06; S A L O N

11 6 0
                                    

"Hey, kids── are you two free??"




Darren yang lagi main barbel mini menghentikan kegiatannya, juga Justin yang sedang main ponsel menjeda game yang sedang dimainkan dan keduanya menggeleng bersamaan.

"Good! Ada yang mau nemenin Bunda ke salon??"

"Bun, aku lagi mau ada pembahasan try out sama temen.. Ini bentar lagi mau pergi," Justin langsung ngeluarin jurus andalan (ngeles) sambil menggoyangkan ponselnya yang menampilkan roomchat dengan temannya. "Jadi sama abang aja yaaaaaaa," lanjutnya sambil menampilkan senyuman manisnya hingga kedua matanya menyipit.

"Dih??" protes Darren yang merasa terkhianati sama adiknya. Karena nggak percaya dengan ucapan Justin, si sulung langsung mengambil ponsel si bungsu dan mengeceknya apakah perkataan adiknya benar atau nggak.

"Gimana?? Nggak bohong kan gue??" tanya Justin sengak dengan seringai yang muncul di bibirnya. Melihat itu Darren hanya bisa mendengus lalu melihat ke arah Ester yang menatapnya penuh harap. Yang bisa Darren lakukan kini hanyalah pasrah (bukannya nggak mau berbakti, tapi menemani Bunda ke salon adalah neraka baginya dan sang adik).

"Okey── wait a minute, Bund, i'm getting ready first.."

Darren beranjak dari ruang santai, menaiki tangga ke lantai atas menuju kamarnya.

Mandi adalah satu kata yang terlintas di kepalanya. Nggak mungkin kan dia pergi nganterin Bundanya ke salon dengan keadaan banyak keringet dan bau badan?? Darren masih cukup waras untuk nggak membuat malu sang Bunda.

Sekitar 15 menit bersiap-siap, akhirnya putra sulung keluarga Alterio itu turun kebawah dengan keadaan yang lebih fresh dan wangi dengan setelan celana cargo hitam pendek dan kaos oblong warna putih yang dilapisi sweater navy yang dibiarkan terbuka (nggak di naikin seleting sweater nya).

Ester tersenyum cerah saat melihat si sulung turun menghampirinya, "anak-anak Bunda memang ganteng semua," ujarnya merasa bangga sendiri. Darren tertawa mendengar ucapan Bundanya.

"Let's go!" ujar Darren sembari merangkul pundak Bundanya dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya memainkan kunci mobil miliknya.

Ester masuk ke dalam mobil setelah anaknya selesai memanasi mobilnya, nggak lama kemudian Honda Civic putih tersebut melesat meninggalkan pekarangan rumah.

"Kita ke salon yang biasa kan, Bun??" Darren membuka obrolan agar nggak terlalu hening. Wanita yang duduk di kursi sebelah menoleh lalu menggeleng, "Hmm── nooo, my friend gave a salon recomendation which she was good even though the price was much cheaper, i want to try.." sahutnya dengan suara lembutnya, tangan kanannya membuka sling bag yang di letakkan di atas pahanya, merogoh pelan kedalam untuk mengambil benda persegi panjang dengan logo apel tergigit.

Darren melirik kearah Ester yang kini tengah fokus dengan ponselnya, nggak lama perempuan itu kembali bersuara, "son, kamu tau daerah Simpang kan?? Letak salon nya ada di situ, dekat cafe-cafe gitu, my friend said.."

Darren ngangguk, "aku tau, kok." dapat cowok itu lihat kalau bundanya berjengit senang dengan kedua tangan yang di tautkan di depan dada. Darren ikut tersenyum tipis saat melihat euphoria bahagia yang dikeluarkan wanita yang duduk disampingnya, nggak papa deh nunggu lama di salon asalkan Bundanya senang (karena bagi Darren dan Justin nemenin Bunda ke salon itu sangat menjengkelkan karena harus nunggu lama).

Perjalanan yang ditempuh keduanya nggak memakan waktu lama (karena memang jarak yang di tempuh nggak begitu jauh, terbilang sangat dekat malah menurutnya), sekitar 15 menit mobil putih Darren telah terparkir rapih di depan sebuah bangunan berukuran sedang dengan spanduk yang melintang apik di bagian depan bangunan yang bertuliskan DREAMY SALON, beserta treatment-treatment yang mereka miliki tertulis dibawahnya.

FLASHBACKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang