Khansa menghela nafas lega saat seluruh bagian taman yang dia sapu sudah bersih. Aksara sudah berdiri disampingnya setelah menaruh sapu yang baru saja mereka gunakan.
"Akhirnya selesai jugaa," ujar Khansa senang. "Abis ini gue traktir es teh di kantin, Sa!" sambungnya.
Cowok itu bersidekap kecil, "Es teh doang? Enggak mau ah, ini lapangan gede ya Ca, enak aja." tolak cowok itu.
"Kemarin waktu lomba lari, gue yang menang tau. Harusnya lo bersyukur gue mau traktir nih, kan harusnya lo yang traktir gue?" Khansa tertawa-tawa setelah melihat wajah Aksara seperti hendak menelannya hidup-hidup. "Ampun, galak amat tuh muka," godanya lalu tertawa.
"Yaudah, buruan gih lo ke ruang BK, laporan sama bu Nur sana kalau udah selesai lakuin tugas."
"Lo mau kemana?" tanya Khansa. "Bareng sama gue dong kalau mau ke Bu Nur, takut anjim kalau sendirian ngadep beliau." gerutunya kecil.
"Gue langsung ke ruang OSIS, abis ini ada rapat. Kayaknya gue skip mata pelajaran kedua juga, ijinin nanti ya?" cowok itu mengambil tas Khansa dan memberikannya ke gadis itu. "Abis dari Bu Nur, langsung makan. Lo belum sarapankan? Nih," ujarnya sembari memberikan bekal gadis itu.
"Kayaknya gue itu udah kayak anak lo deh, Sa. Lo sama bunda sama persis banget anjir, bawelll bangett kalau soal makan gue." dumelnya.
"Gue bilangin tante Rinjani ya lo bilang bunda lo bawel?" ancam Aksara.
Khansa tertawa setelahnya, "Bilangin aja, ntar gue ngadu ke mama lo kalau diomelin bunda wleeee!"
Aksara mengacak rambut Khansa gemas setelahnya, "Udah sana masuk kelas tapi laporan dulu ke Bu Nur."
"Siap bos!" gadis itu berlagak hormat sebentar. "Ntar istirahat kedua gue traktir, semangat rapatnya bapak ketos!!! Babay Aksa!!" Khansa berlari kecil menuju ke ruang BK setelah berpamitan pada Aksara.
"Gausah lari-lari!!" teriak Aksara yang tidak digubris oleh gadis itu. Aksara hanya menggeleng kecil melihatnya.
Sedangkan Khansa sekarang telah sampai didepan ruang BK. Gadis itu hampir saja mengetuk pintu ruangan tersebut namun suara besar bu Nur dari dalam mengurungkan niatnya. Sepertinya bu Nur sedang mengomeli seseorang di dalam.
"Harus berapa kali sih saya ngadepin kamu terus? Gak capek kamu ketemu saya lagi? Berantem mulu kerjaannya, biar apa?!" itu suara bu Nur.
Khansa sempat merinding mendengar teriakan guru tersebut. Memang bu Nur galak sekali, murid-murid bahkan sering menyebutnya seperti macan betina.
"Udah saya bilang bu, bukan saya yang salah. Dia dateng tiba-tiba nonjok saya, ya masak saya diem aja?"
Khansa justru tanpa sadar menguping lebih lanjut perdebatan di dalam.
"Ya kan gak semua harus kamu balas pake kekerasan juga Jeandra. Saya capek banget liat muka kamu sama geng kamu mulu. Bosen saya," ujar bu Nur sekali lagi.
Mata Khansa membulat mendengarnya, "Jeandra?" gumamnya pelan. Gadis itu semakin semangat menguping karena mendengar nama yang disebut bu Nur.
"Saya gak mau tau, kamu harus minta maaf sama dia nanti. Dia sampe pingsan, kamu taukan?"
Hening, tak ada jawaban dari Jeandra yang ada di dalam. Cowok itu sepertinya sibuk mengumpat dalam hati.
"Xavier Jeandra, jawab saya!"
"Gak bu, saya gak mau. Saya gak salah." kekeh Jeandra.
"Kamu ini!!" bu Nur semakin geram. "Kalau kamu gak mau minta maaf terpaksa saya harus panggil orang tua kamu. Besok--"
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberries and Cigarettes
Fiksi RemajaSeperti kebanyakan gadis yang tengah dimabuk asmara, Khansa Abigail seorang siswi cantik dari SMA Garuda ini mengagumi salah satu teman satu angkatannya. Xavier Jeandra. Si kapten futsal sekolah tersebut menjadi salah satu alasan bagi Khansa unt...