H A P P Y
R E A D I N G*****
Dengan sabar, Regan dan Iyan mengikuti setiap langkah Zura. Bahkan, mereka harus bekerjasama membawa belanjaan Zura yang super banyak. Ringan, tetapi jumlah yang banyak membuat mereka hampir kewalahan.
"Tuan Putri mau kemana?" tanya Iyan seraya menghadap kebelakang, dimana Zura sedang berbaring dengan berbantal plastik yang berisi cemilan. Tak lupa juga dengan kaki yang diangkat, menambah kesan bahwa Zura adalah gadis berandal.
"Tempat yang belum pernah gue kunjungi," balas Zura tanpa mengalihkan pandangannya dari ponsel.
Iyan mengangguk, lalu melirik Regan yang ternyata juga melirik kearahnya. "Tempat yang belum pernah dikunjungi Zura kira-kira apa, Ga?" tanyanya bingung.
Regan diam, memikirkan hal yang sama seperti Iyan. Senyum kecil terbit diwajahnya, tanpa menjawab pertanyaan Iyan, Regan menambah kecepatan mobilnya agar cepat sampai ditempat yang ia pikirkan.
Selang beberapa menit, akhirnya mobil yang dikendarai Regan berhenti didepan sebuah bangunan yang terlihat penuh oleh manusia. Bangunan megah dengan suara merdu yang mampu menenangkan kalbu. Bangunan yang menjadi tempat pulang semua orang dikala lelah dengan urusan duniawi.
Zura yang mendengar suara adzan pun segera bangkit dari baringnya, ia menatap sekeliling penuh dengan tanda tanya. Ia lalu menatap Iyan dan Regan secara bergantian. Iyan dengan wajah dongo dan mulut menganga, sedangkan Regan dengan wajah puas dan senyum tipis yang menghiasi.
"Kenapa ke masjid?" celetuk Zura yang membuat kedua laki-laki didepan menatap kearahnya.
Regan menaikkan satu alisnya. "Katanya mau pergi ke tempat yang belum pernah lo kunjungi. Lo kan gak pernah ke masjid, bener kan gue?" sahutnya.
"Tahu darimana lo? Perasaan kita baru kenal kemarin," tuding Zura.
Regan tergagap, ia lalu berdeham guna menghilangkan gugup yang tiba-tiba muncul. "Dari Iyan. Iya kan, Yan?" kelitnya melirik Iyan dengan tatapan maut.
Zura menatap intens Regan, hal itu membuat Regan bergerak tak nyaman di tempatnya. Disisi lain, Iyan berusaha menahan tawa melihat wajah Regan yang seperti menahan berak.
"Iya, deh."
Setelahnya, keadaan menjadi hening.
"Loh, kalian gak turun? Maghriban dulu sana," celetuk Zura mengalihkan pandangannya dari ponsel.
"Lo gak shalat?" tanya Iyan.
"Haid."
Tanpa menjawab dan memberondong pertanyaan kepada Zura, kedua laki-laki tampan itu segera turun dan ikut melaksanakan shalat berjamaah di masjid Al-Ikhlas. Melihat kedua laki-laki itu pergi, Zura segera duduk dan mengetik sesuatu di ponselnya.
"Hallo?"
Zura berdeham.
"Hai, Kakak.""Siapa?"
"Kak Shasya?"
"Zi-zira?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ZU(I)RA [revisi]
Teen Fiction[ ALUR BERUBAH. MOHON BACA ULANG AGAR TIDAK BINGUNG ] *** Ketika seorang remaja bar-bar dan tengil bertransmigrasi ke dalam tubuh putri bungsu keluarga kaya raya. Zira harus menyelesaikan semua masalah yang terjadi di kehidupan Zura tanpa tahu apa a...