Rasa penat juga lelah karena terus berlari selama empat hari berturut-turut akhirnya terbayar lunas setelah mereka tiba di Konohagakure. Semua kerabat juga rekan yang menyambut dengan sukacita membuat semua rasa lelah mereka sirna.
Namun, di tengah kebahagiaan itu sang gadis musim semi malah terlihat gelisah. Tsunade yang mengerti dengan keresahannya pun perlahan mendekat lalu menepuk pundaknya, "Aki-Aki bau tanah itu ada di taman belakang gedung hokage," Bisiknya membuat Sakura seketika mengernyit dan terkekeh geli.
"Shisou, sensei tidak setua itu,"
"Tetap saja rambutnya itu seperti aki-aki, apalagi tingkahnya yang menyebalkan. Iuwh aku benar-benar ingin menguceknya di kolam air suci," Ucapnya sembari menyunggingkan bibir membuat Sakura benar-benar tak bisa menahan tawanya lagi.
Walau Kakashi sudah meminta maaf ribuan kali setelah mengalahkannya di meja judi. Tetap saja Tsunade masih menyimpan dendam yang membara, hingga tak jarang ia meledek atau menjelekannya di hadapan umum.
Sakura yang tak ingin mendengar ocehan sumpah serapah Tsunade pada pria perak itu pun segera kabur dari sana. Ia benar-benar tidak sabar ingin mengomeli juga memberi pelajaran pada Kakashi yang dengan sengaja mengabaikannya.
Setelah cukup lama berkeliling akhirnya Sakura melihat sebuah kaki yang terkulai di sebuah bangku. Dari alas kakinya ia tahu betul siapa pemilik kaki itu. Perlahan ia pun mengendap-endap ke sana dan seketika terbelalak melihat sosok sang pria perak tengah tertidur bersama buku icha-ichanya.
"Dasar menyebalkan, shannaro," gumamnya.
Sakura pun perlahan menarik napas panjang lalu berteriak di dekat kupingnya, "Kakashi Sensei no baka!"
Pria itu seketika terperanjat hingga jatuh ke rerumputan. Ia nampak mengorek kupingnya dengan kelingking dan tak menyadari kehadiran Sakura yang sudah melipat tangan di depan dada.
"Yare-yare, siapa yang mengganggu tidur siangku," gerutunya membuat sang gadis musim semi semakin kesal.
Ia segera mendekat padanya dan menarik kuping pria perak itu dengan kencang, "Di saat aku terluka dan hampir mati, kau malah enak-enakan tidur di sini. Shannarooo!" Teriaknya lagi yang lagi-lagi tepat pada kuping Kakashi yang seketika memerah.
"Argh, Sakura?" Ucapnya sembari menggosok kupingnya. Ia juga langsung memicingkan matanya, memperhatikan gadis itu dari atas hingga bawah.
"Ah Sakura, sayangku kemana saja kau," Pekiknya sembari melompat pada gadis itu untuk memeluknya. Namun, Sakura seketika bergeser, membiarkan kepala pria perak itu menubruk pohon.
"Argh, Sakura. Iya, iya, Gomen aku tidak menyelamatkanmu karena tengah melakukan misi," Ucapnya sembari bangkit berdiri namun sesuatu tiba-tiba jatuh dari saku rompinya.
Manik emerald sang gadis musim semi seketika terbelalak melihat batuan kristal berwarna biru berbentuk seperti bunga teratai di sisi kaki sang pria perak. Raut panik kink tergambar jelas pada sorot mata Kakashi, saat ia akan mengambilnya sang gadis musim semi tiba-tiba menyambarnya terlebih dahulu lalu mundur bebeapa langkah, sembari memperhatikan benda berkilau itu, "Sensei, ini apa?"
"I ... Itu ... Itu seseorang memberikannya padaku," Ucapnya sembari berjalan mendekat dan terus mencoba mengambil batuan kristal itu kembali.
Sakura yang sudah hafal di luar kepala semua pergerakannya pun bisa menghindar dengan mudah dan langsung melompat ke salah satu batang pohon. Rasa hangat yang menjalar hingga pergelangan tangannya, membuat Sakura semakin yakin ini bukan batuan biasa.
"Sakura, turunlah aku benar-benar tidak ingin bermain-main sekarang," Titahnya membuat sang gadis musim semi tersenyum jahil sembari menggeleng.
"Aku juga tidak ingin bermain-main sensei, tapi melihat wajah imutmu ini membuatku sangat ingin bermain denganmu .... Jika kau bersedia aku ingin bertarung sekarang untuk merebut kristal itu," Ucapnya dengan nada yang mulai merendah, membuat Kakashi mengernyit karena tak mendengar dengan jelas kalimat terakhir yang ia katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatake or Sabaku { REVISI }
FanfictionDesas-desus pencurian batu suci dari sebuah kuil kuno yang di iringi kabar keretakan para petinggi desa yang kini terdengar oleh Sakura, membuatnya mengerti kenapa sifat juga sikap Gaara berubah akhir-akhir ini. Seseorang yang begitu Sakura percaya...