Bab II -??-

15 4 0
                                    

Glovain sedang tertidur pulas di kasur kamar Emthya, setelah makan Emthya membawa anak itu untuk kembali ke kamar dan duduk sebentar lalu menidurkan Glovain.

Dengan lembut Emthya menyanyikan senandung lembut serta mengusap punggung Glovain pelan, dia melakukan hal itu hingga Glovain tertidur.

Berbeda dengan Glovain yang tidur dengan damai di atas kasur Emthya kini gadis pemilik kamar itu sedang sibuk menghitung uang sisa untuk bertahan hidup dua minggu ke depan. Duit untuk makan tiga hari ke depan sudah Emthya pakai untuk membeli baju Glovain jadi dia harus menghitung uang untuk pengeluaran kedepannya.

Bertahan di kota besar ini dia harus berusaha sekuat tenaga mengendalikan keuangan nya sendiri apa lagi dirinya yang hanya sebatang kara di sini, ayah Emthya meninggal saat dirinya menginjak umur 8 tahun sedangkan ibunya meninggal tepat saat kelulusan SMA nya. Malang menang namun bagaimana pun dia harus terus bertahan di dunia yang kejam ini.

Keluarga satu-satunya yang Emthya punya adalah pamannya di salah satu desa yang berada di jawa timur. Mereka hanya berkomunikasi sesekali saja, meskipun begitu keluarga kecil pamannya selalu menyambut baik Emthya jika gadis itu berkunjung ke sana entah untuk menghampiri makam mendiang kedua irang tuanya atau hanya sekedar mampir.

"Duh harus siap makan mie instan buat akhir bulan," guma Emthya sambil memijat sudut matanya pelan.

Berapa kali pun di hitungnya tetap saja dia tak kan bisa mendapatkan nominal yang pas agar makannya tetap seperti biasanya. Uang untuk lampu, bayar air, serta kontrakan sudah di bayarkan. Permasalahannya adalah dia harus menghemat uang untuk makan dan transportasi umum.

Sebenarnya Emthya memiliki sebuah motor namun entah kenapa motor itu tak mau menyala, Emthya tak berani memasukkan motornya ke bengkel karena dirinya tak memiliki uang lebih untuk jaga-jaga jika motor itu membutuhkan uang banyak untuk servis.

"Eh gak apa mie instan kan enak, hehehe." Entah kenapa Emthya malah tertawa memikirkan nikmat nya makanan instan yang selalu menjadi primadona dan sahabat anak kosan.

Emthya menoleh menatap lekat wajah Glovain, wajah anak di atas kasurnya ini memiliki lekuk wajah yang amat berbeda dari orang asia, lebih seperti orang barat. Namun Emthya ragu kenapa mata anak di depannya ini tidak berwarna seperti orang barat kebanyakan.

Saat teringat sesuatu Emthya langsung bangkit dan menuju ke kamar mandi nya, dia mengambil seragam TK Glovain dan langsung menuju ke ruang mencuci yang ada mesin cuci model lama dan sisi kanannya yang tidak memiliki genteng agar bisa menjemur pakaian.

"Baju mahal gini boleh gak di cuci biasa?" tanya Emthya entah pada siapa, dia menatap baju yang kini berada di genggamannya.

Emthya kini diam di depan mesin cuci yang sudah terisi air dan detergen, dia masih berpikir dengan pertanyaan tadi yang di pertanyakan nya. Tidak ada yang menyahut karena memang dirinya kini sendiri, meskipun ada mungkin kini dia sudah berpindah cerita menjadi genre horor.

"Astagah... Bodo amat lah yang penting besok G punya baju ganti." Emthya dengan cepat mengecek kantong baju dan celana yang sangat kecil menurutnya, setelah memastikan tak ada barang di sana dia langsung memasukkan nya ke dalam mesin cuci.

Setelah lebih dari 20 menit Emthya selesai dengan baju kecil Glovain, dia kembali ke kamar dan merebahkan dirinya di samping Glovain dan dalam sekejap langsung masuk ke dalam mimpi. Tubuh kecil Glovain di peluk hangat oleh Emthya, gadis itu seakan memperlakukan Glovain seperti anaknya sendiri.

****

Di tempat lain seorang pria dengan garis wajah tegasnya sibuk menajamkan matanya mencari anak nya yang entah sekarang di mana, sudah lebih dari enam jam anaknya menghilang entah kemana namun dia tak mendapatkan jejak nya sama sekali.

Rambut hitam pekat itu di acak dengan frustasi, dia berteriak kesal dan dengan cepat keluar dari ruang CCTV. Semua yang ada di sana hanya diam menunduk, bahkan Dewa sekertaris nya hanya mampu membisu tak berani mengeluarkan suara.

"Tetap cari, saya akan mengambil data jalan yang mungkin di lewati," ucap pria itu dan langsung meninggalkan Dewa masuk kedalam mobilnya.

Maksud dari mengambil data adalah membobol CCTV jalan yang mungkin di lalui oleh angkot-angkot yang lewat pada saat anaknya pulang.

***

Mata Glovain dengan pelan terbuka, dia mengerjab beberapa kali saat mendapati wajah seorang perempuan yang kemarin memeluknya hangat. Tangan mungil Glovain terulur menyentuh pipi Emthya yang tak terusik sama sekali dalam tidurnya, dia tersenyum kecil saat telapak tangannya menyentuh permukaan dingin pipi lembut Emthya.

"Mommy?" ucapnya dengan suara yang tampak bahagia. "Kakak cantik kalo jadi Mommy G pasti bakal setiap hali meluk G sepelti ini," lanjut nya dengan mengusap pipi Emthya pelan.

Imajinasi nya berlalu lalang, membayangkan bagaimana Emthya yang menjadi mommy nya. Bagaimana perempuan yang ada di depannya ini memeluknya hangat setiap hari dia pulang dari sekolah atau memandikannya setiap hari.

Tanpa sadar kekehan-kekehan terdengar di kamar sepi itu, hatinya merasa bahagia apa lagi saat membayangkan dia bisa dengan sombong membuka bekal makan siang dan memamerkan nya ke pada teman-teman nya bahwa dia juga dibuatkan oleh mommy nya.

"Hiks," isakan keluar menggantikan kekehan tersebut, tanpa sadar air mata sudah membasahi pipinya.

Dia ingin imajinasi nya menjadi kenyataan, dia ingin perempuan yang kini berada di depannya menjadi mommy untuknya.

Emthya yang mendengar isakkan langsung terbangun dengan mata yang langsung terbuka lebar, dia mengangkat tangannya menangkup wajah Glovain yang kini sudah memerah. Bahkan hidungnya sudah berubah menjadi pink.

"Kenapa sayang?" tanya Emthya lembut berusaha tak menyakiti hati anak kecil di depannya ini.

Glovain tak menjawab dia hanya diam lalu memeluk Emthya dan menenggelamkan kepalanya ke dada Emthya. Tangisannya dengan sekuat tenaga Glovain hentikan, bahkan dia kini menggigit bibir bawahnya sendiri gara tak menangis.

Tok...
Tok...
Tok...

Pintu di ketuk membuat keduanya langsung menoleh ke arah suara, Emthya bingung harus apa. Dia perlahan mendorong tubuh Glovain dan mengecup kedua mata anak kecil itu dan terakhir keningnya agak lama.

"Sebentar ya sayang, kakak mau buka pintu dulu," kata Emthya dengan senyum manis berusaha tak membuat Glovain tak terluka atau merasa akan di tinggalkan.

Anak kecil seperti Glovain yang baru saja menangis sangat rentan perasaan nya, makanan Emthya berusaha selembut mungkin berbicara. Anggukan di kepala Glovain membuat Emthya dengan cepat bangkit dari kasur dan langsung beranjak menuju ke pintu depan.

Saat pintu di buka Emthya di kagetnya dengan seorang yang seharusnya tak ke sini, orang itu adalah....

Saat pintu di buka Emthya di kagetnya dengan seorang yang seharusnya tak ke sini, orang itu adalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Helllooooo terimakasih sudah menikmati cerita ini❤️

Kesempurnaan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang