Deandra berjalan santai sembari mendengarkan musik dari earphonnya. Tadi, setelah pulang dari tempat pemakaman umum ia diantar pulang oleh Dara guna mengganti baju.
Setelahnya, ia berangkat diantar oleh Dara juga menuju cafe tempat ia bekerja dulu. Dan sekarang, ia sudah pulang dari cafe tempat ia bekerja setelah mengajukan resign.
Deandra heran, selama ia bekerja ia tak pernah menemui bos utamanya secara langsung. Bahkan saat resign tadi, ia hanya mengajukan di asisten bos di cafe itu.
Tapi bodo amat lah, ia tak akan mempermasalahkan itu. Intinya dia sudah resign dan ayahnya pasti tidak akan marah lagi padanya.
Mengingat biaya sekolahnya sudah di bayar oleh sang ayah, itu membuat senyumnya disepanjang jalan tak pernah luntur. Rasanya sangat bahagia, dan setelah tiga tahun lamanya ia baru merasakan sebahagia ini lagi.
Tak banyak yang tahu desas desus keluarganya seperti apa. Ia tak pernah mendapatkan kasih sayang dari keluarganya. Hidupnya penuh dengan kekurangan. Ayahnya membencinya semenjak kematian kakaknya. Padahal, jika Dea ingin ia juga tidak ingin hal itu terjadi.
Mengingat itu, air matanya hampir saja keluar namun ia tepis. Hari ini ia harus bahagia, ayahnya sudah kembali perhatian padanya.
"Assalamualaikum." Ucapnya sembari melangkahkan kakinya memasuki rumah, namun baru tiga langkah ia pun terhenti melihat sosok yang tengah berdiri tak jauh dari pandangannya.
"Dari mana saja anak pembawa sial ini?."
Deg
Hati Deandra tercelos hanya karena kata terakhir yang diucapkan wanita tua dihadapannya. Saras atau lebih tepatnya ibu dari Aditama itu kini sedang menatapnya tajam membuat Deandra memegang ujung cardigannya kuat.
"Dea baru pulang dari cafe oma, Dea udah resign."
Saras melangkah maju mendekati Dea kemudian menarik rambut gadis tersebut membuat Dea refleks berteriak kesakitan.
"Akh! Oma sakit."
"Anak pembawa sial, berani-beraninya kamu memanggil saya Oma lagi. Asal kamu tahu, cucu saya cuma Reza. Sudah berapa kali saya ingatkan sialan. Dasar pembunuh gak tahu di untung kamu yah."
"Heran banget kenapa bisa Adi milih buat mempertahankan kamu dirumah ini. Harusnya anak pembawa sial seperti kamu besarnya dipanti asuhan saja."
Deandra menangis tanpa suara. Hanya ringisan yang bisa ia lakukan. Saras selalu begini ketika datang, selalu melakukan tindakan kasar padanya. Deandra bahkan tak tahu letak kesalahannya dimana. Yang ia tahu, kejadian yang lalu itu murni bukan keinginannya. Bahkan dia juga merasakan sakit itu sampai sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Yunanda
Teen Fiction"Ka-kak Dewa, aku hamil!" Ucap wanita tersebut seraya menahan isakannya. "Besok gue lamar." _ _ _ _ _ _ 17+ Satu Cerita untuk seribu kisah tentang Dewa Yunanda.