3. Dihukum

13 3 1
                                    

Entah sudah berapa lama Khansa menghilang, dan kini Salma, Faza, dan Gea mencari keberadaan Khansa. Yang jelas, mereka baru sadar karena baru saja pertandingan berakhir dan Khansa tidak terlihat sama sekali.

"Diangkat gak?" tanya Gea pada Salma yang sudah berkali-kali menelpon Khansa tapi hasilnya nihil. "Apa ke toilet ya? Tapi kenapa ga ngabarin kita sihh?" tanya Gea khawatir.

"Ini kalau Aksara tau bisa ngamuk ama kita anjim, buruan cari tuh bocah kemana weh," Faza celingukan. Memastikan pandangan dimana sahabatnya itu. "Bjirr, cowok gue kayak monyet banget," ujarnya sesaat setelah tatapannya tak sengaja bertemu dengan sang pacar, Alan. Cowok itu melambai dan melompat girang, maklum Garuda menang.

"Buruan bjirrr, gada kabarnya ni temen lo," kata Gea menoyor kepala Faza gemas.

"Ya gimana anjir, ra ketok babar blass Khansa ning ndi," ujar Faza kebingungan karena Khansa tidak terlihat sama sekali. (Trans : Ga keliatan sama sekali Khansa dimana)

Aksara terlihat sudah tersenyum puas dibawah sana. Cowok itu tengah mengemas barang-barangnya. Beberapa temannya juga sedang sibuk bertos ria dan selebrasi karena timnya menang.

Salma mendecak, pasti cowok itu sebentar lagi kesini. Tatapan mata Aksara sudah berapa kali terlempar kearah tribun yang mereka tempati, mungkin karena sadar jika Khansa tidak ada disana.

"Khansa dimana?"

"Monyet!" Faza terkejut saat mendengar sapaan Aksara barusan. Salma dan Gea sama-sama ikut terkejut.

Tuhkan, baru saja dibilang. Aksara kini sudah mencangklong tas dibahunya dan mendekati mereka disusul oleh Alan, Rakha dan Adam dibelakangnya.

"Sal, Khansa mana? Dia daritadi ga keliatan," kata Aksara celingukan mencari dimana keberadaan Khansa.

"Anu, tadi Khansa--"

"DOR!!" Khansa tiba-tiba hadir dan menepuk bahu Aksara dengan cengirannya. "Apa? Nyariin gue?" gadis itu bertanya tanpa dosa.

Salma menghela nafas lega. Faza dan Gea ikut lega melihat Khansa baik-baik saja.

"Darimana aja? Lo gak abis ngilang kan, Ca?" tanyanya.

Khansa menggeleng dengan tenang, senyum masih senantiasa menghampiri bibirnya. "Nggak, abis pipis doang." jawabnya. "Gimana? Menang?" tanyanya kepada Aksara.

Giliran cowok itu yang tersenyum dengan bangga. Melupakan fakta bahwa dia penasaran darimana asal senyum yang tampak begitu manis menghiasi bibir Khansa tadi.

"Jelas, kapan sih gue kalah bawa tim gue?" pongahnya. "Ayok pulang, gue beliin es krim," cowok itu merangkul bahu Khansa.

"Langsung balik? Lo gak ada acara sama anak-anak yang lain?" tanya Khansa kebingungan. Pasalnya pasti sebentar lagi teman-teman Aksara akan langsung kabur ke club atau bar hanya sekedar untuk melakukan party kecil-kecilan. Hal yang biasa dilakukan oleh remaja Jakarta.

"Gak, gue ijin bunda lo gak sampe jam 10 bakal anter lo balik."

"Sa, balik duluan ya. Kalau nyusul ke Star Club biasa, gue open table!" teriak teman Aksara, Dion namanya.

Aksara mengangguk dan bertos dengan cowok itu, "Tiati, ntar kalo sempet gue kesana."

"Yoi, broo duluan." Dion berpamitan pada semua. Sedangkan Khansa menggerutu kecil.

"Padahal gapapa gue bisa balik sama si Salma kalau lo ada acara ama mereka," gadis itu meraih tasnya. Memberikan ponsel dan dompet Aksara pada sang pemilik.

"Gak, lo tanggungan gue." kata Aksara telak. "Lo bertiga gak kesana?" tanya Aksara pada ketiga sahabatnya.

"Abis anter bubub gue nyusul kesana sih," kata Alan seraya memeluk leher Faza dari belakang.

Strawberries and Cigarettes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang