Waktu menunjukan pukul 9 malam. Slavia dan Leon masih bangun. Zen sudah tertidur menggunakan paha Slavia sebagai bantal. Ia sendiri menyandarkan tubuhnya pada bahu Leon.
"Kejadian disini, tolong rahasiakan dari siapapun.." Gumam Slavia. Leon tak menjawab.
" Regis mendiamkanku sejak kedatangan Ryuu, dan aku menyuruhnya berhenti menggigitku. Menurutmu apa aku salah?" Tanya Slavia.
"Tidak. Mungkin, dia menunggu waktu kau berbicara duluan."
Slavia terdiam. Ia menoleh pada wajah Zen yang penuh lebam dan gigitan ular. Biasanya tubuhnya akan langsung membaik, tapi kali ini hal itu tak terjadi. Ia mulai khawatir.
"Leon, tolong ambilkan obat luka di tas ku. " Pinta Slavia sambil memeriksa wajah Zen yang terluka.
Leon segera mengambil tas dan obat yang di maksud. Ia meyerahkan pada Slavia. Dengan hati-hati, Slavia mengoleskannya pada semua luka di tubuh Zen tanpa membangunkannya.
"Shh... jangan menyentuhku". Bisik Zen sambil tertidur. Keringat mengalir di pelipisnya.
Sebenarnya apa yang terjadi padanya?
Slavia mengusap kepala Zen pelahan. Berharap sentuhannya bisa menenangkannya.
"Sshh.. tenanglah." Bisik Slavia. Zen menenggelamkan wajahnya di perut Slavia. Ia memeluk Slavia dengan erat.
"..via.. aku takut. Dia menjijikan". Rintih Zen dengan suara parau. Punggungnya bergetar.
Slavia tak tahu Zen tidur atau tidak. Ia menutupi punggung Zen dengan jubah milik Leon. Lalu menepuknya pelahan.
"Tak apa. Aku disini."
Zen kembali tenang dan tertidur.
"Kemarikan obatnya..". Ujar Leon.
Slavia mengerutkan keningnya.
"Ya..?"
Leon mengambil obat tersebut tanpa permisi dan menarik tangan kanan Slavia.
"Kau mengobati orang lain sedangkan tanganmu sendiri terluka". Gerutu Leon sambil membuka perban di lengan Slavia.
"Shh.. sial". Rintih Slavia.
Lengannya mulai bengkak dan menghitam. Tapi, posisi lukanya di tangan tepat pada bagian belakang lengan. Ia akan kesulitan mengoprasinya.
"Aku akan mengeluarkannya..." ucap Leon.
"Kau yakin? Apa kau pernah melakukannya sebelumnya?" Tanya Slavia dengan penuh keraguan.
Leon menggeleng. Slavia menghela nafas.
"Kalau begitu tunggu besok saja saat bertemu Pangeran Hyun."
Leon menggeleng.
"Tidak Slavia. Kita tidak tahu apakah sejauh apa bisa ular ini berdampak. Aku akan mengeluarkannya".
Leon memeluk kepala Slavia, dan menutup mulut Slavia dengan otot tangan kanannya.
"Hei, kau mau apa!" Seru Slavia.
"Diamlah. Kalau Zen bangun, dia akan menyebalkan. Tahan dulu". Sahut Leon.
Tanpa aba-aba ia menyayat luka Slavia yang membengkak, lalu menempelkan bibirnya pada luka Slavia. Tangan kirinya menahan lengan Slavia. Ia menghisap semua darah hitam yang mengumpul di lengan Slavia.
"Akh.." rintih Slavia. Nafas Slavia terengah-engah.
"Sudah kubilang gigit saja tanganku jika tak kuat" bisik Leon.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Trapped
FantasyAku seorang staff akunting yang tujuh kali diputuskan oleh pria, harus terjebak dalam dunia game percintaan tentang wanita dengan tujuh laki-laki tampan. Apakah ini keberuntungan atas kemalanganku? Sayangnya tidak. Karena disini aku terperangkap da...