Chapter 9

1.4K 137 23
                                    

Tay sesekali melirik New yang tengah asik mengobrol dengan yang lainnya dan beralih menatap wajah Pluem yang lemas lesu.

Alasan kenapa wajah Pleum bisa seperti itu yahh karena seharian ini New terus menghindar darinya, Pleum sendiri bingung sebenarnya ada apa dengan perubahan drastis dari sikap New padannya.

"Apa aku menyinggungnya? " tak habis habisnya ia mengrutu bertanya apa yang salah pada dirinya.

Tay yang merasa kasihan hanya bisa mengelus sayang kepala Pluem dan mencoba menenangkan hati nya.

Hari semakin larut semua sisiwa pergi untuk membersihkan diri dan beristirahat, satu persaru dari mereka mulai memasuki asrama yang sudah disiapkan pihak sekolah.

Sama hal nya dengan yang lain,Tay dan Pluem membaringkan tubuh lelah mereka,  hari ini kegiatannya lumayan padat dan sukses membuat tubuh mereka pegal pegal.

Tay yang mencoba mencari posisi nyaman untuk tidur namun tak sengaja ekor matanya menangkap siluet seseorang yang tengah ia khawatirkan keluar dari asrama.

Tay melihat ke samping, sepertinya Pleum sudah mengarungi alam mimpinya,  ia tersenyum tipis lalu membenarkan letak selimut milik Pleum.

Tay turun dari tempat tidurnya dan mulai mengikuti New dari belakang, mengamati gerak gerik orang di hadapannya dengan penuh perhatian.

Ia memberanikan diri untuk memdekat dan menyapa New.

"New" New menoleh saat mendengar suara rendah yang amat ia sukai namun entah saat ini terdengar hambar di telinganya.

"Ah Tay? Ada apa? " Tay tersenyum dan ikut mendududkan tubuhnya di samping New.

"Harus nya aku yang bertanya,  ada apa dengan mu? " New mengalihkan pandangan nya entah kemanapun itu asal jangan ke arah orang di sampingnya.

"Aku baik baik saja,  memang ada apa denganku? " jawabnya di sertai tawa canggung miliknya,  Tay menghela nafasnya mencoba sabar.

"Pleum sangat sedih, karena kau terus menghindar" New tak bisa berkata apapun ia hanya merasa hatinya berdenyut sakit saat Nama Pluem keluar dari bibir Tay.

"Aku tidak menghindar ! Mungkin itu hanya perasaannya" gemetar,  suara New terdengar paru membuat Tay semakin khawatir.

Tay beralih kehadapan New, meraih kedua tangan halus milik New dan menggenggam  nya dengan lembuat.

"Katakan lah yang sejujurnya! Apa ada yang salah dengan sikap ku? Aku akan memperbaikinya" dengan mata berkaca kaca New mencoba menatap manik hitam mikik Tay.

"Tidak semua masalah bisa kau perbaiki Tay! dan aku baik baik saja, aku hanya melindungi diriku agar tidak terluka kembali"

Deg

Jantung Tay terasa berhenti mendengar perkataan New di tambah dengan tatapan mata New yang penuh dengan keputus asaan dan kekecewaan yang amat dalam.

Namun ia tidak setuju dengan perkatan New, memang tidak semua masalah bisa di selesaikan namun tak ada salahnya mencoba untuk memperbaiki nya.

"Setidaknya aku memcoba untuk memperbaiki kesalahan ku New"

"Hem itulah dirimu dengan segala kegoisan mu, mencoba memperbaiki tapi tak peduli dengan perasaan orang yang kau sakiti,  mencoba menjadi pahlawan padahal kau lah penjahatnya" Tay melepaskan gengaman tangannya,  menatap sedih lawan bicara nya rasa bersalah begitu menumpuk di dadanya.

"Kau.. Tau semuanya? " New tersenyum mendengar pertanyaan Tay ia menatap langit malam yang saat ini tengah mendung.

"Terimakasih pada Tuhan yang masih baik padaku"

"Hanya mengalaminya dimimpi saja sudah membuat dada ku sesak, aku tidak bisa membayangkan jika itu terjadi dikehidupan nyata, Tay kenapa kita harus bertemu di kehidupan ini? Kenapa aku harus mencintai mu? "

Tay menarik New kedalam pelukaanya saat ia melihat setets air mata jatuh dari mata indah New.

"Kata Maaf mungkin tak akan cukup untuk menutupi semua kesalahanku New, namun hanya itu yang mampu aku ucapkan "

"Ku mohon bertahan lah, hiduplah di sampingku..aku tidak bisa berjanji untuk tidak menyakiti mu di masa depan tapi aku akan  terus berusaha menjadi lebih baik untuk keluarga kecil kita,  ku mohon New jangan pergi dari sisi ku" New mendorong tubuh Tay,  memperlihatkan wajahnya yang sudah penuh dengan air mata, ia sudah membuat keputusan dan ia tak akan goyah sama sekali.

"Tidak Tay,  aku tidak mau terluka dan aku juga tidak mau jadi alasan orang lain untuk terluka, aku tau kau masih mencintai Namtan dan begitupun dengannya,  perasaan tidak semudah itu untuk berubah Tay, aku tidak ingin di saat aku begitu percaya padamu kau kembali padanya dan menghianatiku lagi, biarkan aku egois kali ini" tak ada yang salah dari perkataan New perasaan memang tak semudah itu untuk berubah, Tay memang merasa hampa saat Namtan tidak ada disampingnya.

"Kau benar perasaan manusia tidak mudah untuk berubah, aku yang sudah terbiasa bersama Namtan terasa begitu kehilangan saat ia tidak ada di sisiku, tapi percayalah  New saat ini dan seturus aku pastikan hanya ada kau di hati ku" Tay bersungguh sungguh dengan apa yang di ucapkannya terbukti dari tatapannya yang begitu serius dan yakin,membuat New sedikit goyah namun ia tak mau kembali jatuh ke lubang yang sama.

"Maaf Tay jika memang ini takdir aku ingin menentang nya, aku tidak ingin hidup bersamamu"

~kressek~

Tay dan New menoleh ke arah suara dedaunan yang terinjak mata keduanya terkejut mendapati Pleum dengan wajah nya yang begitu sulit untuk di artikan.

Pleum menghela nafasnya mencoba menahan air matanya yang siap jatuh kapan saja,  bibir terukir senyum khas miliknya, ia berjalan menghampiri keduanya.

"Eumm jadi ini alasan papa menghindariku... Papa sudah tau segalanya? "belum sempat New menjawab Pleum kembali berseru dengan sedikit lebih keras namun jelas sekali jika suaranya gemetar menahan tangis.

"Aahh syukur  lah kalau begitu, tadinya aku bingung bagaimana memberitau padamu, tapi semuanya sudah terselesaikan kan bahkan papa sudah membuat keputusan yang sangat tepat" Pleum milirik ayahnya,  bibirnya sedikit manyun melihat raut sedih Ayahnya.

"Ayah..  Terimakasih untuk usahamu, terimakasih sudah berusaha memperbaiki semuanya tapi kebahagian kalian adalah hal yang terpenting, tidak tau apa yang akan terjadi di masa depan nanti ku harap kalian akan selalu bahagia"New merasakan nyeri di dadanya,  entah kenapa ia tidak menyukai apa yang di katakan Pleum padahal itu lah yang ia ingin kan, sebuah kebahagian.

"Pleum.. " Tay mencoba meraih tangan Pluem namun di tepis dengan lembut olehnya.

"Ahh sudah.. Sedihnya tidak boleh berlama lama harus bahagia,  aku pergi dulu oh iya sebenarnya aku punya mesin  waktu jadi ayah tidak perlu khawatir aku bisa kembali ke masaku kapan saja dan Phi Jennie sebenarnya dia orang sewaan ku,  sudah yah bye bye aku harus kembali... " Pleum membalikan badanya dan berlari secepat mungkin agar kedua orangtua nya tidak melihat air mata miliknya.

"BERBAHAGIALAH KALIAN" teriknya dengan lantang sambil melambaikan tangannya,  memang tak ada yang lebih menyakitkan selain perpisahan.

Tbc

kayak nya maksa banget deh nih chap, efek pengen cepet end..😅

HAPPY BIRTHDAY NYUIIIII SAYANG NYA BUNAAA,,  😂😂

SENENG BANGET GAK SIH PAS TAY NGUCAPIN DI IGS NYA 😭😭

Huhu author abis kecopetan tadinya takut banget gak bisa login ke nih akun tapi alhamdulillah masih bisa untung masih ada hp yang lama jd ama

Seperti biasa terimakasih sudah mau baca jangan lupa tinggalkan jejak 🤗

FATE (TAYNEW)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang