Bab IX -Cinta-

3 0 0
                                    

Kini mereka sudah dalam perjalanan menuju ke sekolah TK Glovain, Emthya ikut mengantar Glovain karena anak itu nangis ingin Emthya juga mengantarnya. Emthya yang mendapatkan dispensasi waktu hingga siang hanya mengangguk saja.

Untungnya bos tadi menghubungi Emthya untuk mengabarinya jika Emthya mendapatkan dispensasi waktu karena kemarin mengambil lembur.

Saat mobil berhenti di depan gerbang Glovain memberikan pelukan hangat kepada Emthya dan ciuman singkat di pipi perempuan itu, setelah itu Glovain melakukan hal yang sama dengan Ethan.

"Kakak cantik, dad, G belangkat dulu ya." Glovain keluar dari mobil dan dengan berlari kecil memasuki kawan TK tersebut.

"Saya akan antara kamu ke tempat kerja," ucap Ethan sembari melirik Emthya yang masih menatap kepergian Glovain dari dalam mobil.

"Ah iya pak, maaf merepotkan." Emthya tersenyum canggung.

Dia sebenarnya tadi berniat akan turun bersamaan Glovain dan pergi menggunakan angkutan umum untuk ke tempat kerjanya, tapi karena mendapatkan rezeki yang bisa menghemat uangnya Emthya tidak akan menolak nya.

***

Setelah sampai di depan restoran Emthya langsung mengucapkan terimakasih dan keluar dari mobil, setelah Emthya keluar dari mobil Ethan tak kunjung pergi. Matanya mengikuti Emthya yang perlahan pergi dan menghilang di balik pintu besar itu.

"Jalan," ucap Ethan.

Entahlah dia merasakan perasaan asing yang belum pernah di rasakannya, dia harus mencari tahu secepatnya tentang perasaan ini.

"Ke rumah sakit dulu, saya mau periksa." Ethan mengutak-atik handphonenya tanpa menatap Dewa yang kini mengerutkan alisnya bingung.

"Maaf pak?" ucap Dewa bingung.

"Ke rumah sakit," ulang Ethan datar.

"Ah baik pak."

Sesampainya di lobi rumah sakit dengan cepat Ethan turun dan langsung menuju ke ruangan temannya yang memang bekerja sebagai dokter umum.

Ceklek

Pintu terbuka membuat Arga langsung menatap kesal sosok Ethan yang memasang wajah seperti orang tak berdosa, dia dengan seenaknya duduk di kursi yanga da tepat di depan Arga.

Ingin sekali Arga memukul kepala Ethan, jika saja mereka tak terhalang oleh meja didepannya ini. Mungkin.

"Apa yang membawa anda kesini tanpa membuat jadwal dan tanpa mengetuk pintu, Tuan Carter yang terhormat." Arga memaksakan senyumnya.

Ethan masih diam tak membalas, dia sedang memilih kata yang tepat untuk menunjukkan perasaan apa yang di rasakan nya tadi. Jangan-jangan tadi itu adalah gejala penyakit kelainan jantung kan, atau penyakit berbahaya lainnya. Bisa bahaya jika di biarkan lama-lama.

"Jantungku rasanya berdebar sangat kencang dan perutku seperti di gelitik," ucap Ethan akhirnya setelah cukup lama diam.

Arga mengerjab beberapa kali, dia tak mengerti apa yang di bicarakan oleh manusia es di depannya ini.

"Kau salah makan atau bagaimana?" tanya Arga.

"Tidak, tadi pagi aku hanya sarapan nasi goreng yang dibuat oleh kenalan G," jawab Ethan.

Apa mungkin gadis itu (Emthya) menaruh sebuah obat di makanannya? tidak mungkin siapa yang berani melakukan hal seperti itu kepada dirinya.

"Kenalan G? Seusia G?" Wajah bingung tercetak jelas di wajah Arga.

Apa iya anak berusia 5 tahun kini bisa memasak, sangat tidak logis bagi Arga.

"Tidak."

"Wanita?"

"Ya"

"Terlihat seumuran kita?"

"Ya"

"Dekat dengan G?"

"Apa, kenapa kau tau. Kau memata-matai ku ya?" tuduh Ethan tak suka saat dirasanya Arga tampak tau siapa orang yang menjadi kenalan Glovain.

"Tidak, untuk apa aku memata-matai mu. Aku tak kekurangan pekerjaan hingga melakukan itu," sanggah Arga tak suka.

Apa-apaan pikiran manusia satu ini. Jangankan memata-matai, berurusan dengan dirinya saja Arga malas.

"Lalu bagaimana jika kau tau dia dekat dengan G," kata Ethan masih dengan nada tak suka.

"Aku hanya menebak saja." Arga mengambil kertas dan pulpen lalu menyerahkan nya ke Ethan setelah menulis sesuatu.

Ethan dengan tidak santainya mengambil kertas itu lalu membaca apa yang di tulis Arga, matanya menyipit saat mendapati tulisan yang aneh menurutnya. Bagaimana tidak di atas kertas putih itu hanya ada sebuah gambar hati yang tak rapi.

"Gambar apa ini, jelek sekali bahkan gambar G lebih bagus."

Mendengar komentar Ethan membuat Arga mendengus, dia mengusap wajahnya pelan. Tuhan berilah Arga kesabaran ekstra dalam menghadapi Ethan.

"Mungkin yang kau rasakan adalah cinta," ucap Arga setelah berhasil menahan kesalnya.

"Omong kosong apa itu, kau pikir aku remaja yang baru saja jatuh cinta hah." Dengan keras Ethan menepis ucapan Arga.

Meskipun Ethan tak pernah jatuh cinta dan tak tau bagaimana rasanya tapi tidak mungkin apa yang di rasakan nya saat ini adalah cinta, apa lagi dia baru bertemu dengan gadis tersebut.

"Bukannya dia memang gak pernah jatuh cinta ya," guma Arga sangat pelan.

Bahkan Ethan yang indra pendengarannya sangat tajam saja tak bisa mendengarnya.

"Itu namanya cinta, tidak ada penjelasan lain selain itu." Arga masih mencoba bersabar meyakininya manusia di depannya ini.

Masalahnya adalah jika Arga tidak meyakinkan Ethan dan pria itu tak mendapatkan jawaban yang meyakinkan, dia tak akan beranjak dari ruangan ini sedikit pun. Pekerjaan Arga sudah banyak dia tak mau repot-repot menambah pekerjaan mengurusi perasaan Ethan yang aneh menurutnya.

"Ck, kenapa tak kau buang saja gelar dokter jenius termuda mu itu. Masalah seperti ini saja kau tak tau dan malah berbicara omong kosong."

Tanpa salam Ethan langsung berdiri dari tempat duduknya dan berlalu meninggalkan ruangan tersebut, saat tubuh Ethan menghilang di balik pintu Arga langsung membuang napas kasar.

Besok-besok jika pria itu ke sini lagi Arga akan mengambil langkah pura-pura pingsan atau langsung pergi dan berkata jika ada pasien yang harus di tangani.

Berbeda dengan Arga yang memikirkan cara menghindari Ethan, kini Ethan sibuk menggerutu sepanjang koridor rumah sakit. Bahkan saat memasuki mobil pun dia masih menyumpah serapah Arga.

Dewa yang mengerti mood tuannya ini sedang jelek hanya mampu diam dan menjalankan mobil menuju ke kantor.

"Dewa apa kau pernah jatuh cinta," tanya Ethan tiba-tiba saat mobil yang mereka tumpangi berhenti di lampu merah.

Deg . . .

Perasaan Dewa tiba-tiba menjadi tidak tenang saat mendengar pertanyaannya yang terlontar dari mulut Ethan, dia tau betul sifat dan tabiat Ethan. Bahkan ini adalah satu-satunya kalimat aneh yang di keluarkan Ethan selama Dewa bekerja dengan manusia es itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 03, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kesempurnaan TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang