I won big the day I came accros you
Cause when you're with me
I don't feel blue
Not a day goes by that I would not redo
-'Day 1' HonneMobil yang membawa Yooji pulang terasa beku dan hening, Renjun memilih diam sepanjang jalan. Membiarkan radio yang mengisi kekosongan tanpa mau repot-repot mengularkan suara. Tapi situasi ini jelas tak nyaman untuk Yooji, masih merasa bersalah dan ada sedikit kesalahpahaman yang terjadi.
"Jadi... bagaimana?" takut-takut ia bertanya, mengalihkan pandangan agar tak menatap wajah Renjun yang mulai gusar.
Sebenarnya lelaki itu tak ingin menjawab, tapi terlalu marah untuk ditahan dalam hati. "Aku tak mengerti poin positif apa yang ingin kamu beri? Lee Haechan adalah bencana."
"Tidak perlu khawatir, kamu klien pria pertamanya."
Tawa kesal menggema di dalam mobil, tidak menyangka tawaran kecil begitu bisa membuat Renjun merasa lebih baik. "Maksudmu aku jadi sugar daddy pertama untuknya?"
Yooji mendengus, Renjun dalam mode sarkastik selalu berhasil membuatnya kehilangan kata. Tapi kali ini ia tidak ingin kalah, memberi pembelaan jika idenya adalah yang paling brilian. "Menjadi simpanan bukan pekerjaan utamanya. Haechan adalah salah satu koki di kafe. Dan juga, kamu hanya beda setahun darinya. Tampangmu juga tidak cocok jadi om-om."
"Aku masih tidak paham kenapa menurutmu dia sempurna untukku." Renjun memutar stir ke kiri, masuk ke kompleks rumah Yooji tanpa berhenti mengomel. Isi kepalanya masih mengingat percakapan terakhir mereka, Lee Haechan dan pengakuannya menerima klien wanita-wanita tua sudah berhasil membuat sakit kepala.
"Kalian berdua terasa mirip."
Rem diinjak mendadak, pekikan terkejut Yooji menjadi reaksi dari kecerobohan Renjun berkendara. Mereka berdua sama-sama melotot melihat kucing yang juga terkejut, nyaris mati dilindas ban mobil. Buru-buru hewan itu lari menepi, kabur sebelum umpatan kasar keluar dari mulut si pengedara.
"Brengsek!" Sebenarnya makian itu tidak hanya untuk hewan berkaki empat tadi, lebih dominan dari pernyataan Yooji. Apa-apaan itu? Disamakan dengan pria seperti Haechan?
"Hei, hati-hati!" Yooji menegur, memegang erat-erat sabuk pengaman. Rasa takut masih melingkupi, dia pikir tadi mereka menabrak sesuatu atau seseorang. Mengerikan sekali jika dibayangkan.
Akhirnya Renjun membawa mobil pelan-pelan, sebentar lagi mereka akan sampai ke rumah Yooji, dan tentu membawanya sampai dengan selamat. "Aku masih tidak paham kenapa kamu merasa aku dan dia mirip." Rupanya pria itu masih ingin melanjutkan pernyataan yang mengganjal di kepala.
"Feeling." Jawaban sederhana yang tentu tidak membantu sama sekali. Perempuan dan 'perasaannya' tidak pernah cocok untuk Renjun.
Akhirnya rumah Yooji sudah kelihatan, mereka sampai tanpa kekurangan apapun. Walau berada di kawasan padat penduduk, ibu Yooji adalah orang handal yang memanfaatkan lahan sekecil apapun untuk jadi taman. Terkadang Renjun memilih duduk-duduk di depan sambil naskahnya dibaca Yooji, menikmati tanaman cantik yang dirawat sepenuh hati.
"Kamu tidak ingin mampir?"
Renjun menggeleng, butuh tidur sebentar karena baterai sosialnya habis hari ini. Sejak tidak bisa menulis, ia jadi jarang bertemu banyak orang. Tidak usah terkejut kenapa teman Renjun hanyalah Yoo Jimin seorang. "Masuklah, aku akan langsung pulang."
Sebelum Yooji turun, ia menatap lamat-lamat Renjun seperti ada yang ingin dikatakan. Tapi yang perempuan itu pilih hanya melepaskan sabuk pengaman dan keluar dari mobil. Mungkin di lain kesempatan ia akan mengatakannya. "Hati-hati di jalan!" Pintanya sebelum mobil itu pergi, meninggalkan Yooji yang terus berdiri sembari menunggu Renjun hilang dari pandangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Icarus Falls
FanfictionLee Haechan x Huang Renjun Renjun, seorang penulis novel romantis mendadak tak mengeluarkan karya selama dua tahun. Terjebak penyakit 'block writer' setelah ditinggal menikah cintanya. Karena hal ini, Yooji selaku editor memaksa Renjun mencoba jasa...