang yang susah untuk mengisi perut ketika sedang sakit. Ia lebih memilih kelaparan dibandingkan memakan makanan yang tidak ada rasanya.

"Makan sayang. Biar lo cepet sembuh," ujar Bagas pelan.

"Nggak usah panggil-panggil sayang. Kyra nggak mau berurusan lagi sama Bagas lovers yang nggak punya hati nurani itu!"

Bagas menahan tawa ketika selintas kejadian kembali teringat. Dulu Bagas sering dengan sengaja memanggil Kyra 'Sayang' hingga para fans-nya melabrak Kyra, membawa gadis itu ke taman belakang dan mengikatnya di pohon rambutan. Para gadis kurang belaian kasih sayang itu sepakat untuk memberi Kyra hukuman karena selalu berada di dekat Bagas. Mereka sangat iri dengan Kyra hingga melakukan hal nekat seperti itu. Namun, bukannya menolong saat melihat Kyra yang diikat di pohon rambutan, Bagas malah tertawa terbahak-bahak hingga akhirnya datanglah Ashraf sang malaikat penolong bagi Kyra.

"Masih inget ternyata," gumam Bagas. Ia berusaha keras agar tidak tertawa. Bisa-bisa ia kena tampol jika ketahuan menertawakan nasib Kyra dulu.

"Apa?"

"Hah?"

"Bagas barusan ngomong apa?"

"Nggak ngomong apa-apa." Kembali fokus pada Kyra yang sedang sakit, Bagas pun berujar, "Makan dulu, ya? Nanti kalau udah sembuh gue beliin boneka bt21 yang gede, deh."

Hem tawaran menarik, batin Kyra seraya menatap Bagas.

"Beneran nggak?" tanya Kyra memastikan.

"Iya kalau lo mau makan."

Dengan gerakan terpaksa Kyra menyuapkan sesendok bubur yang ada di tangan Bagas ke mulutnya. "Kyra mau semua boneka bt21 yang gede pokoknya. Kyra bakal coba habisin buburnya, tapi Bagas harus janji beliin beneran. Ya?"

"Iyaa Baby Willa. Janji, deh. Sini gue suapin," ujar Bagas. Ia menyuapi Kyra dengan telaten.

Sambil mengunyah, Kyra berkata, "Pokoknya kalau Bagas ingkar janji Kyra sunat lagi!"

Mendadak Bagas merinding. Masa depannya terancam.

****

Wajah tampan itu terlihat lelah. Sesekali ia melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah sore, tapi ia belum juga meninggalkan sekolah. Semua ini karena ia merupakan anggota OSIS. Sudah hal biasa pulang telat karena harus mengikuti rapat terlebih dahulu.

"Ashraf udah lo catat semua, kan, apa yang bakal dibutuhin buat event entar?" tanya Salsa sang wakil ketos.

"Udah," jawab Ashraf singkat. Ya, kulkas berjalan ini menjabat sebagai sekretaris di organisasi siswa intra sekolah. Tulisan tangan laki-laki itu sangat baik hingga Leo sang ketos sendiri yang menunjuk Ashraf sebagai sekretaris.

"Oke sepertinya rapat sampai sini aja. Kalian boleh pulang sekarang," ujar Leo dengan senyum ramahnya.

Setelah itu anggota inti OSIS yang mengikuti rapat satu persatu keluar dari ruang OSIS begitu pula dengan Ashraf. Laki-laki itu melangkah sedikit terburu-buru. Saat ini dalam pikirannya hanya ada satu nama. Kyra, gadis yang saat ini mungkin sedang terbaring lemah. Ingin sekali Ashraf mengikuti Bagas membolos dan menemani Kyra seharian, tapi apa boleh buat. Ia anggota inti OSIS yang harus hadir ketika ada rapat seperti tadi.

"Gue harap keadaan lo udah membaik, Ra," gumam Ashraf khawatir.

т✺ ♭ḙ ḉ✺ℵт!ℵṳḙժ

About KyraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang