6. Berantem

9 2 0
                                    

Bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak tadi. Khansa masih sibuk membereskan buku-bukunya sekaligus menunggu Aksara kembali ke kelas dari ruang OSIS.

"Lo balik sama Aksara kan?" tanya Gea yang tengah menatap kearah bawah dari jendela kelasnya. Gadis itu tengah mengunyah permen karetnya seraya menunggu parkiran sedikit lega.

"Heem, kalian langsung pulang?" tanya Khansa seraya mencangklong tasnya.

"Mau ngedate sama bubub sih," sahut Faza dari arah belakang. Gadis itu masih sibuk dengan ponselnya. Tampaknya masih chattingan dengan sang pacar. "Udah ditunggu di lapbas nih gue, duluan deh yaa. Kalian pada balik deh ntar, babay gengg!" teriak Faza pamit kepada keduanya.

"Tiati," teriak Khansa. "Salma sama lo kan?" tanya Khansa pada Gea yang diangguki gadis itu. "Liatin apaan sih lo?" tanya Khansa yang penasaran karena sedari tadi pandangan Gea tak lepas dari arah bawah.

"Anak IPS kenapa pada ganteng-ganteng ya, Sa?" tanya Gea secara tiba-tiba.

Khansa menaikkan sebelah alisnya, kemudian detik selanjutnya dia tertawa. "Cowok mana lagi yang deketin lo sekarang?" tanya Khansa sambil berpangku tangan pada sisi jendela untuk ikut melihat kebawah.

Gea menoleh, dia ikut tertawa. "Kalau sama yang ini jadi, nanti gue kabarin." ujarnya.

"Ohh rahasia-rahasiaan nih ceritanya?" tanya Khansa lalu tertawa. "But it's okeyy, who knows kita bisa double date kan? Kata gue juga apa, anak IPS an tuh cakep-cakep, Ge. Cakep yang attractive gitu maksudnya." kekeh Khansa.

Gea mengangguk setuju. Sebenarnya tatap matanya memaku pada satu sosok dibawah sana yang tengah tertawa di parkiran bersama teman-temannya. Namun, nanti sajalah ngomong sama Khansa dan yang lainnya.

"Ngapain lo berdua?" tanya Salma mengejutkan keduanya. "Gih pulang sana Sa, ditunggu Aksara di gedung bawah. Minta tolong bawain tasnya katanya," ujar Salma sembari meraih tasnya.

Khansa merengut sebal, "Mana boleh gitu anjir? Kok gue yang bawain tasnya? Emang si Aksara anak monyet," dumel gadis itu seraya mengambil tas Aksara juga.

Salma dan Gea tampak tertawa,  "Elah, masih disuruh bawain tas doang, Sa. Tuh anak ampe bolos mapel kimia cuma demi lo doang. Boro-boro bolos, seorang Aksara bersih-bersih halaman aja udah keajaiban dunia." ujar Gea yang diangguki setuju oleh Salma.

Khansa tertawa, "Itumah tugas dia. Kan sebagai tetangga yang baik harus saling tolong menolong."

"Najis tetangga baik katanya," dumel Gea tak terima.

Khansa lagi-lagi hanya menanggapinya dengan tawa, "Yaudah iya deh iya gue bawain. Gue liat-liat kayaknya kalian tuh bukan sahabat gue deh, tapi sahabat Aksara. Padahal Aksara galak banget sama kalian semua, masih aja dibelain." gadis itu geleng-geleng.

"Ya, selama dia baik sama lo sih kita fine aja sih, Sa." sahut Salma.

"Ututu Salmaku sayang," Khansa tertawa lalu memeluk Salma sebentar. "Iya dahh, yaudah kalian balik ati-ati. Gue kebawah duluan ya, see you besok ciwi-ciwiku sayang!" ujar gadis itu sambil membawa tas hitam Aksara bersamanya.

"Tiati, kalau Aksara ngebut gebuk aja palanya ya Sa!" teriak Salma yang hanya diacungi jempol oleh Khansa.

Gadis itu berjalan keluar kelas dengan kondisi koridor sudah mulai sepi. Matanya sengaja menatap kearah lorong sebrang dimana deretan kelas IPS sepertinya masih lumayan ramai. Tapi saat melihat di depan kelas XI IPS 5 tidak ada tanda-tanda kehadiran Jeandra sama sekali.

"Masih di babeh kali ya?" gumam Khansa sambil mengangkat bahunya.

Fyi, babeh itu warung di belakang sekolah yang sering dijadikan tongkrongan anak-anak IPS. Mereka bahkan sering menitipkan motornya disana jika memang sudah terlambat atau berniat kabur dari sekolah alias mau bolos. Khansa sendiri belum pernah kesana, tapi katanya babeh itu sarangnya anak IPS. Bahkan katanya kalau ada yang mau ribut atau tawuran, mereka persiapannya dari babeh. Jadi, tidak aneh kalau Khansa tidak pernah kesana. Toh buat apa juga kesana?

Strawberries and Cigarettes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang