Dua cangkir teh panas kini sudah berada di tengah meja. Kakashi juga Sakura yang duduk bersebrangan masih menatap satu sama lain tanpa berbicara.
Keheningan di flat itu membuat suasana semakin dingin. Sakura terlihat masih kesal karena ulah pria perak di hadapannya yang selalu menghindari segala pertanyaan.
Sementara Kakashi malah terlihat menatap gadis musim semi di hadapannya dengan tatapan senang. Ia begitu terhibur dengan ekspresi gadisnya yang tak pernah berubah saat marah.
Perlahan tangan Kakashi bergerak menyodorkan salah satu cangkir ke hadapan Sakura, tanpa mengalihkan pandangannya. Lalu bertopang dagu sembari tersenyum hingga matanya menyipit. Aura jahil sangat terasa menguar ketika Kakashi menunjukan senyuman itu tanpa maskernya.
"Gomen, hehe." Ucapnya sembari terkekeh, membuat perempatan di pelipis Sakura hampir saja terbentuk karena pria itu berbicara dengan enteng tanpa menunjukan penyesalan.
Perlahan Sakura mengambil cangkir di hadapannya sembari terus menatap pria menyebalkan di hadapannya.
"Kau benar-benar pria tua menyebalkan." Jawabnya sembari menyeruput teh yang masih panas itu sedikit demi sedikit.
Perlahan Kakashi menggenggam cangkir yang tengah di pegang Sakura dan mengambilnya. Manik onyxnya nampak memperhatikan setiap inci cangkir itu dan saat menemukan bekas lipstick dari bibir Sakura ia segera minum dari sana hingga tandas tanpa merasakan panas dari teh itu.
"Kakashi, tenggorokanmu bisa terbakar!" Bentak Sakura namun pria itu tak menggubris, ia kembali tersenyum saat meletakan cangkir yang sudah kosong itu.
"Benar, kata anak muda itu. Saat seseorang minum atau makan dari bekas bibir kekasihnya, apapun itu akan terasa nikmat," ucapnya yang membuat Sakura seketika mematung.
Fikirannya seketika melayang pada kata anak muda yang di ucapkan Kakashi. Tidak salah, ia merujuk pada sikap Gaara yang selalu makan atau minum dari bekas Sakura.
"Apa kau mabuk, Kakashi?" Tanya Sakura berpura-pura tak mengerti apa yang ia ucapkan.
"Mabuk? Tidak. Aku hanya bicara seadanya,"
Sakura mulai merasa aneh karena pria perak di hadapannya terdengar asal berbicara.
"Kakashi, boleh aku bertanya?"
"Ya,"
"Kenapa kau bersikap seperti itu pada Sasuke tadi?"
"Aku hanya tidak suka pada orang yang mengingkari janjinya. Ia bilang akan menjaga Kurenai, tapi nyatanya dia malah pergi,"
"Aku yakin bukan hanya itu, Kakashi," ucap Sakura sembari menggenggam tangannya.
Pria perak itu kini kembali menatapnya dengan serius, ada rasa percaya juga tak percaya dalam tatapannya.
"Apa kau bisa menjaga rahasia jika aku mengatakannya?"
"Kapan aku membocorkan rahasia?"
Kakashi nampak mencoba meyakinkan dirinya, perlahan ia menghela napas sembari berkata, "Rumor reformasi yang sempat muncul kemarin perlahan tak lagi terdengar. Aku khawatir akan adanya serangan dadakan, karena biasanya ketenangan merupakan pertanda akan adanya badai,"
"Rumor reformasi? Apa ini tentang menjadikan seluruh desa menjadi satu dan yang memimpin adalah kage?" Tanya Sakura yang seketika membuat Kakashi melepas genggamannya.
"Dari mana kau tahu? Rumor ini hanya beredar di kalangan pemerintahan,"
Tatapan Kakashi kini benar-benar mengerikan seolah ia akan mencekik Sakura karena tahu hal yang begitu di jaga kerahasiaannya. Gadis musim semi itupun mulai memutar otak siapa yang harus di kambing hitamkan, karena tak mungkin ia memberitahu Baki yang melaporkan rumor itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hatake or Sabaku { REVISI }
FanfictionDesas-desus pencurian batu suci dari sebuah kuil kuno yang di iringi kabar keretakan para petinggi desa yang kini terdengar oleh Sakura, membuatnya mengerti kenapa sifat juga sikap Gaara berubah akhir-akhir ini. Seseorang yang begitu Sakura percaya...