2 - Comeback

995 86 2
                                    

H A P P Y
R E A D I N G

*****

Masih ditempat yang sama, Zura terus merengek supaya hari ini pulang. Hari sudah pagi, kini menunjukkan jam 05.30 dan Zura terus merengek membuat Lala dan Fatir kelimpungan kesal bercampur bingung. Tadi pagi buta, Zura tiba-tiba menangis yang membuat Lala dan Fatir bingung.

Setelah dibujuk akhirnya Zura diam. Tapi tak lama kemudian, Zura kembali merengek pulang dengan alibi rindu kamarnya.

"Bunda, Zura pengin pulang," rengek Zura terus menerus dengan mata yang berkaca dan hidung yang sudah memerah. "Ayah, Zura pengin pulang!" rengeknya lagi sembari bergantian menatap Lala dan Fatir.

"Okay! Sekarang kita pulang, tapi dengan syarat kamu harus minum obatnya," final Fatir karena tidak tega melihat kondisi putri semata wayangnya.

"Makasih Ayah," seru Zura sembari memeluk pinggang Fatir yang membuat Fatir tersenyum geli. Seakan tahu kalau Lala akan ikut memeluknya, Zura langsung menahan Lala.

"Apa? Mau peluk? No! Bunda jahat gak bolehin Zura pulang!" rajuk Zura yang membuat Lala mengerucutkan bibirnya, sedangkan Fatir menggelengkan kepalanya lalu terkekeh geli.

***

"MARI KITA PULANG, UHUY!!" teriak Zura sembari melompat kecil di ranjang rumah sakit.

Tadi, setelah meminta izin kepada Zidan dengan embel-embel Zura kangen sama kamarnya, akhirnya Zura diperbolehkan untuk pulang hari ini juga. Kini, seorang suster tengah membereskan pakaian yang Zura pakai selama di rumah sakit. Sedangkan Lala dan Fatir tengah membayar biaya administrasi.

Selama perjalanan, Zura terus memandangi bangunan yang menjulang tinggi dan taman yang ramai akan pengunjung. Zura duduk dibelakang, sedangkan Lala duduk di kursi sebelah Fatir.

Banyak pertanyaan yang memenuhi kepala Zura, salah satu diantaranya adalah tentang masalah yang membuat sang pemilik raga memilih pergi. Memang, masalah apa yang dialami seorang anak perempuan ditengah-tengah harta yang berlimpah? Memiliki orang tua yang menyayanginya?

Apa, masalah itu ada di sekolah?

Zura berfikir keras untuk memecahkan teka-teki yang diberikan oleh sang pemilik raga ini. 'Gue bingung harus bertingkah kayak apa. Manja atau kayak diri gue sendiri? Tapi gue takut kalo tingkah yang gue ambil itu salah. Gue harus gimana anjir!' batinnya ruwet.

Selang beberapa menit, akhirnya mobil sport berwarna hitam tersebut terparkir di halaman mansion yang megah dan mewah. Zura turun dari mobil, matanya menatap bangunan megah yang begitu indah. Tapi, apakah suasana didalam sana juga setenang halaman depan?

"Zura, kok bengong?" tanya Lala setelah turun dari mobil.

Zura menggeleng, lalu menepuk-nepuk pipinya sendiri sampai berwarna merah seperti tomat.

"Eh, jangan ditepuk-tepuk gitu, nanti sakit," tegur Lala yang membuat Zura terkekeh.

"Rumahnya selalu bagus, tapi Zura yakin suasana didalam jauh dari kata nyaman." Setelah mengucapkan kalimat yang membuat Lala terdiam, Zura langsung bergegas menaiki satu persatu tangga yang menghubungkan ke teras mansion itu.

BRAK!

Zura berhasil membuka paksa pintu utama dengan sekali tendangan. Sedangkan Lala dan Fatir menggelengkan kepalanya pelan karena melihat tingkah Zura yang berubah 200°.

ZU(I)RA [revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang