Part 3

29 20 11
                                    

Tok..tok..tok

“Masuk.” Sautan dari dalam menuntun Lea untuk masuk ke ruangan dihadapannya. Lea terus menunduk dan memainkan jarinya. Danish yang sedang sibuk tak menyadari siapa yang datang menemuinya. “Pak!” Danish mendongak dan mendapati Lea. “Saya mengenal kamu?” tentu Danish tau siapa wanita ini, ia hanya sedikit memainkannya. “Saya Lea, Pak.” Jawab Lea. “Aleasya” tuturnya. “Ahh nama kamu tidak penting.” Sambil mengibaskan tangan. Bersyukurlah Lea masih bisa menahan dirinya. “Ada keperluan apa kamu kesini?”

Gue sumpal juga ni orang! 

As your secretary, Sir.”

“Oh.” Tangan Lea sudah terkepal dan siap untuk meluncur. Namun ia menahannya karena bisa saja ia kehilangan pekerjaannya. Cukup lama Lea terdiam ditempatnya. Dan tak lama Danish berdiri dan berjalan ke arah Lea. Ia menelisik seluruh Lea dari atas, bawah, dan juga samping. Tatapan yang diberikan oleh Danish membuat Lea sangat risih. Dengan kesalnya ia berkata, “Jika Bapak keberatan,saya bisa mengundurkan diri Pak!”

“Siapa bilang?” Sambil terus memerhatikan Lea.

Lea mendongak dan tak sengaja mata keduanya bertemu cukup lama. Dan Lea memutus kontak tersebut. “Kamu saya terima.”

Beberapa minggu kemudian

 “Lea tolong kamu lihat dokumen ini.”

“Lea belikan saya Americano.”

“Lea mana dokumen yang tadi saya berikan sama kamu? Antarkan ke ruangan saya.”

Hurry up, Lea. It’s too late.”

“Kosongkan jadwal saya sampai jam dua.”

“Ke ruangan saya sekarang!” titah Danish. Lea beringsut dari tempat duduknya menuju ruangan Danish. Sebenarnya Lea ingin berontak, namun apalah dayanya. “Ada yang bisa saya bantu lagi Pak?!” dia akhiri dengan senyuman yang sarat akan makna. Danish menatap Lea lama sampai Lea kikuk sendiri. Danish tersenyum sangat manis yang dapat membuat seluruh fans-nya menjerit meronta-ronta. 

“Keluar.” Ucapnya.

“Apa?” Lea sedikit kebingungan dengan respon yang ia terima. “Saya hanya memastikan kamu masih hidup.” Danish kembali pada laptop dihadapannya. Lea menahan amarahnya yang kapan saja siap untuk meledak, sebagai pelampiasan ia mengusap kasar dadanya. Sabar...sabar...SaBARR!!!!!!!! jerit kesabarannya dalam hati. Lea berbalik dan sedikit menutup pintu secara kasar. Sedangkan di dalam, Danish terkekeh melihat reaksi Lea yang tak terduga itu. 

Hari-hari berlalu dan Lea tampaknya sudah terbiasa dengan sikap pria yang kini menjadi atasannya. Dan tentunya cadangan kesabarannyapun sudah ia tambahkan. Seperti biasa ia sedang berkutat dengan laporan yang baru saja Danish berikan padanya. Begitu fokusnya sampai ia tak sadar bahwa waktu sudah menunjukkan jam makan siang. “Kamu boleh istirahat, berikan tugas kamu ke ruangan saya.” Titah Danish lewat telepon. “HAH..sudah jam makan siang ya!” sambungan terputus saat Lea masih berbicara. “Ish..dasar bos kurang belaian!” Tanpa berlama-lama, Lea segera bergegas menuju ruangan Danish dan menyerahkan sisa pekerjaannya.

--------------

Hay...Hay.. Honeyy!”

“Jijik!” jawab Ella saat Lea duduk didepannya.

Yap! Mereka berdua sedang berada di kantin kantor untuk makan siang. Mereka makan sambil berbincang mengenai hal yang unpaedah. “Gimana kerja sama pangeran gue?” ucap Ella membuat Lea mengernyitkan dahinya dan kemudian tersadar siapa objek perbincangan yang dimaksud Ella. “Oh. B aja.” Jawaban Lea tak memuaskan Ella. “Gimana? Gue gak denger. Lo bilang apa barusan? Pliss dongg Lea, lo tu beruntung bisa deket-deketan sama Pak Danish. Gue heran deh sama lo!!”

“Apa lo bilang barusan? Beruntung? Darimana? Lo gak tau aja dalem-dalemnya tu orang kek gimana! Gue aja gak tahan sama dia.” Pungkas Lea sedikit menggebu mengingat apa yang selalu ia hadapi setiap harinya. “Kalo gak tahan, kenapa gak ngundurin diri aja?” Ella kembali bertanya. “Uangnya lumayan.”

“Gue penasaran, emang gimana Pak Danish?”

Speechless gue. Sifatnya gak bisa ketebak, kadang baik kadang ngeselin. Gue jadi bingung sendiri harus ngadepinnya kek gimana. Tadi aja dia ngelimpahin semua pekerjaannya sama gue, trus tiba-tiba dia ingetin gue jam istirahat. Bingung sendiri gue.”

Ditengah-tengah pembicaraan,tiba-tiba ada seseorang yang menghampiri meja mereka. “Boleh saya bergabung?” tanyanya. Fokus mereka terkunci pada seseorang yang berdiri didepan mereka. “Tentu Pak.” Jawab mereka berdua. Ditengah-tengah makan, Ello memulai pembicaraan dengan bertanya pada Lea. “Kamu sedikit pucat, are you ok?” Ucapnya dengan kekhawatiran di wajahnya.

I’m ok!

“Saya pesenin makanan ya?”

“Ahh iya Pak, makasih.” Jawab Lea. 

Mereka berbincang sambil sesekali tertawa, berbeda halnya dengan Lea yang memilih bungkam. Ia masih bingung memikirkan perasaan yang mengganjal di dalam pikirannya. 

“Lea, kamu tidak lapar? Kok gak dimakan?” tanya Ello sedikit khawatir dengan Lea karena dari tadi ia hanya diam. Lea tak menggubris pertanyaan Ello. Ia melamun.

Tunggu. Kalo tadi Pak Danish ngerjain semua tugas gue, berarti dia gak makan siang dong? Oh,Shit!! 

Lea tersadar dari lamunannya. “Gue duluan.” Ia pamit pada keduanya dan segera pergi membeli sesuatu untuk atasannya makan. Lea kemudian berlari sambil menenteng paperbag yang berisi roti dan juga Americano kesukaan Danish. Dan sampailah ia didepan ruangan Danish dengan nafas yang tak teratur.

Lea mengetuk pintu dan masuk. Dia melihat Danish hanya berbalut kemeja putih dengan dasi yang dilonggarkan serta lengan baju yang dilipatkan sampai siku. Sungguh pemandangan yang tak mungkin Lea lewatkan begitu saja. This is the hottest thing I’ve ever seen! Lea menggeleng-gelengkan kepalanya. Danish akhirnya baru menyadari kedatangan Lea, “Ada apa, Lea?” 

“Oh ini Pak. Saya bawain makan siang buat Bapak.” Sambil meletakkan bawaannya diatas meja. Danish menatap dalam paperbag didepannya. Lea kaget melihat respon Danish, Lea mulai khawatir Danish tidak menyukai apa yang telah dilakukannya. “Eeuu..Bapak gak usah baper, gimanapun juga Bapak harus makan kalo gak mau mati.” Polos Lea. Danish membenarkan kembali ekspresinya dan bersandar dikursi sambil melipatkan kedua tangannya. “Kamu khawatir jika saya belum makan, Lea? Tanyanya sedikit menggoda Lea.

“B-Bukan Pak.”

“Ini buktinya.”

“Saya cuma..”

“Cuma apa?” 

Oh God!! Berikanlah hamba kesabaran menghadapi tikus got ini!

Lea memaksakan senyumannya pada Danish. “Cuma ngasih makan tikus got.” Danish sudah siap akan memarahi Lea ketika Lea kembali mengeluakan suaranya,“Ya udah Pak, sini pekerjaannya kita bagi dua biar cepet selesai.” Lea langsung mengambil sebagian dokumen yang belum diperiksa. Dan diapun keluar dari ruangan Danish.

Ha! Gue menang!! Jerit kemenanganya dalam hati.
.
.
.
.
.

Jadi gimana inihh??
O iya, itu kalo tiba2 kejadiannya gk nyambung atau kayak loncat-loncat alurnya. Itu memang disengaja. Wkwkwkwk biar cepet

Oke, see you!!

DAMN BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang