Part 19

4 1 0
                                    

Mobil melaju di tengah jalan tol yang agak ramai. Hari memang sudah sangat gelap, namun mereka tetap memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Ditengah heningnya suasana malam itu, Lea terbangun dan mendapati dirinya yang tengah terbaring di pangkuan Danish. Terasa elusan lembut di puncak kepalanya. Lea kemudian mendongakkan kepalanya dan mencoba untuk bangun. "Pak.." lirihnya.

"Hey kenapa bangun, Lea? Ini masih jauh." Danish membantu Lea untuk duduk. Lea kembali terbungkam dan melihat ke sekelilingnya. Pandangannya tertuju pada spion tengah yang menampakkan wajah Brian yang tampak lelah. Lalu ia menatap Danish disampingnya yang terihat begitu khawatir dengan wajah sayu nya. Seketika ia begitu emosional, air matanya tidak dapat terbendung lagi. "Pak... Maaf ya. Karena saya, liburan kita jadi keganggu. Dan sekarang saya ngerepotin Pak Danish sama Pak Brian." Lea begitu merasa bersalah pada keduanya.

"Kasian Areta, dia pasti kelelahan sampai nyenyak sekali sekarang. Pak Brian saya juga minta maaf ya. Gara-gara saya Bapak jadinya bawa mobil nonstop." Lea kemudian menatap mata Danish. "Pak... saya minta maaf ya, Bapak jadi gak istirahat sejak saya di rumah sakit."

Brian melirik Lea dari spion tengah dan mengatakan beberapa kalimat. "Lea, semua ini bukan kesalahan dan keinginan kamu. Saya tidak keberatan jika harus menyetir nonstop. Dan kamu juga pasti tahu seberapa sayangnya Areta sama kamu."

Danish menangkup wajah kecil Lea dan membuatnya kembali menatap matanya. "Saya tidak pernah keberatan tentang apapun soal kamu." Wajah tersenyumnya samar-samar terlihat dalam remangnya cahaya pada saat itu.

"Yasudah kalau seperti itu, biarkan saya yang bawa mobil Pak. Punggung saya sudah agak baikan kok sekarang. Apalagi saya daritadi tertidur."

Sontak permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh keduanya. Namun, Lea terus memaksa. Ia tidak berbohong, memang benar punggungnya kini sudah mulai membaik dan juga matanya segar bugar. "Kamu baru saja siuman, Lea. Jangan lakukan hal yang aneh-aneh!" Ucap Danish sedikit tegas yang terlihat dari raut wajahnya. Lea tetap bersikukuh dengan ucapannya. Akhirnya, Danish memutuskan untuk menyetir menggantikan Brian hanya sekedar untuk menenangkan Lea.

Lea pindah ke kursi depan untuk menemani Danish. Ia juga ingin Brian dan Areta beristirahat. Perjalanan pun berlanjut. Lea berulang kali memalingkan wajah agar air matanya tidak terlihat oleh Danish. Ia begitu mengasihani dirinya sendiri yang tidak bisa membantu apa-apa. Ia tahu, Danish juga pasti sangat kelelahan, dan sekarang ia juga menolak untuk beristirahat hanya karena dirinya.

Singkat cerita, beberapa jam kemudian mereka sampai di hunian masing-masing. Danish sengaja berhenti di apartement Lea untuk memastikan bahwa Lea baik-baik saja. Ketika semuanya sudah ia pastikan, ia berniat untuk pulang ke apartement nya.

"Pak.." Cekalan tangan Lea berhasil membuat Danish berhenti beranjak dari sofa. "Kamu butuh sesuatu, Lea?" Danish memusatkan perhatiannya pada Lea. Tak ada jawaban. Lea malah terdiam melihat wajah didepannya yang tampak lesu dengan penampilan yang sangat berantakan.

"Istirahat dulu disini, baru Bapak boleh pulang." Danish terdiam. "Gak ada penolakan." Danish tetap membisu. "Bapak boleh pake kamar sa-" Belum selesai kalimatnya, Lea merasakan Danish tertidur diatas pangkuannya. "Disini saja." Mata keduanya bertemu. Danish kemudian memegang erat tangan Lea dan mulai tertidur. Lea tersenyum dan mengelus puncak kepala pria yang sekarang tengah mencoba untuk tertidur itu.

Setelah hampir satu bulan dari pertunangannya, Danish tentunya tidak diam. Dia sibuk mencari bukti untuk mengeluarkannya dari masalah yang tengah ia hadapi. Tapi, mau dicari bagaimana pun tidak ada titik terang yang menuntunnya pada kebenaran yang ia cari. Jujur saja, ia tidak tahu harus memulai dari mana. Pencariannya sebulan ini hanya sia-sia.

"Lo udah melenceng dari rencana awal!"

"Lo pikir gua sengaja?"

Pria berbalut sweeter itu mendengkus dan membelakangi lawan bicaranya yang terlihat tengah memijit pelipisnya. "Lo gak mikir kalo Lea bisa aja terbunuh, hah?!" Tak ada jawaban. Ia melenggang menuju pintu keluar. Sebelum ia benar-benar keluar, ia kembali berkata. "Dan jangan bawa-bawa masalah baru lo ke dalam rencana kita." Pintu seketika ditutup sedikit kencang.

DAMN BOSSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang