02; Darren side's

13 8 0
                                    

"Bund, daaad── i go first!"

Pamit Darren pada orang tuanya, mengabaikan sosok laki-laki lain (adiknya) yang memakai seragam SMP yang kini memandanginya dengan sinis karena namanya nggak disebut, sementara empunya hanya tertawa melihat itu.

"Gausah ngambek anjir, you are in 2rd grade of middle school now, " Ujar Darren pada sang adik── Justin sambil mengusak gemas rambutnya yang tentu aja langsung di tepis, "nggak ada hubungannya! Lagian lo nyebelin banget sih, Darren!"

"Adek── you must using 'kak' or 'abang' when you calling your brother.." tegur Bunda ke putra bungsunya.

"Abisnya, abang di beliin motor tapi aku enggak!" ujar Justin merajuk pada sang Bunda. Melihat itu, Darren menahan tawanya sementara sepasang suami istri yang tengah melakukan sarapan hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah si bungsu.

"Adek kan berangkat bareng Daddy pake mobil, emangnya adek mau panas-panasan naik motor??" sang Bunda (Ester) nampaknya mencoba memberi pengertian, "tapi buktinya abang mau berangkat pake motor sekarang, berarti nggak panas-panasan dong!" Justin masih memberikan pembelaan.

Melihat sang istri yang menghela napas, akhirnya sang kepala keluarga (Ethan) yang mengambil alih,
"Dek, listen── abang kamu kan sekolahnya masuk ke gang kecil, jadi sedikit susah buat mobil lewat, makanya abang dikasih motor. Kalo kamu kan masih di sekolah internasional yang muridnya banyak dianter pakai mobil. So, go to school with Daddy first, okay??"

Justin terdiam beberapa saat, meresapi perkataan Daddy nya yang menurutnya sedikit benar── namun tetap aja masih terselip perasaan nggak terima walau akhirnya si bungsu menyetujui, "well,, okayy, Dadd── but, aku mau pas SMA masuk ke sekolah abang biar bisa dibeliin motor, hehehe.."

Darren tersenyum ketika mendengar penuturan Justin. Seenggaknya sekarang adiknya itu sudah mau & bisa di ajak untuk berkompromi, sungguh perubahan yang sangat bagus── dan sebagai seorang kakak, dia mau mengapresiasi itu. Terlebih tentang sebuah motor baru itu bukan keinginan pribadinya. Memang benar kalau sekolahnya itu terletak di tengah-tengah sebuah perkampungan yang memasuki sebuah gang sehingga untuk kendaraan beroda empat agak sedikit sulit untuk masuk ke dalam karena ukuran gang nya yang sedang (dibilang besar nyatanya nggak sebesar itu, dibilang kecil juga nggak terlalu kecil).

Dan saat MPLS terakhir kemarin── tepatnya 2 hari yang lalu, salah satu panitia MPLS ada yang memberitahu perihal membawa kendaraan: Murid SMA Bima Akasia sebenarnya nggak boleh membawa kendaraan pribadi ke lingkungan sekolah, namun bagi yang ingin tetap membawa kendaraan di sarankan untuk membawa motor dan parkir di lapangan yang ada di belakang masjid (karena katanya itu parkiran khusus motor yang dipakai oleh murid-murid SMA Bima Akasia).

Karena itu pula Darren berinisiatif untuk menyewa Ojek atau nggak memesan Ojol untuk berangkat dan pulang sekolah yang sayangnya ditolak mentah-mentah oleh Ester dan Ethan yang berujung si sulung dibelikan sebuah motor pribadi untuk berangkat sekolah (dengan request motor biasa aja & dengan kekuatan duit orang kaya, motor yang di pesan di hari sabtu pagi menjelang siang, sorenya sebuah motor beat street dengan warna putih telah hadir di kediaman keluarga Alterio), dan terjadilah adegan ngambek si adek.

Darren mengecek kembali jam tangannya lalu melotot kaget karena setengah jam lagi gerbang sekolah akan di tutup.

"Okay everyone, again i said that i'm going to school. Byee-byeee!!"

Darren lari-larian menaiki satu pasang tangga sisi tengah gedung lalu berhenti ketika dirinya tiba di lantai 2, bimbang ingin ke sisi kanan atau kiri atau malah dia harus naik lagi ke lantai 3 untuk mencari kelasnya── sedikit merutuki panitia MPLS kemarin yang nggak memberitahu lokasi-lokasi kelas untuk adik-adik kelasnya.

FLASHBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang