Bab VIII -Suasana Asing

9 2 0
                                    

Emthya membawa masuk Glovain yang ada di gendongannya untuk masuk kedalam rumah, dia memberikan kunci rumah nya pada Ethan agar membantunya membuka pintu rumah. Ethan tak bisa menolak pasalnya Glovain malah menangis berteriak kencang saat Emthya akan melepas pelukannya, padahal mata Glovain tertutup rapat.

Hal ini membuat Emthya tak tega dan meminta izin kepada daddy anak itu dan mendapatkan anggukan Ethan yang tampaknya setengah hati membiarkan Glovain menginap.

"Maaf pak jika rumah saya terlalu kecil, silahkan duduk di mana saja asal bapak nyaman. Saya akan membawa G biar tidurnya nyaman," ucap Emthya dan langsung berjalan ke kamarnya tanpa menunggu Ethan mengeluarkan suara.

Sungguh dia tak tega melihat Glovain yang saat ini tertidur dengan posisi tak nyaman di pelukannya.

"Enghh~" lenguh Glovain saat dia di pindahkan ke kasur.

Emthya mengusap kepala Glovain agar anak itu tak terbangun, untungnya Glovain kembali tertidur dengan damai dengan tangan yang memeluk guling Emthya.

Setelah memastikan Glovain tak akan terbangun Emthya langsung membuka baju kerjanya dan mengganti semua pakaiannya, dia mengambil ikat rambut dan keluar sembari menyanggul kan tinggi rambutnya. Emthya berjalan ke dapur dan mengambil air minum, dia kembali ke luar dan langsung melotot saat melihat pria asing yang baru di temuinya malam ini sedang duduk di sofa menatapnya.

"Eh bapak sudah dari tadi di sini?" tanya Emthya dengan canggung, Emthya menggaruk tengkuknya nya dengan tangan kiri.

"Saya akan menginap," kata Ethan membuat kedua mata Emthya melotot.

"Ukhuk ukhuk." Emthya terbatuk-batuk. "Maaf pak?" ucap Emthya memastikan tiga kata tadi yang keluar dari bibir pria di depannya ini.

"Saya nginap di sini malam ini," ulang nya dengan pelan.

Semenjak bertemu dengan Emthya beberapa jam yang lalu tampaknya Ethan memiliki kesabaran ekstra, tampak dari sebanyak apa dia mengulang ucapannya.

"Eh anu pak, rumah saya cuman punya satu kamar," kata Emthya.

Mana bisa pria yang menjadi daddy Glovain tidur di rumahnya, selain dia tak punya kamar lain dia juga hanya punya dua selimut dan yang satunya masih di laundry.

Dari dulu Emthya memang memutuskan melaundry selimut dan beberapa seprai karena dirinya terlalu repot jika harus mencucinya sendiri. Namun dia belum sempat mengambil laudryan tersebut karena terlalu sibuk dan sering lupa.

"Saya bisa tidur di sini." -Ethan.

"Saya gak punya selimut buat bapak. -Emthya.

"Faiz sedang membelikan saya selimut." -Ethan.

"Baik lah, anda boleh tinggal di sini," putus Emthya setelah tak ada lagi alasan untuk menolak Ethan untuk tidur di sini.

****

Mata Emthya terbuka, dia mengerjab kan matanya agar menetralkan cahaya yang masuk. Emthya merenggangkan tubuhnya dan berusaha bangun. Emthya terdiam lalu melirik tangan yang kini memeluk nya dengan hangat, ya yang kini memeluknya adalah Glovain.

Dengan hati-hati Emthya memindahkan tangan Glovain, dia menggantikan tubuhnya dengan guling. Emthya keluar dari kamar, dia mendapati Ethan dengan posisi yang tak nyaman tengah tertidur di sofa.

Emthya dengan langkah lebar Emthya menuju ke dapur, dia mencuci muka dan setelah itu membuka kulkas. Emthya menatap kulkasnya dari atas hingga bawah. Bingung harus memasak apa untuk sarapan kali ini akhirnya Emthya memutuskan mengambil bakso beku, sosis, satu ikat sawi dan beberapa telur.

Emthya akan memasak nasi goreng, makanan yang cukup simpel namun mengenyangkan untuk jadi sarapan pagi.

Emthya dengan santai meracik bumbu untuk nasi gorengnya, setelah itu di mulai membuat nadi goreng. 15 menit kemudian Emthya selesai dengan empat piring nasi goreng.

5 menit sebelumnya di rumah yang sama namun di ruangan berbeda, Ethan baru saja terbangun karena mencium wangi masakan. Dia mengacak rambutnya pelan membuat rambut yang sebelumnya tak terlalu berantakan kini sudah tak lagi memiliki kerapian.

Ethan hanya duduk diam saat mendengar suara sutil yang beradu dengan wajan, dia bisa menebak jika yang memasak adalah perempuan pemilik rumah ini.

Tak lama pandangannya teralihkan pada suara langkah kaki yang menuju ke arahnya, tatapan mata nya bertemu dengan tatapan Emthya yang membawa dua piring nasi goreng. Tanpa bicara Emthya kembali ke dapur setelah meletakkan piring di atas meja yang ada di depan Ethan.

Setelah itu Emthya kembali lagi dengan dua piring nasi goreng juga membuat Ethan mengerutkan kedua alisnya, kenapa perempuan ini masak begitu banyak.

"Emm jika bapak ingin mencuci bisa langsung ke belakang," ucap Emthya. "Saya akan membangunkan G," lanjutnya sembari kembali memasuki kamar.

Untuk pertama kalinya Ethan menuruti perintah orang lain, dia dengan cepat mengangguk dan bangkit ingin mencuci muka.

Sungguh Ethan merasa sangat asing dengan suasana seperti ini, dia biasanya bangun tidur langsung ke kamar mandi yang letaknya di dalam kamar, ya meskipun jarak antara kamar mandi dan kamarnya sama saja dari ruang tamu di sini ke kamar mandi tapi suasana nya sangat-sangat berbeda.

"Ah sayang, kamu sangat wangi," puji Emthya pada Glovain yang saat ini ada di gendongannya.

Emthya beberapa kali mencium gemas pipi chubby Glovain, Glovain hanya terkekeh geli. Dia senang saat Emthya menciumnya, apa lagi kini tubuhnya harum oleh shampo dan sabun Emthya.

"Kakak cantik hali ini antal G ke sekolah kan?" tanya Glovain saat dirinya menatap wajah Emthya.

Mereka duduk di single sofa tepat di samping Ethan yang kini sibuk memperhatikan laptop nya, dia menghentikan aktivitas nya saat Emthya berdehem kecil.

"Silahkan di makan sarapannya pak, maaf saya hanya bisa menyajikan ini saja." Emthya tersenyum kecil.

Aura lembut sangat terpancar dari diri perempuan itu, dia menoleh menatap ke arah pintu. Saat bayangan di depan pintu terlihat Emthya langsung bangkit dan membuka pintu tersebut.

"Pagi nona," sapa Dewa yang tampaknya akan mengetuk pintu.

"Pagi pak, emm ayo sarapan bersama. Saya sudah menyiapkan nya," ajak Emthya.

Dia memang sengaja masak cukup banyak untuk dua orang yang ikut bersama Ethan tadi malam. Dewa tersenyum canggung mendapatkan ajakan dari Emthya, ya meskipun dirinya biasa makan bersama dengan bosnya namun dia tetap tak enak.

"Ah tidak usah repot-repot nona," tolak Dewa masih dengan senyum canggung yang menghiasi wajahnya.

Senyum Emthya membuatnya terpanah, begitu lembut dan tulus. Terlihat begitu memenangi di hati dan indah di mata.

"Ekhem," batuk Ethan membuat Dewa langsung tersadar dari lamunannya dia langsung mengusap tengkuknya canggung.

"Yang satunya mana? Sekalian aja makan bareng," ucap Emthya.

Dewa mengangguk dan langsung pamit pergi untuk memanggil Faiz yang masih di dalam mobil. Emthya kembali duduk di tempatnya tadi, Emthya mengusap rambut Glovain lembut dan langsung mengambil piring miliknya untuk menyuapin Glovain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kesempurnaan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang