9

597 65 18
                                    

Aether memasang wajah amat teramat sangat datar saat ini. Malas sekali mendengarkan pak Itto mengoceh tentang dirinya. Tolong lah, setahu Aether dia hanya berganti pakaian olahraga tetapi kenapa dia yang di ocehin sedari tadi. Tolong lah di sini ini Aether hanya korban yang tidak bersalah.

"Pak Itto tolong jadi netral. Lagipula nak Aether bukan lah pelaku kejadian," Tegur Bu Sara sebagai waka kesiswaan jengah melihat tingkah kepala sekolah mereka satu ini.

Itto langsung berdeheman. Meski suka semena mena, Itto langsung manut jika sudah di tegur pujaan hatinya.

"Jadi, nak Xiao kenapa kau bisa berkelahi dengan anak PPL satu ini?" Tanya Sara akhirnya mengambil alih.

"Dia memang patut di beri hukuman, Bu Sara. Dia mau mengintip Aether ganti baju." Jelas Xiao sambil meringis sakit ketika sudut bibirnya berdenyut

"Mana ada! Aku hanya ingin ke toilet."

"Beda arah!"

"Memang kau siapanya begitu sensitif jika aku dekat dekat dengan Aether? Pacar saja bukan! Keluarga juga bukan!"

"..." Xiao terdiam. Tapi Aether dapat mendengar suara Xiao mengertakan gigi geram. Tatapannya pun sangat tidak bersahabat.

Aether yang duduk di tengah tengah antara orang bersiteru panas membuat ekspresi, Aku dimana. Kalian siapa?  Lalu ia mengalihkan tatapan ke arah Sara meminta pertolongan untuk segera keluar dari situasi seperti ini.

Bu Sara langsung menghela nafas. "Xiao. Dik Scara cukup." Tegur Sara. "Siapa yang duluan memberi pukulan?"

"Dia duluan."

"Ya, bu aku yang meninju dia duluan." Aku Xiao benar benar gentle tanpa mengelak.

Sara dapat mengamati muka Scara yang begitu bonyok di banding muka Xiao.

"Meski kau wakil ketua OSIS. Tidak dapat menyelamatkan mu dari hukuman sekolah, Xiao." Itto melotot protes. Baru hendak membela Xiao, Sara sudah memberi tatapan tajam. "Sebagai guru, sebagai contoh untuk siswa yang teladan, kau sudah mengecewakan kami. Padahal aku sudah tau sepak terjang mu sejak kau belum masuk SMA."

Xiao menundukkan kepalanya. Dia ingin membela diri. Tapi kenyataan tak dapat di elakkan.

Aether memberi simpati terhadap Xiao.

"Nanti kita bicara." Bisik Aether ke Xiao. Yang di ajak bicara itu hanya mengangguk.

"Aku memutuskan mulai besok Xiao akan di skors hingga 3 hari ke depan. Dan, Scara aku memberimu peringatan pertama. Agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali."

"Kenapa aku di tegur juga? aku kan tidak melakukan sesuatu yang salah." Protes Scara tidak terima ke putusan Sara.

"Ingat dik Scara... 'di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung'. Kau paham dengan baik bukan peribahasa itu? Kami lah di sini yang menilai kalian anak PPL. Mau kau anak Raiden Shogun yang berkuasa sekalipun, selama kau masih membutuhkan nilai dari sekolah. Maka kau harus ikut peraturan kami,"

Scara terdiam jika Sara sudah mulai berceramah. Jangankan Scara, siswa/I lain bakal ikut terdiam jika Buk Sara sudah berbicara, atau berceramah.

"Kalian bertiga boleh keluar sekarang."

_

"Kenapa kau menonjoknya?" Tanya Aether pelan. Tangannya bergerak membersihkan luka Xiao.

Xiao mengaduh. "Tahan, jangan cengeng." Titah Aether.

"Aku sudah bilang tadi." Ujar Xiao membuang wajah ke samping. Dia tidak berani mengungkapkan alasan sejujurnya bahwa dia tidak suka Scara mengintip Aether. Meski mereka sama sama lelaki.

loco [Xiaother]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang