~•~•~•~•~•~•~•~
Ternyata benar, tidak ada yang peduli kecuali diri kita sendiri.
Hargai selagi ada karena sejatinya manusia akan pergi jika tidak dihargai.
~•~•~•~•~•~•~•~
Angin malam yang begitu dingin mampu menebus hoodie milik seorang gadis. Gadis tersebut berjalan dengan langkah lebar, menuju depan gang dimana terdapat berbagai macam makanan yang dijual berjejer-jejer di pinggir taman tersebut.
"Nasib anak kos-an ya gini, malam malam kelaparan terus keluar buat cari makan, sendirian pula!" gerutu gadis tersebut yang mempercepat langkahnya.
Sesampainya didepan gerobak kaki lima langganannya, ia langsung memesan nasi goreng pedas favorit. Karena bosan menunggu dan masih banyak yang mengantri, ia langsung menyalakan ponselnya. Tanpa basa basi ia langsung login. Login mobile legends tentunya.
"Rank badak, hadeuh nasib edi ama player solo gini amat ya?!" lirihnya sembari menatap nanar tampilan mobile legend yang didominasi warna hijau khas Epic.
Tanpa basa basi, ia langsung push rank. Ia berdoa, semoga saja moonton sedang berbaik hati supaya ia bisa win dan mencapai tier legend.
"Neng, ini pesanannya," ujar seseorang menepuk bahu gadis tersebut, membuatnya sedikit tersentak. Gadis itu tersenyum canggung sembari menggaruk belakang kepalanya yang benar benar gatal.
"Makasih Pak, ini uangnya," balasnya sembari mengulurkan uang selembar berwarna ungu.
Gadis tersebut meninggalkan lapak dagang yang ramai itu dengan sesekali mengerang kesal karena hampir saja mati di seludup oleh Natalia.
"Woi! Gimana konsepnya lo tiba-tiba nge-ulti gue anjing! Eudora kampret!" kesalnya karena berhasil mati oleh Eudora, si mbak PLN.
Gadis tersebut sibuk dengan gamenya yang membuat ia tanpa sadar sudah berdiri di tengah jalan. Bahkan ia tidak mendengar suara klakson yang bersautan. Apakah ia budeg? Tidak tentunya, karena ia menggunakan earpond yang selalu tersumpal di kedua telinganya.
Sampai saatnya, ia masih sibuk war, dari arah kanan terdapat truk pembawa kayu dengan kecepatan di atas rata rata menuju arahnya. Ia bahkan tidak menghiraukan pekikan pekikan semua orang. Sampai akhirnya, ia mendengar kata defeat tepat truk tersebut menabrak tubuh rampingnya hingga terpental beberapa meter dari posisi awal.
BRAK!
SREK!
Sebelum menutup matanya, ia bergumam, "Tolong, siapapun bantuin gue naik ke Legend. Gue bosen di Epic terus," gumamnya sebelum menutup mata. Gadis tersebut adalah : FAZIRA FITRIACLARIZAA LICIOUS.
Disisi lain..
"Gu-gue gak kuat.."
Di sebuah kamar yang gelap tanpa adanya alat penerangan yang sengaja dimatikan oleh pemiliknya, terdapat seorang gadis yang tengah duduk di pojok kamar dengan keadaan yang memprihatinkan sembari memeluk lututnya sendiri. Suara tangis yang begitu memilukan memenuhi setiap sudut kamar itu.
Sakit. Lelah. Mungkin kata yang pas untuk keadaan gadis itu sekarang. Dulu saja saat kecil, ia sangat mengharapkan supaya cepat besar. Tapi, saat sudah besar ia ingin menjadi si kecil yang ceria, tertawa tanpa beban.
Ia sadar bahwa dunia dewasa adalah dimana seseorang diberi ujian yang benar-benar diluar nalar yang bahkan hampir membunuh jiwa orang itu sendiri. Diam saat marah, tertawa untuk pura-pura, tersenyum saat dihina, dan menangis saat sendiri. Ia muak dengan semua topeng yang harus ia gunakan. Ia benar-benar muak...
Kenapa semua orang berubah hanya karna satu kesalahpahaman? Kenapa? Ia bukan benda mati yang tak punya hati dan akal. Ia juga bukan pohon pisang yang hanya memiliki jantung. Ia bukan robot yang tetap kuat walau diperlakukan tidak baik.
Akan ada saatnya, seseorang lebih memilih menyerah daripada bertahan tapi tidak pernah dianggap. Akan ada saatnya, seseorang akan menyesal karena perbuatannya. Akan ada saatnya, ia berubah menjadi seseorang yang tidak bisa diterka oleh semua orang. Akan ada saatnya, dimana yang saat dihina diam dan sekarang menjawab dan bahkan bermain tangan. Akan ada saatnya seseorang berubah. Dulu ya dulu, sekarang ya sekarang.
"Sa-sakit..." rintihnya pelan sembari memukul kepalanya yang terasa tertimbun bebatuan beberapa ton. Sungguh berat.
Tubuhnya yang rapuh akhirnya dengan pasrah terjatuh dan merengkuh kesakitan di atas dinginnya lantai. Ia mendongakkan kepalanya keatas dengan sisa tenaganya, menatap langit langit kamarnya dengan mata yang penuh harap ia berdoa, "Kalo aku ditakdirkan mati, izinkan ragaku tetap disini, Tuhan. Berilah jiwa yang kuat didalam raga ringkih ini. Izinkanlah ia untuk membalaskan dendam kepada orang-orang yang sudah menyakitiku." Gadis tersebut adalah FAZURA TESALONIKA SMITH.
~•~•~•~•~•~•~•~
Hallo, aku sedang merevisi cerita ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZU(I)RA [revisi]
Teen Fiction[ ALUR BERUBAH. MOHON BACA ULANG AGAR TIDAK BINGUNG ] *** Ketika seorang remaja bar-bar dan tengil bertransmigrasi ke dalam tubuh putri bungsu keluarga kaya raya. Zira harus menyelesaikan semua masalah yang terjadi di kehidupan Zura tanpa tahu apa a...