Bab 8: Boyfriend

363 38 10
                                    

"I wanna kiss you, don't wanna miss you

But I can't with you 'cause I got issues"

'Boyfriend' Ariana Grande ft. Social House

Dengan hati ringan setelah mendapat tas yang disukai, Yoo Jimin mencari Renjun untuk mengajaknya makan. Sudah cukup jasa lelaki itu hari ini menemaninya berkeliling dan sekarang waktu membayar dengan makan malam. Tidak perlu khawatir diporotin habis-habisan, Renjun pasti akan memilih hotpot atau yakiniku kalau perutnya sangat lapar. Tapi saat langkah ringannya menuju ke bagian pakaian pria, yang Yooji temukan adalah Huang Renjun terdiam layaknya patung.

"Renjun? Ada apa?" Perempuan itu bertanya panik melihat wajah pucat sang sahabat.

Mengetahui Yooji ada di depannya, Renjun berusaha tersenyum dan menggelengkan kepala. Tidak ingin mengatakan apa-apa atau membahas kejadian bersama Yoo Eunri. Terlalu memalukan jika diingat kembali, dan juga ia tidak ingin menceritakan pada Yoo Jimin jika baru saja bertemu dengan sepupunya tersebut. Tidak ingin menambah drama yang mungkin saja terjadi.

"Aku... sedikit bingung harus membeli yang mana. Bisa bantu memilih?"

Yooji mengerutkan kening, belum mengerti kenapa Renjun harus mengalihkan obrolan di kala wajahnya tak mampu berpura-pura. Tapi dengan melihat sikap lelaki itu yang sibuk melihat etalase dompet membuatnya tidak memaksa sama sekali. Entah apa yang terjadi semoga bukan sesuatu yang buruk.

/././.

"Titip Uju lagi?!" Jeno menjerit seperti bocah yang tidak suka mainannya direbut. Dia yang dipaksa bangun jam segini karena dering bel brutal dan bahkan tidak sempat memakai kaus karena ditendang Jaemin yang masih ngantuk untuk membuka pintu, tentunya melotot melihat eksistensi Haechan menggendong anjingnya. Tidak perlu penjelasan apapun, dia sudah menebak sangat tepat.

"Ini masih terlalu pagi untuk berteriak," tegur Haechan yang tanpa dosa melangkahkan kakinya ke dalam rumah. "Toh juga Jaemin setuju membawa Uju ke sini."

"Apanya yang setuju?" Lelaki yang masih toples itu makin meradang, menyadari jika ada pembicaraan yang dilewatinya. Jangan heran kenapa Jeno marah-marah akan kehadiran sang sahabat.

"Tanya saja ke pacarmu, aku buru-buru!" Haechan memaksa memberi Uju di gendongan Jeno, tidak ingin lebih lama berdebat. Anjing kecil itu tidak terlihat terganggu sama sekali, melihat menjilati Jeno yang masih bertampang masam.

"Memangnya kamu mau ke mana sih?"

Haechan yang sedang mengikat tali sepatunya yang terlepas hanya mendongak sedikit sebelum menjawab. "Aku ada janji kencan. Pergi dulu, ya!" Dilambaikan tangannya pada Uju dan Jeno lalu menutup pintu dan berlari ke halte bis. Hari ini dirinya akan menghabiskan seharian dengan Renjun sampai menginap. Dibaca lagi percakapan mereka semalam tentang rencana hari ini. Si pemilik rumah lebih senang diam tanpa kemana-mana, hanya menonton dan mengobrol sampai larut malam.

'Kalau kamu keberatan, mungkin bisa beri aku ide yang menarik.'

Membaca kalimat terakhir di pesan Renjun setelah mengeluarkan idenya memberi kesan jika lelaki itu insecure. Maka sebagai penyedia jasa yang baik Haechan langsung setuju. Ia tahu Renjun kebingungan mengingat tidak adanya pengalaman sama sekali, maka Haechan bertekad di kencan selanjutnya akan ditunjukkan bagaimana menghabiskan waktu terbaik bersama pasangan.

Mereka melalui minggu yang panjang hanya lewat pesan dan telepon jika sempat. Dari komunikasi jarak jauh tersebut ia mendapati kebiasaan menggemaskan Huang Renjun. Penulis muda itu senang menggunakan emoji dan membalas dalam satu gelembung, tidak peduli sepanjang apa yang dia katakan. Koleksi stikernya juga mengagumkan, dan jika dia mengirimkan stiker kucing bermuka kesal itu tandanya tidak bisa berkata-kata akan godaan Haechan. Semua tentang Renjun terlalu lucu untuk dihadapi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Icarus FallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang