Part 12

145 15 2
                                    

Waktu berlalu begitu cepat. Tak terasa usia pernikahan mereka sudah terhitung tujuh bulan. Tidak ada hubungan yang berjalan begitu sempurna, seperti pernikahan mereka contohnya. Empat bulan terakhir mereka sering berdebat kecil, karena Shina cemburu dengan pekerjaan sang suami.

Perusahaan keluarga Lee mengalami kenaikan pesat, namun Taehyung masih berada di Paris karena perusahaan disana belum bisa di tinggal. Jimin mengurus semuanya bersama Jungkook dan Seo Noel, ia semakin sibuk di kantor beberapa bulan ini. Tak jarang di hari libur pun ia masih bekerja di rumah, hal itu yang terkadang membuat Shina kesal.

Shina mendapatkan kejutan indah sore ini, ada kehidupan lain di dalam perutnya. Wanita itu merasa sangat bahagia, ia ingin segera menyampaikan kabar bahagia ini kepada suami dan juga keluarganya.

Tak henti-hentinya wanita itu tersenyum sambil mengusap perutnya. Ia sudah berdandan begitu cantik dan memasak berbagai menu makan malam untuk menyambut mertua dan suaminya.

Jimin sudah berjanji akan pulang saat makan malam bersama dengan kedua orang tuanya.

Shina menunggu kedatangan mereka di sofa ruang tengah sambil menikmati coklat panas. Senyum di bibirnya luntur begitu saja saat ia memeriksa jam yang tertera di layar ponselnya, seharusnya mereka sudah sampai tiga puluh menit yang lalu.

Shina masih mencoba berpikir positif, mungkin saja mereka sedang terjebak kemacetan. Ia mencoba menghubungi suaminya namun tidak ada jawaban.

"Nona, apa bibi sudah boleh pulang?" Tanya bibi Han asisten rumah tangga baru yang Jimin pekerjakan untuk membantu dan menemani Shina.

Bibi Han memang tidak menginap ia hanya akan datang pagi dan sore. Sama seperti asisten rumah tangga sebelumnya.

"Ah iya bi, tidak apa-apa ini juga sudah malam. Maaf bibi harus sampai malam karena membantuku memasak." Jawab Shina.

"Apa nona baik-baik saja di rumah sendirian?" Tanya bibi Han lagi.

Shina tersenyum sendu. "Bibi jangan khawatir, sebentar lagi mereka datang." Jawab Shina. Bibi Han mengangguk lantas merapikan barangnya dan keluar dari rumah Shina.

Shina kembali menghubungi suaminya namun lagi-lagi tidak ada jawaban. Ia menyerah dan memilih tidur di sofa menunggu kedatangan suami juga mertuanya.

***

Pukul sebelas malam Jimin baru sampai di rumah, ia melihat lampu di ruang tamu yang masih menyala. Ia pikir Shina lupa mematikannya, pria itu segera turun dari mobil dan memasuki rumah.

Jimin berjalan begitu lemas, gurat kelelahan tercetak jelas di wajahnya. Ia melangkah menuju dapur mencari minuman dingin, namun terkejut dengan sosok sang istri yang terlihat sangat pulas di sofa.

Menggelengkan kepalanya dan tersenyum samar, ia mendekati sang istri. Shina terbangun karena merasakan sesuatu menyentuh kepalanya.

"Kenapa tidur di sini hm?" Tanya Jimin dengan suara lembut.

Shina menggeliat. "Kau baru pulang? Jam berapa sekarang?" Shina balik bertanya dengan suara parau dan mata tertutup.

Jimin mengecupi kening sang istri, lalu menunduk melihat jam tangan yang melingkar di tangannya.

"Pukul sebelas malam, apa kau menungguku?"

Shina membuka matanya lebar dan terduduk. "Apa?! Sebelas malam? Kau lupa Jim, kau bilang orang tuamu datang hari ini saat makan malam. Dan kau berjanji akan pulang di saat jam makan malam?" Tanya Shina dengan suara sedikit keras.

Jimin menepuk keningnya. "Astaga, maaf aku lupa memberi tahu kalau mereka langsung ke Busan sore tadi." Jawab Jimin cepat.

Shina beranjak bangun dan segera pergi meninggalkan Jimin yang terpaku.

You are precious [ M ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang