Bab 1: Plot Twist

1.7K 235 39
                                    

Bored of how all of the chapters start
But you feel like a brand new arc
That I never knew, oh
-'Plot Twist' Niki

Trigger warning: harsh words.

Ada banyak hal yang harus Renjun lakukan hari ini: merapikan kamar, mencuci baju, menyapu rumah, menyiram bunga, dan tentu menulis. Kegiatan harian yang tidak pernah terlewati tiap harinya, ditulis dengan rapi di buku jurnal. Dan tiap satu kegiatan telah selesai, bakal ia coret dengan tinta hitam.

Kegiatan membersihkan rumah selalu berhasil membawa keringat, mau ringan atau berat. Jadi saat Renjun masuk kamar, dirinya memutuskan mandi sebelum berkutat dengan meja kerja yang menanti. Sabun beraroma citrus lumayan menenangkan isi kepala, dan yang Renjun suka baunya tidak akan hilang selepas mandi. Ia juga menyempatkan keramas sekalian, walau rambut cuma tipis tapi kegiatan ini menyegarkan dilakukan. Selepas berganti pakaian, dihirupnya udara pelan-pelan agar oksigen masuk dengan benar, menyiapkan hati berhadapan dengan ketakutan yang sedari tadi ia undur-undur.

Langkahnya begitu tegap menuju meja kerja dengan komputer yang bertahan sejak lima tahun lalu, masih berfungsi sangat baik. Oh jelas, sudah dua tahun belakangan tidak digunakan secara brutal. Malah lebih sering dibiarkan terdiam oleh si pemilik dengan tatapan kosong. Mungkin jika bisa bersuara komputer itu akan menyatakan keprihatinannya atas mati inspirasi di kepala sang pemilik. Menyedihkan.

Renjun menggigit bibir bersamaan dengan menyalakan benda persegi itu. Tak lupa meminum air mineral yang selalu tersedia di dekat meja. Nama merek komputer terpampang dengan pongah sebelum akhirnya hilang untuk menampilkan desktop wajah sang idola, Kim Taeyeon. Setelah semua siap, kursornya diarahkan ke satu-satunya shortcut di layar yang berwarna biru, ditaruh di sudut kiri bawah agar tak mengganggu wallpaper desktop. Mata Renjun tertutup, seakan takut bakal ada jumpscare setelah menekan aplikasi tersebut. Menunggu saat yang tepat, akhirnya ia membuka mata, menangkap layar putih kosong dengan garis hitam yang berkedip-kedip menyebalkan.

Tepat di kala kepalanya dipaksa berpikir satu kalimat pertama, isi perut semalam mendadak naik membuatnya buru-buru mengeluarkan daripada mengotori meja kerja. Ia tahu tak akan ada yang keluar, hanya ludah menjijikan yang membasahi lantai kamar mandi, sudah biasa. Kali ini Renjun menyalahkan kenapa tak sarapan dulu sebelum mulai bekerja. Menolak kenyataan jika ia tidak bisa mengetik satu kata pun selama dua tahun berlalu.

Seperti hari-hari kemarin, mengarang tidak pernah tercoret dari daftar kegiatannya.

/././.

Yoo Jimin buru-buru keluar dari taksi setelah sampai di pelataran rumah sang penulis, berlari kecil melewati halaman penuh tanaman untuk menuju pintu kayu berwarna coklat. Terlalu panik pada telepon pagi ini yang selalu menyakitinya. Setelah pintu terbuka tepat di ketukannya yang brutal, pemandangan menyedihkan ini selalu yang tertangkap mata. Huang Renjun dan wajah yang nelangsa.

Si pemilik rumah meninggalkan Yooji di depan pintu, duduk lemas di atas sofa. Yooji mengekori sembari memperhatikan kerapihan di ruangan ini, terlihat sekali baru bersih-bersih. Salah satu ide yang mereka dapat di internet untuk menyembuhkan penyakit yang diderita sahabatnya itu.

Renjun menyenderkan kepala ke bahu Yooji, menghela napas berat karena editornya itu selalu siap sedia direpotkan. "Aku pensiun saja, ya."

Selalu kalimat sama yang keluar setiap mau memulai, dan jujur Yooji mengaku bosan. Renjun dan dirinya tentu lelah tentang masalah ini. Segala usaha sudah mereka coba, mulai dari pindah ke media konvensional sampai mencoba meditasi. Tidak ada satu pun yang berhasil. Semua saran di internet atau pengalaman orang lain juga tidak membantu mengatasi block writer. Gagal tanpa ada perkembangan apapun.

Icarus FallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang