Bab 3: Fallin

1K 172 15
                                    

"Ooh, You are my muse

I feel so reckless"

Fallin (Adrenaline) 'Why Don't We'


Tidak tahu apa yang terjadi hingga tiba-tiba Renjun berada di sini, duduk canggung di kafe konsep retro dekat gedung apartemen Haechan. Sekarang sudah pukul enam malam, tak harusnya ia berlama-lama bersama seorang lelaki asing yang hanya tahu nama dan alamat tinggal di hari pertama bertemu. Renjun jadi ketar-ketir sendiri, kan.

Hal ini terjadi karena dirinya jatuh tertidur setelah makan. Hanya izin ke Haechan untuk tidur satu jam di sofa setelah itu pamit pulang. Nyatanya si pemilik rumah tidak membangunkannya sama sekali, membiarkan alarm berdering yang tidak berhasil membangunkan Renjun. Akhirnya ia terbangun tiga jam kemudian dengan keadaan matahari mulai turun.

"Hari ini aku jadi penyanyi di kafe. Mau ikut?"

Renjun sudah akan buru-buru pulang jika tawaran itu tidak datang. Membuatnya tergoda dan mengangguk sangat mudah.

Ada dua alasan kenapa penulis muda itu setuju. Pertama, sudah lama ia tak melihat pertunjukkan live music. Kedua, penasaran mendengar suara Haechan saat bernyanyi. Lelaki yang lebih muda darinya itu punya suara yang unik ketika berbicara, jadi apakah saat bernyanyi memang merdu atau biasa saja. Renjun ingin tahu.

Malam ini Haechan bergaya seperti seorang rockstar, jaket kulit dan kaus hitam Nirvana menutupi punggungnya yang lebar (Renjun baru sadar setelah berjalan di belakang Haechan), serta celana sobek di paha yang sangat besar. Jauh berbeda di pertemuan pertama mereka, tidak ada boots heels hanya Converse putih yang telah memudar. Renjun sampai tak percaya betapa kontrasnya lelaki itu dalam berpakaian di segala situasi. Sedangkan dia tetap menggunakan sweater biru tua yang sedari pagi terus melekat di tubuh.

"Tidak apa-apa, kan, kutinggal? Masih harus check sound sekalian gladi bersih." Haechan merasa tidak enak, karena jelas sebagai yang mengajak harus bertanggung jawab. Meninggalkan tamu bukan etika yang bagus.

Tapi Renjun mengangguk dengan patuh, seperti anak kecil yang di wanti-wanti untuk tetap diam di tempat. "Aku menunggu di sini."

"Kamu ingin pesan apa? Biar ku traktir."

"Iced lychee tea saja. Terima kasih Haechan."

Haechan sempat terperangah melihat senyum manis yang Renjun sunggingkan untuk pertama kalinya. Karena sejauh ini ia hanya mendapatkan sisi judes dan sarkastik pria itu, melihat pemandangan langka tadi tentu mengejutkan. "Mmh... oke. Temanku akan mengantarkannya. Aku... pergi dulu."

Renjun mengangguk dan terus melihat ke mana lelaki itu pergi. Dia berbisik ke seseorang yang memakai seragam karyawan kafe, sepertinya memberitahukan pesanan Renjun. Notifikasi di ponsel mengalihkan perhatian, nama Yooji muncul di lockscreen dengan pesan bertanya dirinya di mana. Dan karena tahu teman wanitanya satu itu mudah khawatir, Renjun dengan cepat membalas jika sekarang bersama Haechan.

Petikan gitar mulai terdengar, mengatur nada agar sesuai notasi. Akhirnya Renjun mengalihkan pandangan ke panggung kecil dengan Haechan yang duduk di kursi memangku gitar. Lelaki berambut merah muda itu sangat serius setelah mengambil nada yang tepat, matanya tertutup untuk menghayati lagu tak lupa jari-jari bergerak memetik gitar.

"About not too long ago, I woke up feeling kind of blue (So I)
I picked up my phone and I decided that I hit up you (So then)
"

Akhirnya Renjun mendengar Lee Haechan bernyanyi.

Icarus FallsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang