4

696 73 11
                                    

Sudah berhari hari berlalu sejak si Xiao memperlakukan Aether sangat berbeda daripada biasanya. Seperti orang gila kehabisan obat kalau kata Aether. Semua perlakuan terlalu berlebihan itu tidak Aether temukan khusus hari ini berkat Lumine, dan Ajax mengajaknya makan siang bersama. Di taman milik jurusan sastra, tidak terlalu luas seperti taman biasanya Ningguan dan para yuheng kunjungi. Tapi, tempat ini sangat sejuk, bersih dan tidak terlalu ramai. Taman ini agak terjorok ke dalam karena di himpit 2 ruang kelas, dan di belakangi laboratorium bahasa.

Pada hari biasanya, Xiao hanya berjalan jalan kalau tidak di sekitaran lingkungan Mipa, koridor, kantin utama, dan ruang osis. Aether memiliki dugaan kuat bahwa Xiao tak akan menemukannya di sini kali ini. Kalau begini terus, pada akhirnya si Aether bisa lolos dari jangkauan Xiao dan fansnya untuk selamanya, kenapa? Xiao pasti akan menyerah dan akan berubah bodoh amat untuk kedepannya.

Sebenarnya Lumine telah mengajak saudaranya itu untuk makan bersama terus. Tapi Aether menolak karena tidak mau menganggu makan siang saudari, dan pacarnya.

"Sangat menakutkan ya. Fansnya Xiao." Komentar Lumine bergidik ngeri. Ia juga sempat melihat kemarin Saudaranya di kejar kejar.

"Bukan fansnya Xiao, tapi Xiao itu sendiri yang mengerikan dan gila!" Seru Aether frustasi.

"Kau tau tidak my baby ojouchan, kalau di sekolah ini terkenal akan 3 siswa dengan tampang di atas rata rata."

"Ah, pasti kau tidak termasuk." Komentar pedas Lumine dengan wajah datar.

"Heh, aku juga termasuk ya! Sampai sekarang malah." Ungkap Ajax sombong. Lumine dan Aether hanya memutar bola matanya malas.

"Heh kenapa reaksi kalian berdua seperti itu?!" Protes si Ajax tak terima.

"Ya, lanjutkan lah perkataanmu sebelumnya."

"Yang pertama dalam list itu adalah aku,"

Wajah mencemooh, julidin, serta sinis di lemparkan duo kembar identik itu. Tapi Ajax mengabaikannya kali ini. Masih tetap melanjutkan penjelasannya, "Yang kedua adalah Xiao. Kenapa Xiao tidak pertama karena ia kalah dalam proposi badan dan kedua adalah sifatnya yang tidak ramah lingkungan seperti diriku. Dan yang terakhir siswa yang paling pintar. Albedo."

"Wah rata rata anak Mipa ya. Sesuatu sekali jurusan Mipa." Komentar Lumine yang malah memuji anak Mipa di banding pacarnya sendiri. Ajax langsung pundung seketika.

"Lalu apa hubungannya kau menceritakan itu semua pada kami?" Ucap Aether tersinggung. Kenyataan dia tidak termasuk membuat hatinya menjerit tidak terima. Aether harus diam diam mencari siapa penyebar rumor palsu itu dan meminta orang itu mengoreksi bahwa yang paling tampan itu Aether bukan Ajax, apalagi Xiao. Amit amit.

"Justru maka dari itu kenapa fans Xiao membludak. Sejak aku berpacaran dengan saudarimu," Ajax mengenggam sebelah tangan Lumine. Tentu saja Aether melihat itu iri dengki. "Mereka merasa putus asa, dan berganti haluan pada Xiao. Menjadikan Xiao sebagai siswa dengan fans terbanyak saat ini untuk golongan cowok."

"Ah ya. Fans seperti itu menakutkan loh Aether." Beritahu Lumine. "Aku sudah melalui hal seperti itu, apalagi bertemu dengan orang penganut BIM. Bias is mine. Mereka tidak segan segan main fisik,"

"Kekhawatiran mu sia sia, Lu. Aku bisa menjaga diriku dengan baik," Ungkap Aether menenangkan Lumine. Dia tau saudarinya khawatir. Dia ingat betul bagaimana saudarinya dulu di bully karena kedapatan menyukai Ajax, untung saja saat dirinya tak ada, Ajax bertanggung jawab atas kejadian itu semua dan membuat mereka tidak berani menganggu saudarinya.

"Jangan sungkan meminta bantuan kami berdua, Aether." Ujar Ajax tersenyum. "Kami akan selalu mendukungmu."

Tes
Tes

loco [Xiaother]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang