7. Perlahan.

135 15 4
                                    


Fenly masih duduk di meja makan dengan makanan yang udah hampir dingin. Sekarang pukul sebelas malam Shandy masih saja belum terlihat oleh pandangan nya, entah kemana suaminya itu menghilang, membuat dirinya khawatir tak karuan.

Clek ......

Mendengar pintu utama terbuka Fenly bergegas meninggalkan meja makan untuk menyambut kedatangan suaminya.

"Kak" panggilnya ketika sudah dekat dengan Shandy.

Shandy, hanya melihat Fenly sekilas kemudian duduk di sofa da memijat pelipisnya.

"Kak, mau minum? Atau mau mandi dulu apa makan dulu? Fen udah masakin dari tadi." Tawar Fenly, kepada Shandy.

"Gak usah gue capek mau tidur, Lo makan sendiri bisa kan?capek banget gue." Sahut Shandy sambil berjalan meninggalkan Fenly.

Degh....

Ada sedikit yang janggal dalam hati Fenly, ya dirinya baru saja tergores oleh perkataan suaminya yang berubah, entah lah Fenly buang pikiran negatif itu sejauh mungkin, toh Shandy sibuk sekali mungkin dia terlalu lelah hingga pada akhirnya menolak memakan makanan yang sudah tiga jam lalu Fenly hidang kan.
Fenly kembali melangkah kan kakinya ke meja makan, dan memakan beberapa macam makanan dengan sedikit sendu, pasalnya Shandy tak pernah Seperti ini selelah apapun dirinya Shandy tak akan mungkin menolak kerja keras yang Fenly lakukan untuknya.

Fenly, menyuapkan makanan kedalam mulutnya dengan pikiran bimbang dan perasaan tak terkendali kan. Entah lah yang ia rasakan saat ini cukup membuatnya tergores meski oleh perkataan yang tak menyinggung nya, dengan mengganti kosa kata saja membuat Fenly merasa hampir hilang akal.
Bertapa berpengaruh sekali perlakuan seorang Shandy untuk dirinya.

Setelah selesai makan Fenly langsung membereskan dan mencuci piring dan membuatkan kopi dan susu agar Shandy dapat milih minuman apa yang ia inginkan.
Fenly perlahan berjalan menuju tangga dengan nampan di tangan nya.

Clek....

Fenly menelusuri seisi kamar namun tak ada Shandy di sana, ia melihat kearah balkon dan melihat kepulan asap di sana. Ada apa? Sampai sampai membuat Shandy sefrustasi ini.?

"Kak nih Ofen bawain minum." Ucapnya saat kakinya berhenti tepat di samping shandy.

"Gue gak butuh. Lo aja yang minum gue mau sendiri." Ucapnya dingin, tanpa menoleh ke arah Fenly.

"Tapi kak, Kaka...." sendal Fenly yang tak terselesaikan.

"Berisik udah gue bilang masuk!  bawa tuh minuman dan jangan nungguin gue!" Bentak Shandy, membuat Fenly terkejut dan hampir menumpahkan minuman yang berada di atas nampan dalam genggaman nya jika ia tak meremat kuat nampan tersebut.

Fenly menunduk sendu, hati nya semakin tergores lebih lagi, ia mengangguk dan membawa kembali kopi dan susu yang ada di nampan dan menyimpannya di nakas, ia langsung merebahkan dirinya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut yang tebal. Sakit! rasanya sakit sekali, ini kali pertamanya Shandy membentak dirinya dan mengganti kosa kata, bahkan Shandy merokok tadi.
Fenly khawatir bukan main terhadap Shandy, meski pernikahan nya hanya sebatas perjodohannya percayalah Fenly mencintai Shandy apa adanya dan sedalam dalamnya.
Shandy, paling tak suka menghirup bau rokok dari orang yang merokok, tapi apa? Sekarang dia malah merokok benda yang selalu ia benci? Sefrustasi apa Shandy saat ini? Mengapa tak membagi nya kepada Fenly? Bukankah Fenly berhak tahu semua yang terjadi kepada Shandy, termasuk perubahan nya?.

Fenly terus membolak balikan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, saat ini dia tak tenang dan menghambat pada tidurnya. Shandy, sendari tadi belum masuk dari balkon membuat Fenly, Kalut dan perlahan beranjak dari ranjangnya.
Ia, melihat Shandy tertidur di balkon dengan kemeja berwarna biru tua yang berada di genggaman nya.

THANK YOU FOR EVERYTHING AND I LOVE YOU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang