Joker : Red Music

3.1K 620 23
                                    


Sebelumnya jangan lupa Follow akun author dan untuk follback boleh banjiri wall karena aku suka lupa wkwkw

Jangan lupa baca juga karya aku lainnya..

HADES & PERSEFONE

FREAKING SNOWHITE

LINE BETWEEN US

.
.
.
.

Kau tau? Diantara Truf, King, Queen dan As, ada kartu yang paling tak bisa di prediksi.

Joker, itulah kata papaku.

Awal aku masuk di tubuh Slavia, kukira aku akan baik-baik saja selama aku menjauhi perilaku buruk yang biasa Slavia lalukan. Tapi, aku malah berakhir disakiti dan disakiti lagi.

Aku memutar otaku dan membuat aransemen yang berbeda. Hidupku sebagai Nivia yang bagaikan alunan lagu dawai rindu tak bisa lagi dinyanyikan.

Slavia yang hidupnya penuh permainan dan perang membutuhkan notasi merah. Hidupnya bagai lagu penuh tabuhan memilukan dan amarah yang terpendam.

Musik harus berganti.

Saat menjadi Nivia, aku hidup cukup bahagia. Papaku adalah anggota militer sekaligus sejarawan. Ia juga menguasai berbagai seni liberal sebagai hobi. Ia yang mengajariku dan Defry bela diri sejak kecil.

Papalah yang dulu mengajarkan kami bagaimana menggunakan senapan, belati dan crossbow. Aku dan Defry cukup menyukainya. Dia sosok ayah yang keren dan luar biasa bagiku.

Aku merindukannya. Selalu. Aku tak akan lupa, tapi aku harus tetap melangkah maju bukan?

Seminggu setelah pertempuran aku memulihkan diri di kediamanku. Baron Turiel sudah mati, dan Marquis Rudolfo melarikan diri. Kekuatan Necromancer pun benar-benar tak berkutik di depan kutukan darah milik Regis.

Setelah memenggal kaisar, aku menuju Basecamp bersama Regis. Aku membawa kepala kaisar dan Regis membawa kepala Baron Turiel.

Kami menghampiri Floyd yang sedang ditolong paramedis. Floyd, Zen dan Dimitri sedang di obati di tenda mereka masing-masing.

Aku dan Regis melempar kedua kepala penghianat tersebut.

"Aku dapat big boss.." ujarku.

"Aku dapat tangan kanannya" sahut Regis.

"Bukankah harusnya ada tiga kepala?" Tanyaku pada Floyd

"Duke Jeremy sedang mengejarnya" Jawab Floyd.

Aku membulatkan mulutku.

"Slavia, setelah rehat ada hal yang ingin kubicarakan" ujar Floyd. Aku mengiyakan. Setelah ini, Floyd pasti akan naik tahta dan menjadi kaisar selanjutnya.

Sebulan setelah kejadian aku dan Deon mengomando pasukanku untuk membantu korban sisa pertempuran. Aku baru ingat saat ini ada jadwal pertemuan dengan Floyd di istana.

Aku pergi bersama Luenti dan membawa semua berkas yang diperlukan. Pembatalan pertunangan dengan Dimitri dan pengajuan tuntutan kepada Putri Mahkota.

Tiba di istana ke kaisaran para pengawal menyambutku dan mengantarku menuju ruangan Floyd.

"Salam untuk matahari kekaisaran, Yang Mulia Kaisar". Salamku sambil menundukan kepalaku pada Floyd.

Dia terlihat berantakan. Rambut halus yang biasa tertata rapih terlihat sangat kusut. Ia memakai kemeja hitam dan menggulung kedua lengannya. Dua kancing teratasnya terbuka. Kulirik wajahnya sangat masam. Kantung hitam tebal tercetak di kelopak matanya.

I'm TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang