Renjun x Haechan
"Aku akan menikah."
Renjun yang baru saja meraih tehnya terhenti, menatap balik pria yang dengan santai menyeruput kopi panas tanpa kesulitan. Jantungnya terasa diremas dengan puluhan paku tajam, menusuk tiap sisi tanpa terkecuali, bocor dan berdarah. Memengaruhi aliran napas Renjun yang tak berjalan normal. Otaknya nyaris membeku jika ia tak segera berpikir, menghindari keterdiaman panjang yang akan membuat pria itu bertanya-tanya.
"Ah, jadi itu alasanmu balik ke Beijing." Senyum ia ulas, berusaha menghindari ketakutan di wajahnya.
Si objek mengangguk, senyumnya lembut sekali yang membuat Renjun tambah sakit karena tahu bukan dirinya lah yang dalam bayangan si pria. "Memang itu alasanku pulang kampung. makanya aku ingin berpamitan padamu. Nanti akan kukirimkan undangan kami."
"Tidak perlu repot-repot." Renjun menjawab terlalu cepat, mengejutkan si pria yang tak menyangka mendapat penolakan. Buru-buru ia meralat sebelum kesalahpahaman terjadi di akhir pertemuan mereka. "Kamu tahu, kan, ayahku baru saja meninggal. Tidak enak pergi ke luar negeri dalam keadaan berduka."
Atau lebih tepatnya, Renjun tak ingin bayangan sang muse hancur dengan melihatnya berucap janji pernikahan bersama orang lain, bukan dirinya.
Pria itu mengangguk, ekspresi sedih kembali muncul mengingat ayah Renjun yang juga menyayanginya telah kembali ke pangkuan Tuhan. "Aku merindukannya."
Gumaman penuh rasa kecewa makin menyakiti Renjun. Kenangan mereka bertiga lewat bagai kilas balik sebuah film, dan sekarang dua-duanya pergi meninggalkan Renjun kesepian. Hidup berusaha mengujinya sangat parah.
"Semoga dilancarkan segala prosesnya, ya, kak. Aku akan berdoa atas kelanggengan kalian." Tulus sekali Renjun mengatakannya, menerima kekalahan dengan hati terbuka. Walau ia tahu tangisan telah menunggu setelah pulang dari tempat ini.
"Kamu juga Renjun, semoga menemukan kebahagiaan yang kamu inginkan."
Bagaimana bisa bahagia jika muse milikku telah menjadi milik orang lain?
///
"Jago juga mendapatkan apartemen murah tapi bagus." Pujian Haechan tak digubris Jeno, ikut duduk di sebelah kekasihnya yang sejak awal masuk telah mengambil alih sofa.
"Aku ingin kamu cepat-cepat pergi dari tempatku."
Haechan menyentuh dada kiri dengan wajah dramatis, merasa tersakiti dengan ucapan Jeno. "Katanya teman tapi tidak ikhlas membantu satu sama lain."
"Jika temannya tidak tahu diri seperti dirimu, aku juga tak akan keberatan menendangnya keluar." Jaemin menyahut, membantu Jeno menyerang Haechan.
"Pasangan sialan!" Umpatnya luar biasa kesal. Ia menuju ke balkon dengan menggeser pintu kaca, melihat pemandangan yang sebenarnya tak juga bagus. Hanya gedung yang sama tuanya dan gang kecil jelek. Setidaknya bisa melihat langit malam jika duduk-duduk di sini.
"Kamu jadi tidak memasukkan demo ke MR Studio?"
Pertanyaan Jeno menyentil hati Haechan, teringat pada keinginannya di kala mabuk yang selalu sahabatnya ingatkan. Alkohol sialan, cita-cita yang harusnya terpendam muncul tanpa diduga. Ia kembali masuk ke dalam, menarik perhatian pasangan yang menunggu jawabannya. Senyum lebar tanpa ragu diulas, membawa perasaan ambigu yang sulit ditebak.
"Untuk apa bersusah payah dalam hidup? Masih banyak tante-tante kesepian yang butuh jasaku."
Jaemin membuang muka, menahan agar tak mengumpat sedangkan Jeno melemparkan gelas plastik yang baru mereka beli ke Haechan yang lari ke kamar.
Dasar cowok tidak punya ambisi!
Prolog - berakhir
19:00
01/02/2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Icarus Falls
FanfictionLee Haechan x Huang Renjun Renjun, seorang penulis novel romantis mendadak tak mengeluarkan karya selama dua tahun. Terjebak penyakit 'block writer' setelah ditinggal menikah cintanya. Karena hal ini, Yooji selaku editor memaksa Renjun mencoba jasa...