Lapangan SMA Garuda nampak sangat ramai karena hampir seluruh siswanya berkumpul Senin pagi ini guna menjalankan upacara bendera.
Murid kelas XI MIPA 3 menjadi salah satu barisan yang cukup mendapatkan sinar matahari menyengat pagi ini, membuat beberapa siswanya mendumel tiada henti.
"Jancok, panase pol. Nek ngene terus yo aku iso ireng!" dumel salah satu gadis dengan tangan senantiasa mengipasi wajahnya. Faza namanya, gadis dengan mata sipit dan bibir tipisnya itu berbicara dengan bahasa Jawa yang mahir walau bertolak belakang dengan wajahnya.
"Emang anjing. Gabisa apa ya kita upacara pake tenda? Percuma pake skincare gue anjir," Salma menyambut dengan sebal. Gadis itu mundur selangkah, menunduk kecil menyeret tangan laki-laki yang ada didepannya agar menutup sinar matahari didepannya. "Geser dikit ngapa Dam bjir," omelnya karena Adam enggan bergeser.
"Panas ya anjing, lo diem deh ini gue diliatin kepsek anying." dumel Adam yang berdiri di barisan paling depan karena postur tubuhnya yang memang tinggi.
Sedikit aneh, tapi barisan cewek dan cowok memang dijadikan satu barisan dengan cowok berada di depan dan cewek dibelakang berdasarkan tinggi badan. Jadi, beruntung bagi mereka yang berbadan pendek.
Mengabaikan dumelan semua teman dan sahabatnya, mata Khansa justru menjelajah mencari ke deretan kelas XI IPS 5. Di kelas itulah laki-laki berpostur tinggi dengan peluh yang sudah memenuhi dahinya mencuri perhatian Khansa.
Xavier Jeandra.
Khansa tersenyum sendiri melihat laki-laki itu kepanasan mendapati sinar sang surya yang cukup terik pagi itu. Tangannya tanpa sadar memelintir roknya ketika melihat Jeandra mengumpat kecil ketika teman dibelakang barisannya sengaja menjadikannya tameng.
"Lihatin terosss, takut gue kalo mata lo keluar, Sa." Khansa cukup terkejut ketika tangannya disenggol oleh Salma. "Mana? Mana tuh bocah? Fokus amat lo liatinnya," manik Salma menangkap barisan Jeandra dan gengnya berada didepan sana.
"Ganteng banget ya, Sal? Anjir mamanya dulu ngidam apa ya anaknya bisa seganteng itu?" cetus Khansa sambil memeluk lengan Salma gemas sampai gadis itu ngedumel, takut ketahuan guru dibarisan belakang.
"Ngidam biawak," jawabnya asal. "Biasa aja ah itu gak ganteng-ganteng amat si Jeandra, blangsak Sa. Gantengan juga Aksara. Udah kapten basket, juara kelas pula. Cakep betul pokoknya, liat noh!" Salma menunjuk cowok berperawakan tinggi yang berada di barisan kelasnya dan berada di baris paling depan.
Aksara Pradipta, laki-laki ini bisa dibilang sangat terkenal. Tampan, pintar, tinggi, dan tentu saja sangat banyak gadis yang mencoba mencari perhatiannya. Saingan Khansa dalam hal akademik--walaupun Khansa tidak pernah menganggapnya begitu.
"Tul, ganteng banget emang si Aksara. Kalo jadi ceweknya apa ngga mleyot tuh ketemu bentukan dia tiap hari," kali ini Gea menyeletuk dari barisan belakang.
"Kata gue tetep gantengan Alan dehh," Faza ikut menyahut.
"Yee, itumah cowok lu!" kepala Faza mendapat toyoran dari Gea.
"Asu!" gadis itu memekik kecil hingga beberapa siswa menoleh kearahnya.
"Tolol banget sii, diem ngapa nyet!" Salma melotot dan menyuruh teman-temannya untuk diam karena beberapa guru mulai bergerak mendisiplinkan beberapa siswa yang membuat keributan. Gea dan Faza masih cekcok kecil dibelakang. Berbeda dengan Khansa yang sibuk menertawakan kegaduhan sahabat-sahabatnya itu.
"Sal, ntar anter ke kantin ya abis upacara?" ujar Khansa pelan.
Salma menoleh, "Ngapain? Gabawa minum?"
Khansa menggeleng, "Biasa," mata gadis itu mengerling kearah yang sama sejak matanya terpaku dari tadi.
Salma menggeleng kecil, "Hadeehhh, bulol."
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberries and Cigarettes
Teen FictionSeperti kebanyakan gadis yang tengah dimabuk asmara, Khansa Abigail seorang siswi cantik dari SMA Garuda ini mengagumi salah satu teman satu angkatannya. Xavier Jeandra. Si kapten futsal sekolah tersebut menjadi salah satu alasan bagi Khansa unt...