Jam pelajaran telah usai sekitar 10 menit yang lalu. Khansa masih berada di kelasnya, gadis itu masih duduk manis dengan kepala ditaruh keatas mejanya.
"Mau pulang langsung?" pertanyaan itu keluar dari bibir Aksara ketika cowok itu berdiri setelah membersihkan semua peralatannya. "Gue ada ketemu sama kepsek terus lanjut latian basket. Mau gue anter balik dulu apa nonton?" tanyanya.
Khansa mendongakkan kepalanya, "Dih, ngapain gue nungguin lo? Mending pulang, tidur. Capek banget nunggu lo ampe malem??" gerutunya.
Aksara menggerutu kecil, "Ngga ada supportivenya jadi tetangga sih lo. Kalau gue pulang lama harusnya lo juga pulang lama tau, Ca." sahutnya asal.
"Prinsip darimana Aksara monyet!!!" omel Khansa sebal. Ketiga sahabat Khansa sudah ngacir sejak bel pertama berbunyi. Salma dijemput papanya, sedangkan Gea ada ekstra tari yang harus diikutinya, dan Faza tentu sudah membucin dengan Alan.
"Dih gue bilangin tante Rinjani lo ngatain gue monyet ya?" cowok itu mengulurkan tangan pada Khansa. "Ayo bangun, katanya mau balik? Kayak yang gak semangat aja lo sejak tadi abis olahraga. Kecapean?" tanyanya. Terselip sedikit kekhawatiran karena Khansa tidak seceria biasanya. Cewek itu seperti banyak memikirkan sesuatu sejak selesai olahraga tadi.
Benar, Khansa kepikiran sesuatu. Ya, siapa lagi? Dia memikirkan Jeandra yang tadi memang memiliki beberapa luka, cowok itu bisa mengobati dirinya tidak ya? Apalagi kali ini sepertinya Jeandra lebih emosi dari kemarin.
"Gak ada, gausaa sotoy ya anaknya Om Aksan, gue gapapa. Emang kampret aja pak Yosi kagak kira-kira ngasi jam olahraga outdoor udah tau Jakarta lagi panas-panasnya jam segitu." dumelnya lalu berdiri. Cewek itu justru mencantolkan tasnya pada lengan Aksara yang menggantung minta disambut olehnya.
"Emang kayaknya pas pembagian akhlak, lo ga dateng deh keknya, Ca." cowok itu menggeleng-geleng kecil yang dihadiahi tawa oleh Khansa.
"Ayokk pulang, lo bisa anter gue balik duluankan?" tanya gadis itu dengan senyum manisnya. Berharap Aksara akan luluh dan mengantarnya pulang terlebih dahulu.
"Ck, udah gue bilang ikut gue aja duluan. Nih masalahnya gue ke kepsek dulu njir, gabisa anter lo balik duluan." ujar Aksara.
Khansa cemberut, "Kok gitu sih? Capek betul temenan sama Aksara, enggak asik diduain sama kepsek mulu." sahutnya sembari memberi isyarat jempol terbalik kepada Aksara.
Aksara tertawa, "Masih mending daripada gue duain sama cewek lain??" usilnya.
Khansa sontak melotot, "Gaya banget lo Aksara Pradipta, kayak yang engga alergi aja deket cewek lain!!!" omel Khansa yang disambut tawa renyah oleh Aksara.
"Iya juga sih, gatel soalnya mereka kadang, Ca." Aksara tertawa dan merangkul Khansa ketika keduanya keluar kelas.
"Eh ntar ada futsal anjir, mana ada basket di lapangan sebelah, lo mau balik apa nonton?"
"Eh serius? Emang ini jatah anak futsal latihan ya?"
"Enggak sih, katanya ada turnamen jadi latihannya diperbanyak. Seger banget gaksi kalau liat anak IPS sama IPA yang ganteng-ganteng itu di lapangan??"
"Anjir iya lagi, ada gengnya Jeandra ya? Mau liat Jeandra ama Jemian anjirr beh pasti kece!!"
"Gue sih mau liat basket, ada Aksara anjir!!!"
Suara itu berasal dari siswi-siswi yang Khansa lewati barusan.
Khansa menghela nafasnya. Benar juga, ada jadwal latihan anak futsal hari ini. Sudah pasti akan banyak yang menonton. Tapi, Jeandra ikut latihan gak ya? Kan tadi bonyok, pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberries and Cigarettes
Teen FictionSeperti kebanyakan gadis yang tengah dimabuk asmara, Khansa Abigail seorang siswi cantik dari SMA Garuda ini mengagumi salah satu teman satu angkatannya. Xavier Jeandra. Si kapten futsal sekolah tersebut menjadi salah satu alasan bagi Khansa unt...