8

663 64 66
                                    

Menikmati waktu luang adalah kata yang paling Aether rindu rindukan di tengah hukumannya yang seakan tidak ada ujungnya. Kalau saja kepala sekolahnya ini tidak rempong, dan tidak melarang mengajak orang lain untuk membantu membersihkan sampah. Mungkin ia sudah memaksa Lumine, dan Ajax untuk membantu dirinya dalam melaksanakan hukuman.

"Ini,"

Aether tersentak kaget ketika suatu benda yang panjang, dan dingin menempelin kulitnya. Ketika ia menoleh ke samping, Xiao telah berdiri dengan wajah tanpa ekpresi seperti biasa sedang membawakan botol minuman dingin.

"Ayo, istirahat." Ajak Xiao. Tentu saja, Aether mengangguk dengan semangat dan menerima minuman pemberian Xiao tanpa berpikir panjang.

"Tapi kenapa botol minuman ini sudah berkurang sedikit?" Tatap Aether curiga ke Xiao.

"Aku tadi meminumnya sedikit, tenang saja itu masih banyak. Aku hanya ingin merasakan apakah rasanya enak, atau tidak."

"...kenapa tidak di biarkan saja? Kalau tidak enak tetap aku terima." Ucapnya lelaki manis itu masih bimbang. Kenapa wajahnya memanas. Ini hanya perkara minuman.

"Tidak mau ya? Jika tidak mau juga tidak apa apa. Sini untuk aku saja,"

Aether menghentikan langkahnya. Dengan dramatis meneguk air ludahnya, dan merasakan betapa keringnya tenggorokan saat ini. Tenggorokan sudah menjerit jerit minta di siram dengan air segar.

"Ya-ya, aku terima." Seru Aether akhirnya menerima dengan lapang dada. Lalu meminumnya dengan malu malu. "Terimakasih." Ucap Aether setelah minum. Tenggorokannya terasa amat sangat lega, dan sejuk berbanding terbalik dengan pipinya yang memanas.

"Sama sama,"

_

Lumine mematikan siaran televisi ketika suara bel rumah mereka berbunyi. Mungkin saja kembarannya, dan setelah ia buka. Benar saja, kembarannya sudah berdiri di sana dengan wajah cemberut. Aether tidak sendirian, Lumine bisa melihat motor Kawasaki Ninja ZX-25R milik wakil ketua OSIS mereka yang berjalan meninggalkan perkarangan rumah mereka.

"Kenapa wajahmu jelek sekali setelah di antar calon pacar?" Tanya Lumine heran.

"XIAO BUKAN PACARKU!"

"Aku kan bilang calon, bukan pacar. Berharap ya jadi pacarnya Xiao, ya? Cie cie yang bentar lagi punya pacar pas valentine ciee." Goda Lumine dengan alis naik dan turun genit. Senang sekali menggoda kembarannya ini.

"TIDAK AKAN PERNAH! JANGAN LUPA AKU SUKA NONA NINGGUAN, YA!" Bantah Aether marah tapi wajah tersipu malu membuat tawa Lumine kian kencang. Memang enak sekali menggoda Aether.

_

"Katanya ibu Lisa, guru magang akan mengajar di kelas kita di jam selanjutnya. Semoga ada kakak kakak cantik yang mulus ngajarin," Ucap Ajax yang tak lama kemudian menjerit tertahan karena sepatunya di injak kuat kuat oleh ayangnya, siapa lagi kalau bukan Lumine.

"Ajax, kalau sampai kau membuat Lumine menangis..., " Dengan horor Aether menggerakkan jari ibu jarinya di atas leher. Seakan mau menyembelih Ajax untuk kurban nanti. "Kau akan mati."

Sekarang ini mereka berempat sedang duduk di taman jurusan anak IPS. Kenapa bisa berempat? Karena Xiao mendadak ikut bergabung. Awalnya Aether menolak tegas kehadiran Xiao, tapi sayangannya pasangan kampret di depannya malah mengiyakan ucapan Xiao untuk join makan siang mereka bersama.

"....aku tak akan berpaling dari Aether." Ucap Xiao tiba tiba membuat Lumine yang sedang mencekik leher Ajax main main berhenti. Lalu menjerit ala fans girl sedangkan Aether tersedak minumnya.

"Ya, itulah tekad yang bagus dalam mendekati wanita. Lanjutkan nak Xiao, bapak akan selalu mendukungmu," Ucap Ajax lebay sambil menangis tersedu sedu.

"JADI KAU BERPIKIR AKU SEORANG WANITA? KAU TIDAK LIHAT AKU JUGA PUNYA BURUNG PERKUTUT JUGA SAMA SEPERTI DIA?" Ucap Aether emosi sambil menunjuk nunjuk wajah Ajax yang sedang memasang wajah mengejek.

loco [Xiaother]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang