Naqelaa POV.
Sudah terhitung satu bulan aku bersekolah disini, tentunya hal itu membuatku mendapatkan cukup banyak teman dekat, baik laki-laki maupun perempuan. Marsyikal, Fauzan, dan Revanzyah contohnya. Mereka bertiga adalah teman laki-laki ku yang kini, sangat dekat denganku.
Setiap dari mereka mempunyai cerita masing-masing untuk berteman denganku. Yang kali ini, akan ku ceritakan satu persatu.
Mulai dari yang pertama, Marsyikal.
*
*
*"Makasih ya Om" ucapku kepada Om Harto lalu keluar dari mobil, berjalan santai memasuki wilayah sekolah yang masih nampak sepi, entahlah, mungkin karena ini hari Jumat? Jadi, guru-guru tak terlalu tergesa-gesa datang ke sekolah, karena, agenda kegiatan hari ini hanyalah bersih-bersih.
Matahari pagi hari ini benar-benar menyejukkan hatiku, ditambah lagi suasana sekolah yang sepi membuatku benar-benar merasa teduh.
Ini adalah hari pertama dimana semua murid di kelasku masuk full, kesempatan untukku mengenal semua teman-teman kelas.
"Assalamualaikum" aku masuk ke kelas ku lalu meletakkan tasku diatas meja, dan duduk di kursi ku.
Aku menoleh ke kanan-kiri "masih sepi" ucapku lalu melirik jam di tangan kiri ku, waktu menunjukkan pukul 6:40 "kepagian nih aku datengnya"
Beberapa menit kemudian datang seorang cowok tinggi yang langsung mengambil tempat duduk di meja yang berdampingan dengan mejaku. Aku hanya diam, tak menyapa ataupun sekedar berbasa-basi, ya, karena aku tak mengenalnya, fyi, aku sedikit pemalu kepada cowok yang baru pertama kali ku temui.
Sekilas aku melirik lewat ekor mataku, dia tengah asik dengan handphone nya. Ah, membosankan, pikirku.
"Eh" sapa sang cowok untuk pertama kali, oke, sapaan yang kurang bagus. Maksudku, dari sekian banyak kata sapaan, kenapa harus eh? WHY?!
Aku menoleh ke arahnya "bentar-bentar, kamu..." Cowok itu menggantung ucapannya, terlihat seperti mengingat-ingat sesuatu "kamu, Naqelaa kan?" Tanyanya.
"Iya, kok bisa kenal?" Aku balik bertanya, mulai tertarik.
"Ya kenal lah, kan kita satu SMP dulu"
"Oh ya?"
"Iyaa, tapi kamu kayaknya nggak tau aku"
Aku mengangguk-angguk "ohhh gitu"
"Kenalin" ucapnya sambil menyodorkan tangan "Ragil Juliangga, biasa di panggil Ragil"
Aku menjabat tangannya seraya tersenyum "Naqelaa Alayya, panggil aja Naqelaa"
Cowok yang ternyata bernama Ragil itu pun ikut tersenyum, terlihat antusias berteman dengan ku. Akhirnya, aku dan Ragil banyak bertukar cerita, mulai dari hal penting sampai hal random.
Tak lama, beberapa murid mulai berdatangan, tapi aku tak melihat tanda-tanda kedatangan Syahra, padahal aku dan dia berjanjian untuk datang lebih pagi hari ini agar dapat berkeliling sekolah dulu, ternyata dia mengingkari janjinya, tapi, ya sudahlah, tak apa, yang terpenting disini aku tak sendiri, ada Ragil, yang mau menjadi teman mengobrol ku.
Satu cowok datang lalu melintas di hadapanku, dan mengambil posisi duduk di meja tepat di belakang mejaku, wajahnya, terasa tidak asing.
"Hey, ngeliatin nya gitu amat" tegur Ragil.
Aku menoleh, lalu menarik kursi ku agar lebih dekat dengan Ragil dan mulai berbisik "mukanya kayak ga asing, namanya siapa?" Tanya ku yang penasaran.
"Ohhh, itu namanya Marsyikal" balas Ragil sambil ikut berbisik juga.
"Marsyikal? Marsyikal Pratama?" Tanyaku ulang, memastikan.
"Iyaa"
"HAH?!" Ucapku setengah berteriak yang membuat beberapa murid disana menoleh ke arahku, dengan cepat aku menutup mulut dan tersenyum kikuk kepada orang-orang, lalu kembali berbisik.
"Marsyikal Pratama? Yang dapat peringkat dua pas Ujian Nasional se-kabupaten?" Ragil mengangguk sebagai jawaban.
"Si Marsyikal? Cowok yang pinternya bukan main itu, ada di kelasku? Mampus aku, saingan baru ini namanya" batinku.
Pelan-pelan aku menarik diri dari Ragil dan mengembalikan kursi ku ditempat semula, sekilas ku lihat cowok di belakang ku ini, tidak terlalu tampan, kulitnya berwarna kehitaman, rambutnya lepek seperti tak pernah diurus, tapi, penampilan nya cukup rapi untuk seorang laki-laki. Biasa aja, pikirku.
Aku kembali menatap ke depan, retinaku menangkap Syahra masuk ke dalam kelas, spontan aku berlari untuk menghampirinya "Ya Allah Raa, dari mana aja sih? Lama banget" omelku.
"Sorry, tadi motor bang Hasyim mogok, jadi ya gitu deh" aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Ra, liat nggak yang duduk di belakang meja ku, itu namanya Marsyikal" bisikku kepada Syahra.
"Ohh, gue udah tau" jawab Syahra singkat, lalu berjalan menuju meja nya.
Aku diam untuk beberapa saat, lalu berjalan pelan mengekori Syahra, namun, saat melewati tempat duduk Marsyikal, aku berhenti. Arah badan ku berlawanan dengan mejanya, kepalaku ku tolehkan sedikit dan memasang wajah judes lalu berkata "oh, ini toh yang namanya Marsyikal?"
Marsyikal tersentak, dia lantas mengangkat kepalanya "iya" ucapnya dengan sangat pelan, nyaris tak terdengar.
Setelahnya, dia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas "songong amat tuh bocah" batin Marsyikal kesal.
*
*
*Ya, kira-kira begitulah kisah singkat awal pertemuan ku dengan Marsyikal, kami berdua saling melempari kesan pertama yang tidak cukup baik antara satu sama lain. Walau begitu, lama kelamaan aku semakin dekat dengannya, semakin aku mengenalnya pula, dia, Marsyikal, ternyata tidak seburuk yang aku kira, dia bahkan lebih baik. Dia dapat menjadi seorang pendengar yang baik saat aku bercerita, membuat ku nyaman bercengkrama dengannya. Walaupun, aku tau, banyak rahasia yang tersimpan dalam dirinya.
***
Awalnya songong, tapi lama kelamaan, asik juga.
-Marsyikal
KAMU SEDANG MEMBACA
AKU DAN DIA
Novela JuvenilKisah ini menceritakan tentang tokoh 'aku' dengan kisah cintanya yang tak terbalaskan oleh tokoh 'dia', sosok yang telah di kagumi nya ini, tak pernah sekalipun memberi sinyal bahwa perasaannya yang telah terpendam selama bertahun-tahun akan terbala...