Apa yang kau lakukan bila dunia tak selalu berpihak padamu?
Benar. Meski aku adalah pemilik kekuatan Leafrost. Dunia ini membenciku, Slavia Leafrost, jadi sekalian saja kuhancurkan semua alurnya.
Aku tak peduli lagi dengan bangsawan, atau perebutan tahta. Aku juga tak peduli lagi dengan perasaanku pada Floyd. Aku akan melupakannya.
Aku akan kembali dari perang dan menjadi pemilik Leafrost seperti maumu Floyd. Setelah kau tahu betapa hebatnya aku, kau akan menyesal telah membuangku. Tunggu saja aku akan kembali.
Setidaknya itulah yang kuucapkan dalam hatiku. Sekali dua kali menjadi puluhan kali. Ribuan kali. Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga menjadi 3 tahun. Aku menetapkan dalam hati.
Tapi, nyatanya tidak bisa. Bros dulu yang kita beli, bros dengan motif yang sama. Aku satu, dan Floyd satu. Bros dengan batu sihir yang dapat membuat kami berkomunikasi.
Masih utuh tersimpan di sakuku. Dan aku membawanya kemanapun ku pergi. Aku bahkan masih punya kwitansi pembelianya.
Kupejamkan mataku, mengingat semua kenangan menyakitkan.
Tiga tahun aku dan Duke Regis berhasil menaklukan Lumiere. Sebagian teman kami mati, sebagian lagi cacat. Sisanya terluka. Entah tubuhnya, atau mentalnya. Satu-satunya yang tersisa dari perang hanyalah luka.
Ada dua pilihan. Jika aku menolak perang, Leafrost akan dianggap penghianat. Jeremy, Deon dan Dean, mereka akan dalam bahaya. Jika menerima, maka tak ada pilihan lain.
Aku harus hidup, dan bertambah kuat.
"Hey, apa kau pikir aku akan mendukungmu seperti keinginan ayahku? Setelah perang, rasanya lebih baik mati dari pada tunduk pada kekaisaran." Tantangku pada Floyd.
"Slavia, jaga bicaramu. Itu bisa dianggap pemberontakan".
"Kau pikir aku tak berani berperang dengan ayahku sendiri?".
"Slavia! Pulanglah..."
"Ini rumahku!" Seruku.
"Kau tahu jelas, sejak ibu meninggal tak ada rumah untuk kita. " sahut Floyd. Aku terdiam. Membisu bersama ranting yang mulai rapuh.
Kami bersandar pada pohon maple tempat kita tumbuh bersama dulu. Sisi kiri Floyd, dan sisi kanan tempatku. Kami menyandar pohon dengan sisi berlainan.
"Bros itu, kau masih memakainya". Gumamku.
Tak ada jawaban.
"Aku memiliki perasaan padamu. Bukan sebagai keluarga, tapi sebagai Slavia. Bagaimana menurutmu?" Bisik Slavia pelan.
"Jika memang iya, orang tua kita pasti kembali dari alam ruh dan memisahkan kita. Kau gila". Tolak Floyd seraya beranjak pergi.
Aku segera menghampiri sisi pohon lainnya dan memeluk Floyd dari belakang.
"Floyd, tak bisakah kau melupakan kesalahan orang tua kita?"
"Slavia, aku bisa memaafkanmu jika perihal apa yang dilakukan mendiang Ratu terdahulu. Tapi... "
Floyd menghadapku dan memegang bahuku. Ia menatap wajahku yang berlinang air mata.
"Kau... bagaimana bisa kau memiliki perasaan itu padaku? Aku pamanmu Slavia!" Teriak Floyd.
Itu pertama kalinya dia membentaku setelah sekian lama. Ia tak pernah semarah ini. Tapi, aku lebih marah.
Karena aku satu-satunya yang tak pernah kau beri penjelasan.
"Aku tak peduli! Tinggal bunuh saja tua bangka itu! Aku memenangkan perang untukmu, dan ayah tapi tak ada satupun yang mencintaiku!" Balas Slavia tak kalah marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Trapped
FantasíaAku seorang staff akunting yang tujuh kali diputuskan oleh pria, harus terjebak dalam dunia game percintaan tentang wanita dengan tujuh laki-laki tampan. Apakah ini keberuntungan atas kemalanganku? Sayangnya tidak. Karena disini aku terperangkap da...