CHAPTER 3

319 17 0
                                    

Jam 7 pagi Luna sudah bangun dan bersiap untuk memulai kegiatannya. Dirinya masih melihat Yuki terlelap dan tak berniat untuk membangunkannya. Ia tahu Yuki butuh banyak istirahat hari ini.

Luna keluar dari kamar dan melihat Mayu untuk kembali ke asrama ditemani kedua orang tuanya. Sebagai putri bungsu, walaupun Mayu adalah atlet nasional juga tak melepas titelnya sebagai anak kesayangan keluarga Ishikawa.

"Apa perlu aku bangunkan Yuki?"tanya Luna saat melihat ketiganya tengah bersiap pergi.

"Tidak perlu. Dia pasti masih sangat lelah"jawab Ayah Yuki yang sangat pengertian.

Luna pun mengangguk lalu membantu Mayu mengenakan tasnya "Sampa bertemu lagi. Aku janji akan mengunjungimu di asrama dan menonton pertandinganmu lagi. Jangan sampai kena cedera lagi"

Mayu tertawa "Aku masih ingat saat aku mengabarkanmu kalau aku cedera, kamu menangis di telepon"serunya.

Tuan dan Nyonya Ishikawa pun ikut tertawa mengingat lucunya saat Luna mencemaskan Mayu. Saat itu, Mayu baru saja selesai mendapatkan perawatan dari dokter lalu menelpon Luna yang tengah bekerja. Dari seberang telepon Mayu dibuat tertawa mendengar suara isak tangis Luna yang begitu mencemaskannya. Bahkan saat istirahat jam makan siang, Luna bergegas ke rumah untuk bertemu dengan Mayu dan memastikan kondisi adik Yuki itu. Saat tiba pun, Luna yang menangis malah terlihat lucu di mata kedua orang tua Yuki dan Mayu.

Tidak ada keluarga Luna yang tinggal di Jepang. Semuanya kembali ke Indonesia, jadi keberadaan keluarga Ishikawa sangatlah berharga bagi Luna. Begitupula dengan mereka yang sangat menyayangi Luna. Bertemu dengan Yuki membuatnya beruntung dapat bertemu juga dengan keluarga Ishikawa.

"Luna, mau jalan sama Yuki?"tanya Ibu Yuki

"Entahlah. Aku akan melihat kondisi Yuki dulu"jawab Luna tersenyum.

"Baiklah. Kalau begitu kami antar Mayu dulu. Kalau mau jalan, jalan saja. Mungkin kami berdua akan pulang larut malam"seru AyahYuki lalu dianggukkan oleh Luna. Luna pun mengantarkan kepergian mereka sampai pagar

Rumah keluarga Ishikawa bisa dibilang cukup besar dan berada di kawasan rumah elit. Tuan Ishikawa memang sengaja membeli rumah di daerah yang aman dari media dan fans nakal, sehingga mereka dapat beraktivitas seperti biasa. Ayah Yuki menyadari kepopuleran kedua anaknya mungkin saja dapat mengusik kehidupannya, maka dari itu ia mencari daerah yang dapat membuat keluarganyanya merasa nyaman.

Sementara itu, Yuki mulai membuka matanya dan menyadari Luna tak ada di sampingnya. Segera pria itu bangkit dari tidurnya dan mencuci muka. Saat keluar dari kamar, pria itu sudah melihat Luna sedang duduk di meja makan dan menyantap buah untuk sarapan.

"Aku kira kamu akan bangun kesiangan"ujar wanita itu saat Yuki datang menghampirinya lalu duduk di depannya.

"Mereka sudah pergi?"tanya Yuki

"Iya. Setengah jam yang lalu. Mau aku buatkan apa? Spaghetti?"

"Buah saja"jawab Yuki ikut makan apel yang baru saja dikupas Luna. "Kapan terakhir kali kamu olahraga?"tanyanya.

Mendapat pertanyaan itu membuat Luna cemberut. Ia tahu ke arah mana Yuki akan membawa pembicaraan mereka.

Yuki tertawa kecil melihat eskpresi kekasihnya "Sudah sangat lama bukan?"tebaknya.

"Apa aku terlihat sangat gendut? Ah.. kata Ibuku aku memiliki badan yang besar bukan berarti aku punya banyak lemak"balas Luna.

Sejak dulu Yuki sudah mendengar alasan Luna seperti itu. Tubuh Luna memang tak seperti wanita Jepang yang menginginkan postur tubuh yang sangat ramping. Luna tak begitu ramping namun tak juga gemuk. Bisa di bilang postur tubuh Luna cukup ideal.

After Years With Yuki (Indonesian)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang