RIZIEQ BUSTAMI

19 1 0
                                    

Namaku Wulan Winarto. hanya beberapa orang yang tahu. Aku lebih sering dipanggi Ace, baca Es. Ini tahun terahir kuliahku di Disign Interior di UB. Dan aku masih berkutat dengan tiga makul yang kena nilai D di beberapa tahun kemarin. Sialan memang. maing-masing makul sebenarnya tanpa ada halang rintang yang berarti. Aku pintar, berbakat, jujur dengan tugas-tugas, tanpa nihil absen. Sempurna sekali. harusnya bisa dapat nilai A minimal B plus lah, tapi gagal karena kesalahan klasik.

Asmara tai, tentu saja. Satu diantaranya sakit hati karea ulahku, kutolak mereka mentah-mentah. Satu diantaranya karena membenci (atau mungkin cinta, eww siapa tahu kan?) yang ada di raut mereka hanya kesal ketika mengajar dikelasku. Mukanya asem sekali. Memakai pakaian tertutup dosenku yang satu ini, hijabnya lebar. Aku juga enggak masalah dengan itu. biarkan saja. Ngapain dipikirkan bukan? Dua semester ini aku mulai dengan benar. mulai Freelance diperusahaan bonafit pusat kota. Bu Dosenku yang alim ini mulai menunjukkan wajah yang berseri sayang ketika masuk kelas dan menatapku. Ya Ampunn..

Namaku Wulan, menjalani karir sebagai ayam kampus selama 4 semester kemarin. Dan bertaubat untuk 2 semster terakhir ini. Aku baik-baik saja. Aku menikmati hidup. Sampai saat ini. Kupikir.

"Silahkan duduk. Sebentar lagi Bapak akan menuju kemari." Seorang sekretaris mendudukkan kami di ruang terbuka didalam resto Westrn dekat gedung AQS Architects & Disign. Tempatku bekerja Freelance.

Kuamati Sekretaris laki-laki ahir 30 ini. Wajahnya menarik. Sehat jasmani dan rohani. Wajahnya normal sekali. Tanpa kontaminasi rokok maupun alkohol. cukup mudah melihat itu jika kamu adalah penikmat hal tersebut.

"Massss, Oom Rizik kapan sampai sini ya?" Jona mulai gelisah. Berkali-kali dia menatap layar hp apel kroak.

Kulirik dia datar. Baru lima menit, bahkan pesanan kami juga belum diantar. "Jo, harusnya elu nurut sama gue. Coba temuin Oom elu itu di rumah secara pribadi. bukan pas jam kerja begini."

bibir bergincu merah ini mencebil siap menangis. "Bahkan gue Enggak tahu lagi dia sekarang tinggal dimana, Ace. udah kayat mahluk mitos Oom Rizik inni..." Kan bener air matanya udah tumpah ruah.

Kuputar bola mataku. Asem sekali muluitku. Pingin nyebat, mengingat ada orang penting di depan kami, kuurungkan hal tersebut.

Suara gawai berbunyi. Milik orang di depan kami. "Iya, Bapak. Benar... Benar... baik.. baik... selamat siang..."

lalu menatap kami dengan senyum profesional. "Mas Jona, Mbak Ace, minta maaf ya. Bapak ada acara mendadak keluar kota. jadi beliau tidak bisa bertemu dengan mas dan mbaknya." Masih dengan sopan, "apapun pesanan Mas Jona dan Mbak, kami yang akan membayar." Dia pamit membungkukkan badan dan bertemu dengan menejer resto.

Bangsat!

habis waktu gue disini. Kulirik Jonas. Nelangsa. Mau meninggal. Biarkan saja. Kupanggil pelayan resto, memesan makanan untuk kami berdua. Dua gelas anggur terbaik. Kubuka Ipadku, mulai bekerja. kemarin sore dapat Job dari kantor untuk disign interior food truck.

kubiarkan tanganku bekerja dan lalai dengan tujuan awal bergerak sendiri mencari sesuatu tentang Rizik Bustami ini.

kubiarkan tanganku bekerja dan lalai dengan tujuan awal bergerak sendiri mencari sesuatu tentang Rizik Bustami ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tuhan. Napasku berhenti. Ini yang dimaksud semakin tua semakin menjadi.

"Keren kan, Oom gue itu." Jonas mendesis menjijikkan. "BTW, perusahaan yang elu tempati sekarang itu salah satu anak cabang Om Rizik."

Astaga!! Apakah ia sang Superman yang sering disebut anak-anak kantor? "Jona, hidup gue udah lurus, Jon. Kalo Oom lo tahu, siapa gue, masa lalu gue, babu perusaan dia, nasib gue gimana Jon?"

"Kamu enggak akan kenapa-napa. Elu bakal terjamin, sayangku."

Iya, mungkin itu benar. Dan disini aku sebagai jaminan buat bakal hutang ini. Ayo, Ace, kamu cerdas. kamu bisa memutar otak untuk mendapatkan hutang itu tanpa harus jual diri lagi kan? semangat, Ace. Semangat! Sampai ia bisa mendapatkkan uang itu untuk menebus hutang gadun Jona yang bangkrut itu. Lalu pesanan kami datang. dua piring steak medium dan anggur merah. mari lupakan sejenak. Perutku harus kenyang, jam dua siang masih kuliah. Masih mikir kerjaan, kupikir sudah saatnya harus mikir skripsi. Ini tahun terakhir. semester depan harusnya selesai ini. aku mau pulang kampung saja setelah semua ini beres. Kangen bapak.

ACE THE SUGAR BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang