Sebelum masuk ke cerita, ijin promote cerita aku yang judulnya
FREAKING SNOW WHITE
Itu karya aku untuk semua umur, slice of life kehidupan kuliah ditaburi bumbu komedi dan sedikit romantisme.
Dont forget to vote yaa....
.
.Setelah mendengar penjelasanku mengenai bros untuk bebas keluar masuk kediaman Leafrost, Duke Regis membawaku ke perpustakaan. Ia menjelaskan kenapa kekuatanku disegel. Alasannya adalah karena aku dicurigai sebagai penyihir mala. Bukan hanya itu, fakta bahwa penyihir agung menghilang dan kemungkinan terbunuh juga membuatku terkejut.
Sejak Deon tahu aku adalah Nivia, ia bergegas mencari penyihir agung. Pantas saja belum ada kabar. Tapi, satu tahun sebelum aku masuk ke tubuh Slavia, ternyata penyihir agung sudah menghilang.
Bagaimama bisa belati dengan simbol keluargaku bisa ada di menara sihir?
Saat ini yang paling kucurigai adalah Putra Mahkota. Dia yang membelikan bros pada Slavia untuk dibagikan pada orang-orang yang menurutnya bisa diajak berteman.
"Duke, jika kekuatanku sudah tidak tersisa, kenapa kau dan Marquis Zen menculiku kembali?".
Duke Regis terdiam membisu. Dia duduk dan menatapku dan menyilangkan kakinya.
"Apa kau akan mengintrogasiku terkait pembunuhan para penyihir di menara? Bisa saja ada pasukanku yang berkhianat, atau seseorang menaruh belati itu disana bukan?" Jelasku.
"Benar, kau menganggap Penyihir Jeremy seperti ayahmu. Kau tak punya alasan menyerang menara sihir".
"Kalau begitu biar aku yang tangani siapa pelaku pembunuhan disana mengingat ada belati milik kediamanku. Itu adalah belati yang dimiliki setiap orang yang setia kepada Leafrost. "
"Baiklah. Kita kerja sama saat ini. Namun tetap kau tidak boleh pulang sekarang. Paling cepat itu besok"
Aku mengerutkan keningku.
"Kenapa?"
"Kau akan tau saat tengah malam nanti." Jawab Duke Regis.
Ia bangkit dari kursinya dan berjalan menuju pintu keluar. Aku segera menarik tangannya. Menahannya untuk tak meninggalkanku.
"Jelaskan! Kau tahu jelas penculikan yang kedua ini tak bisa dibenarkan! Kau dan Marquis menjebaku!" Desisku.
Regis menarik tanganku dan memposisikanku menyandar pada pintu. Ia menahan tanganku dan menghimpitku ke pintu.
"Jika aku bilang karena menginginkanmu, apa kau akan percaya?" Bisik Regis ditelingaku.
"Kau, lintah sialan. Saat semua terbukti, kau akan menyesal kalau kau sudah salah. Dan aku. Tak. Akan. Memaafkan. Mu!"
Aku mendorongnya dan segera keluar dari perpustakaan. Tak lupa menbanting pintu dengan keras lalu lari-lari kecil menuju kamarku.
Hari mulai gelap, dan pelayan sudah menyiapkan makan malam di kamarku. Aku mandi, berganti baju dan makan dengan normal. Tak ada yang aneh. Kupikir semua baik-baik saja.
Malam yang seharusnya semakin gelap, terganti dengan cahaya bulan. Kuhampiri jendela kamar dan membukanya. Udara dingin menyapa kulitku, juga menerbangkan helaian rambut putihku.
Disini, bulan terlihat lebih besar dari pada di kediamanku.
Bukan pemandangan yang buruk. Ku perhatikan pemandangan kediaman Heavenstone dari atas sini. Tak heran jika disini disebut wilayah terkutuk. Gelap. Semua tumbuhan disini sangat gelap dan suram.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Trapped
FantasyAku seorang staff akunting yang tujuh kali diputuskan oleh pria, harus terjebak dalam dunia game percintaan tentang wanita dengan tujuh laki-laki tampan. Apakah ini keberuntungan atas kemalanganku? Sayangnya tidak. Karena disini aku terperangkap da...